Virus Corona Meruntuhkan Mitos Cina




Oleh: Pipit Agustin 
(AMK Jatim) 

"Ketika kami tiba di Wuhan, 90 persen penumpang menggunakan masker. Tidak ada yang berbicara dan itu cukup mengerikan. " (BBC, 24/01/2020) 

Virus Corona telah mengarahkan mata masyarakat dunia kepada Wuhan, Cina. Kota itu menjadi tatapan tajam karena kematian massal penduduknya secara mengerikan. Sejak kemunculannya 1 Desember lalu hingga Selasa, 28 Januari 2020, korban meninggal akibat virus yang diduga berasal dari kelelawar itu mencapai 170 orang. Sementara itu, ada 7.864 kasus terkonfirmasi virus Corona yang masih keluarga besar dengan SARS dan MERS ini. Setidaknya terdapat 18 negara termasuk Cina yang telah mengonfirmasi penemuan kasus serupa. 

Tidak disangka, tragedi ini menimpa Cina, khususnya penduduk Wuhan. Cina, negara yang tengah naik pamor sains dan teknologinya, dengan begitu mengagumkan beberapa dekade terakhir.  Negeri dengan populasi besar dan berkekuatan ekonomi besar menyusul AS. Ini tampaknya harus tunduk menerima kenyataan,  bencana virus Corona demikian dahsyat melampaui SARS. Bahkan Xi Jinping menyebut epidemi ini bagaikan iblis. "Epidemi ini adalah iblis. Kami tidak akan membiarkannya bersembunyi," kata Xi sebagaimana dilansir Kantor Berita Cina Xinhua. (detik.news.com, 29/01/2020).

Cina pun harus mengakui betapa lemahnya mereka berhadapan dengan ketetapan Tuhan ini. Padahal, tiga bulan sebelumnya, Xi Jinping membanggakan dirinya dengan menegaskan bahwa tidak ada 'kekuatan' yang bisa mengguncang Cina. Meskipun maksud Xi adalah kekuatan geopolitik yang tidak ia sebut namanya, tetapi kita melihat Corona sebagai 'kekuatan' dahsyat yang mengguncang Cina. 

Tentang Wuhan
Dilansir Kompas.com, Wuhan sudah ada sejak lebih dari 3500 tahun yang lalu. Oleh karena itu, ia menjadi kota paling kuno di Cina. Saat ini, Wuhan menjadi kota   industri, pusat kegiatan ekonomi, politik, keuangan, budaya, juga pendidikan. Sederet perguruan tinggi ternama ada di Wuhan, seperti Wuhan University dan Huazhong University of Science and Technology. Kota Wuhan dijuluki 'The Chicago of China' karena saking sibuknya aktivitas kota. Kota ini dilalui oleh dua sungai besar di Cina, yaitu Yangtze dan Han. Oleh karena itu, Wuhan dijuluki sebagai 'The Riverside City'. Di sepanjang sungai,  wisatawan bisa mengambil paket feri yang mengantarkan siapapun menyusuri sungai dan melihat peradaban kota yang terdiri dari gedung-gedung tinggi. Wuhan juga memiliki banyak lokasi bersejarah yang hingga saat ini dibuka untuk pariwisata. Misalnya ada Yello Crane Tower, Museum Provinsi Hubei,  dan Kuil Guiyuan. 
Sebagai kota industri, Wuhan memiliki perekonomian yang kuat dan menjadi lokasi sejumlah industri besar seperti industri mobil lokal juga produksi baja. Keberadaan industri ini pula yang membuat Wuhan menawarkan peluang kerja yang besar dan menarik para imigran dari luar wilayah untuk datang dan menetap di sana.

Akan tetapi, yang tidak disangka dari Wuhan adalah tradisi kuliner ekstrim di sana. Dilansir dari South China Morning Post, 27 Januari 2020 dalam Liputan6.com papan iklan di Pasar Seafood Huanan, Wuhan mencantumkan gambar rubah, buaya, anak anjing, serigala, salamander, ular, tikus, burung merak, landak bahkan koala. Tercatat, pasar Huanan menjual lebih dari 112 jenis hewan hidup. Hewan-hewan eksotik dan daging hewan liar yang tak lazim dikonsumsi diperjualbelikan secara ilegal di sana. Virus Corona diduga berasal dari sana. 

Kompas.com mengutip sebuah buku Strange Food karangan Jerry Hopkins yang mengungkapkan bahwa terdapat sebuah kepercayaan bahwa dengan memakan kelelawar, kesuburan seseorang akan semakin bertambah. Tidak hanya itu kelelawar juga dianggap dapat meningkatkan kesempatan hidup lebih lama dengan bahagia. Semangkuk sup kelelawar misalnya, dianggap membawa keberuntungan.
Di kebudayaan Cina sendiri ada kepercayaan terkait simbol lima kelelawar. Simbol tersebut menandakan keberkahan atas kekayaannya, kesehatan, kebajikan, usia tua, dan kematian secara alami. Bahkan memakan kelelawar juga dipercaya dapat meningkatkan kejelian mata. Akan tetapi, bencana virus Corona meruntuhkan mitos ini. 

Perlahan-lahan mitos Cina yang lain harus menghadapi kenyataan. Di balik kekuatan Cina, serangkaian tantangan menguji kemampuan Presiden Xi untuk menjaga stabilitas ekonomi dan politik di negaranya. Diketahui bahwa Cina sedang mengahadapi perang dagang dengan AS, kemudian masalah flu babi dari Afrika yang sempat memicu naiknya harga daging babi, hingga unjuk rasa besar-besaran yang terjadi di Hongkong. Menurut peneliti isu Cina Adam Ni masalah Hongkong dinilai sebagai persoalan paling besar bagi Cina. 
Serangan virus Corona dalam sepekan saja telah 'membunuh' kota Wuhan. Sebelumnya, Wuhan adalah 'dunia' bagi mereka. Tetapi kini bagi penduduk Wuhan, dunia hanyalah rumah mereka. Virus Corona juga telah memukul perekonomian Cina. Kerugian akibat virus Corona diproyeksi lampaui US$ 40 miliar (CNNIndonesia, 26/01/2020)  atau setara Rp. 7.787 triliun. (CNBCIndonesia, 22/01/2020). Biaya yang telah dikeluarkan Cina dalam kasus ini diprediksi Rp. 2 miliar/bulan. Sementara menurut simulasi yang beredar, kasus Wuhan bisa memakan waktu hingga 18 bulan. Oleh karena itu, Cina sekuat tenaga mempercepat pemulihan virus Corona ini. 

Pelajaran bagi Kaum Muslimin
Apa yang kita saksikan di Cina mengingatkan akan kebenaran Firman Allah SWT, "Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah." (an-Nisa: 2). Allah juga telah berfirman: "... dan Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya." (al-Furqan: 3). Dengan memahami Islam secara benar, konsep Islam Rahmatan Lil'alamin tak hanya sekedar slogan akan tetapi dapat diamalkan sehingga keseimbangan hidup dapat tercapai. 

Bagi Umat Islam, hukum membunuh kelelawar tidak dianjurkan dan mengonsumsinya adalah haram. Dari Abdullah bin Amru, ia berkata: "... dan janganlah kalian membunuh kelelawar karena ketika Baitul Maqdis roboh, ia berkata: 'Wahai Rabb, berikanlah kekuasaan padaku atas lautan hingga aku dapat menenggelamkan mereka." (Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam al-Kubra 9/318 & ash-Shugra 8/293 no. 3907 & al-Ma'rifah hal 456. Al-Baihaqi berkata: "Sanadnya shahih"). 
Manusia diberi kemampuan unik berupa akal budi guna memilih aktivitas kehidupan berdasarkan informasi yang diketahui. Informasi itu adalah tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, yang wajib atau yang dilarang. Semua ada konsekuensinya, baik jangka pendek (di dunia) maupun jangka panjang (di akhirat). Informasi-informasi tersebut dinamakan hukum syariat yang disampaikan oleh Nabi/Rasul sebagai utusan Tuhan. 
Kasus Wuhan menunjukkan bagaimana Allah Swt. telah menetapkan ukuran-ukuran atau spesifikasi pada virus yang bisa dan tidak bisa menimbulkan penyakit. Ketika Allah telah menetapkan mekanisme terkait virus, gennya, mutasi, dampak fisiologi dan sebagainya, dalam hal ini manusia bisa mempelajari dari petunjuk-petunjuk itu untuk memprediksi risiko penyakit yang dapat ditimbulkan dari mengonsumsi kelelawar. Manusia bisa mengetahui bagaimana mekanisme, sehingga dapat memilih antara memakan kelelawar atau meninggalkannya. 
Meski Cina sekuat tenaga memulihkan kondisi ini, tidak menutup kemungkinan virus lain akan menyusul. Sebagaimana 17 tahun silam, Cina terpukul oleh wabah SARS. 
Hal ini mengilustrasikan kepada Umat Islam bahwa Cina yang menganut Komunisme bukanlah negara yang tidak bisa ditaklukkan. Umat Islam harus meyakini bahwa Allah Swt. telah menginginkan kemenangan bagi Islam dan laum muslimin. Allah Swt. juga telah menakdirkan kekalahan bagi bangsa-bangsa arogan yang memproduksi kerusakan alam semesta dan kehidupan. Tidak ada yang mampu menghalangi bila Allah telah berkehendak. Kun fayakun, terjadi maka terjadilah. Pada masa silam, Allah telah menenggelamkan Fir'aun. Raja yang amat kuat dan ditopang kekayaan melimpah dari para pendukungnya. Ia bahkan lancang mengaku sebagai Tuhan. Kekuatan dan arogansinya sirna selamanya di lautan. Allah juga telah membinasakan Raja Namruj, Raja Abrahah beserta pasukan seribu gajahnya. Allah jugalah yang menyudahi kesombongan Hitler dan Musolini. Maka bukan hal yang sulit bagi Allah untuk sekedar menjatuhkan arogansi komunisme Xi Jinping atau kapitalisme Trump. Sebagaimana Allah memberi pelajaran dengan binasanya imperium penindas seperti Persia dan Romawi pada masa lalu, juga Jerman maupun Rusia pada era baru. Lalu apa sulitnya melibas Amerika dan Cina? 
Semua itu tentu bukan hadiah cuma-cuma dari Allah. Rasulullah saw. mengawali kejayaan Islam dengan tegaknya Negara di Madinah yang dipimpin oleh beliau. Kemenangan demi kemenangan kaum muslimin tidak datang lantaran keyakinan dan doa semata, tetapi juga diiringi optimalnya upaya. Kerja keras Rasul dan para sahabat dalam mendakwahkan Islam disertai peluh, air mata, bahkan darah dan nyawa. 
Akan halnya musibah yang menimpa penduduk Wuhan, bukan lantas umat Islam bersuka cita. Kita semua pun turut berduka atas hilangnya nyawa manusia. Sebagaimana kita ketahui, paham Komunis yang bertemu dengan  gaya hidup liberal telah merenggut korban. Kita tidak menginginkan penduduk Wuhan hancur dan binasa. Yang kita inginkan adalah binasanya sistem Komunis dan Kapitalis Liberal yang merusak manusia sebagaimana diadopsi Cina saat ini. 
Oleh karena itu, kita  senantiasa tanpa henti mengajak seluruh manusia termasuk penduduk Wuhan agar kembali kepada fitrah manusia, yaitu Islam. Islam beserta syariatnya telah memberikan kebaikan kepada manusia seluruhnya tanpa sentimen kesukuan, agama, dan status sosialnya. 
Wallahua'lam.

Post a Comment

Previous Post Next Post