Skull Breaker Challenge : Challenge Unfaedah Peregang Nyawa


Oleh : Azizah Nur Hidayah
(Homeschooler, Member Akademi Menulis Kreatif)

Baru-baru ini, chellange bernama skull breaker challenge tengah hangat menjadi pembicaraan publik. Tak sedikit anak-anak muda yang mengikuti challenge ini.

Dilansir oleh CNN Indonesia, Senin, 17 Februari 2020, Skull Breaker Challenge atau tantangan memecah tengkorak ini juga dikenal dengan nama Tripping Jump alias tersandung saat melompat. Tantangan ini dilakukan dengan cara melibatkan tiga orang yang berdiri berdampingan.

Awalnya, peserta bakal melompat bersamaan. Lalu, pada percobaan berikutnya, peserta paling ujung akan menendang kaki orang yang berada di tengah saat melompat. Alhasil, orang yang berada di tengah bakal jatuh terlentang. Tujuan tantangan tersebut adalah, membuat orang yang ada di tengah terjengkang dan bagian punggung mengenai lantai. Seolah-olah orang tersebut sedang terkena prank atau bahan guyonan.

Challenge ini sungguh berbahaya jika dilakukan. Karena, adegan-adegan yang melibatkan tulang punggung dan tulang belakang manusia sangat rawan menyebabkan cedera. Ketika tulang belakang dan tulang punggung terbentur benda-benda keras, resiko cedera yang akan dialami amatlah besar. Seperti patah tulang, pendarahan luar maupun dalam, lumpuh, bahkan dapat meregang nyawa seseorang yang terluka tulang bagian belakangnya tersebut.

Namun ternyata, skull breaker challenge bukan challenge berbahaya pertama yang dilakukan oleh anak-anak muda di dunia. Dulu, sudah ada cinnamon eating challenge, ice bucket challenge, dan berbagai challenge berbahaya lainnya. Sejak dulu, para pemuda dunia suka sekali mengikuti tantangan-tantangan berbahaya yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Bukan hanya tidak ada manfaat yang dapat diambil, tetapi kematian pun dapat terjadi karena aktivitas-aktivitas tantangan seperti ini.

Melihat rendahnya pemikiran generasi saat ini dalam melakukan suatu tindakan, membuat siapa saja geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak, orientasi yang ingin dicapai oleh generasi muda adalah materi dan pujian manusia semata. Tanpa berpikir panjang akibat yang akan didapatkan dari cara viral yang mereka lakukan.

Hal ini tersebab liberalisme yang tengah mencengkram tubuh generasi muda. Liberalisme, sebuah ide yang berasas kebebasan, membuat sesiapa saja melakukan apa yang ingin mereka lakukan dengan semaunya. Bebas tanpa aturan. Bebas melakukan apa saja yang menurut mereka keren. Tanpa mengetahui, apakah perbuatan mereka benar atau salah. Apakah akan membuahkan manfaat atau malah kerugian. Apakah akan menghantarkan pada dosa atau pahala. Mereka sama sekali tidak memikirkan hal tersebut.

Berbeda halnya dengan generasi Islam pada zaman dahulu. Mereka berlomba-lomba menjadi cendekiawan, profesor, ilmuwan, penghafal quran, serta individu yang bertaqwa kepada Allah. Mereka berlomba-lomba menjadi hamba terbaik di mata Allah. Memaksimalkan potensi dalam diri dengan sebaik-baiknya. Bukan malah berlomba-lomba melakukan hal-hal yang unfaedah demi mendapatkan perhatian manusia.

Cerdasnya para generasi terdahulu merupakan buah dari bagaimana dahulu Daulah Islam mendidik para generasi. Sehingga tercetaklah pemuda-pemudi cerdas nan beriman. Sebut saja Muhammad Al-Fatih, Salahuddin Al-Ayubi, Thariq bin Ziyad, Fatimah Al-Fihri, dan para pemuda cerdas lainnya yang telah menorehkan berbagai sejarah dunia. Para pemuda tersebutlah yang lahir dari rahim peradaban Islam yang gemilang.

Di dalam Daulah Islam, pendidikan generasi amat sangat diperhartikan oleh negara. Negara akan memastikan semua rakyatnya mendapatkan kualitas pendidikan yang sama. Tak pandang bulu siapa diri mereka masing-masing. Semua mendapatkan hak pendidikan yang sama. Negara menjamin kualitas pendidikan rakyat sesuai dengan syariat Islam.

Tak hanya itu, pemahaman dan kesadaran diri yang dimiliki oleh generasi atas keterikatannya dengan hukum syara’, membuat mereka berhati-hati dalam mengambil suatu tindakan. Mereka berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu, Karena mereka memahami, bahwa apa-apa yang mereka lakukan akan dihisab oleh Allah di akhirat kelak. Termasuk hisaban atas apa yang menimpa diri mereka sendiri.

Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post