Islam Bukan Musuh Tapi Solusi



Oleh : Subaidah, S.Pd
(Anggota Akademi Menulis Kreatif)

"Mulutmu harimaumu” ungkapan ini mengajarkan pada kita untuk berhati-hati dalam berbicara. Apa yang kita sampaikan merupakan cerminan apa yang ada dalam diri kita. Walaupun berbicara memiliki banyak fungsi yakni untuk kebaikan, berbicara juga berpeluang menimbulkan kemudaratan. Berbicara juga bisa mendapatkan simpati, tapi tidak sedikit dari berbicara yang tidak sesuai fakta malah mendapatkan kontroversi dan caci maki.

Pernyataan yang penuh kontroversi inilah yang disampaikan oleh kepala Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi saat wawancara dengan salah satu media daring. Yudian mengatakan ada kelompok masyarakat tertentu yang mereduksi agama sesuai kepentingannya sendiri yang tidak selaras dengan nilai-nilai pancasila. Dia mengatakan si minoritas ini ingin melawan pancasila dan mengklaim dirinya sebagai mayoritas. Ini yang berbahaya. "Jadi kalau kita jujur, musuh terbesar pancasila itu ya agama, bukan kesukuan," kata Yudian. (cnnindonesia.com, 13/02/2020)

Yudian menyoroti sekelompok masyarakat yang menganut paham agama ekstrem. Menurutnya, tindakan kelompok tersebut menjadi ancaman bagi pancasila sebagai ideologi bangsa karena memaksakan pendapatnya. Sontak saja pernyataan Yudian Wahyudi mendapat reaksi dari berbagai kalangan. Bahkan menurut Pakar Sosiologi Hukum dan Filsafat Pancasila, Prof Suteki, apa yang dinyatakan Yudian telah menyimpang dari hukum.  Profesor Suteki menilai Yudian jelas-jelas telah melanggar Pasal 156 tentang Penodaan Agama.

Sebagai seorang pejabat, bukan kali ini saja Yudian Wahyudi membuat kontroversi. Sebelumnya saat ia menjabat rektor UIN Sunan Kalijaga Jogyakarta. Yudian mengeluarkan surat keputusan perihal pelarangan mahasiswi bercadar, ia beralasan pelarangan itu demi menjaga ideologi mahasiswa UIN Jogyakarta dan memudahkan dalam kegiatan belajar mengajar. Kontroversi yang tak kalah mencengangkan lagi saat Yudian dan tim penguji meloloskan disertasi berjudul “Konsep Milk Al Yamin Muhammad Syahrur sebagai Keabsahan Hubungan Seksual Nonmarital. Disertasi ini menuai kontroversi karena menyebut ajaran Islam menghalalkan hubungan seksual di luar pernikahan, dan kontroversi dari Yudian baru-baru ini adalah mengganti ucapan salam dengan salam pancasila.

Paham liberalisme sekularisme yang diadopsi masyarakat Indonesia khususnya, menghasilkan manusia dan para pejabat bebas berbicara tanpa mengindahkan norma-norma agama. Bahkan tak jarang perilaku mereka bertentangan dengan aturan yang sudah Allah tetapkan. Lebih parahnya, para petinggi di negeri ini merasa bisa mengatur urusannya mulai dari urusan personal hingga bernegara, sehingga mereka membuang jauh-jauh peran Sang Pencipta (agama) dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan tidak jarang secara terang-terangan ada sebagian pejabat memusuhi umat Islam yang berjuang untuk menerapkan aturan-aturan Allah, karena hanya aturan yang berasal dari penciptalah yang akan mampu memberikan solusi atas karut marut persoalan individu, masyarakat dan negara.

Islam Bukanlah Musuh 

Islam bukanlah musuh atau ancaman. Islam adalah solusi atas karut marut persoalan yang menimpa bumi pertiwi. Agama (Islam) yang dituduhkan oleh Yudian sebagai musuh nyata-nyata hanya sekadar tuduhan belaka karena Islam tidak pernah terbukti sebagai biang dari persoalan yang menimpa Indonesia. Justru Allah Swt. mengingatkan kita dalam firman-Nya :

وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ
"Tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagai seluruh alam." (QS al-Anbiya : 107)

Islam adalah agama politik dan spiritual yang diturunkan oleh Allah Swt. sebagai rahmatan lil 'alamin. Islam mengajarkan keimanan dan mampu memberikan solusi atas setiap problema kehidupan manusia. Sehingga menempatkan Islam berhadap-hadapan dengan pancasila atau meletakkan Islam di bawah pancasila, apalagi menyingkirkan Islam dengan alasan untuk mengangkat nilai-nilai pancasila sungguh tidak sepadan dan bertentangan dengan keimanan kita sebagai seorang muslim yang mengaku beriman kepada Allah.

Islam dan pancasila tidak sama. Islam ada sebelum pancasila, bahkan Islam lebih dulu eksis sebelum negara Indonesia lahir. Pengaruh Islam sangat besar dalam peradaban dunia. Hal ini terbukti dari fakta sejarah yang membuktikan hanya Islam yang mampu menyatukan keberagaman. Karena Islam dapat diterima oleh seluruh manusia, dari yang berkulit hitam hingga yang berkulit merah. Dari perbedaan budaya yang ada hingga bahasa. Islamlah yang mampu menyatukan perbedaan tersebut bukan sebagai sumber perpecahan.

Tuduhan Islam menjadi penyebab perpecahan dan persoalan hingga dianggap musuh juga hanya sekadar tuduhan tanpa bukti. Kekisruhan politik yang ada tidak pernah terbukti disebabkan oleh Islam. Faktanya, tak jarang kekisruhan diakibatkan oleh proses demokrasi yang penuh kecurangan dan persaingan  memperebutkan kekuasaan. Banyaknya korupsi juga tidak ada hubungannya sama sekali dengan Islam. Bahkan banyak para ahli mengatakan maraknya korupsi salah satu faktor utamanya adalah proses demokrasi yang mahal.

Adanya ketimpangan di dalam masyarakat pun disebabkan mereka tidak merasakan kesejahteraan dari melimpahnya kekayaan alam. Justru utang negara makin menggunung tapi rakyat yang menerima imbasnya. Dengan dikurangi jumlah berbagai subsidi serta pajak yang semakin meningkat. Makin kuatnya cengkeraman asing dan kapitalis serta segudang problem ekonomi. Semua itu pun bukan karena Islam, tetapi justru karena penerapan sistem di luar Islam, yakni kapitalisme liberalisme.

Melihat fakta-fakta tersebut, masihkah kita menganggap agama (Islam) sebagai musuh dan sumber masalah di negeri ini? Seharusnya kita malu kepada Allah dengan limpahan nikmat yang telah kita terima, akan tetapi justru memusuhi dan mencampakkan syariat-Nya. Sehingga benarlah firman Allah Swt. :
 وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى 
"Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku, sungguh bagi dia kehidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkan dia pada hari kiamat nanti dalam keadaan buta." (QS Thaha : 124)

Sudah saatnya kita mengambil syariat Allah untuk diterapkan di negeri ini serta mencampakkan kapitalisme liberalisme. Sehingga mampu memberikan solusi atas karut marut persoalan yang ada bukan justru malah memusuhi agama (Islam) yang Allah hadirkan untuk menebar rahmat terhadap semesta alam.

Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post