Ilusi Kerukunan Beragama Disistem Demokrasi

Oleh: F.H Afiqoh 
Aktivis Dakwah Kampus dan Member Akademi Menulis Kreatif

Indonesia adalah negeri yang beragam baik dari suku, bahasa, budaya, adat istiadat dan agama. Sayang keberagaman ini acap kali dinodai dengan aksi intoleransi, khususnya di wilayah agama. Lihat yang banyak terjadi dari dulu hingga detik ini kerukunan dalam beragama sangat kurang, perusakan rumah ibadah adalah bukti masih lemahnya  kerukunan dalam beragama. Ketika kaum muslim sebagai minoritas, sangat terlihat bagaimana yang mayoritas (kafir) bertindak semaunya terhadap minoritas. 

Berita yang baru-baru ini terjadi di Sulawesi utara Perusakan rumah ibadah kembali terjadi. Masjid Al-Hidayah di perum Agape Minahasa Utara, dirusak oleh 50 orang dari Ormas Waraney dari Desa Tumalutung , Minahasa gara-gara terganggu dengan suara bising toa. Kejadian seperti ini sudah dari dulu yang kemudian terulang kembali, yang melakukan pengrusakan atau gangguan bukan umat Islam melaikan kaum kafir. Dan anehnnya ketika kaum muslim yang dilecehkan, diganggu dan bahkan disiksa tidak ada ketegasan dari pihak berwajib, tetapi malah sebaliknya membela kaum yang bersalah (kafir). Lihat saja bagamana para elit menanggapi akan hal ini.

Dilansir oleh Rmol.id (01/02/2020), Pernyataan Menteri Agama Fachrul Razi soal kasus perusakan musala di Minahasa Utara, Sulawesi Utara (Sulut), yang viral di media sosial, menjadi polemik. BERITA TERKAIT Polisi Tetapkan Dua Tersangka Baru Pengrusakan Musala Di Minahasa Utara Polda Sulut: Sembari Tunggu Izin, Warga Perbaiki Musala Agape Yang Dirusak Pengrusakan Musala Di Minahasa Utara, Tiga Penyerang Sudah Jadi Tersangka Fachrul menyatakan, perusakan tempat ibadah jika dibanding dengan jumlah tempat ibadah di Indonesia memiliki rasio yang sangat kecil. "Sebetulnya kasus yang ada, kita bandingkan lah ya, rumah ibadah di Indonesia ada berapa juta sih? Kalau ada kasus 1-2 itu kan sangat kecil," kata Fachrul di Kota Bogor, Kamis (30/1). Anggota Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Pusat Brigjen Pol (Purn) Anton Tabah Digdoyo menilai apa yang dikatakan Fachrul tidak tepat.

Seharusnya menteri agama tidak  berkata demikian, seakan-akan dari perkataannya tidak menganggap penting akan rumah ibadah padahal dia sendiri adalah muslim, dimana aqidahnya? sehingga perkataan itu dengan gampang di keluarkan. Pembelaan terhadap kaum kafir yang jelas bersalah sangat terlihat. Ini negeri mayoritas muslim tapi yang muslim sendiri yang menindas saudara muslimnya. 

Apakah ini yang dinamakan toleransi? Apakah ini yang dinamakan pancasilais? Apakah ini adalah bentuk penghormatan terhadap toleransi itu? Ataukah ini adalah bentuk dari pada penjagaan dalam kerukunan beragama? Dalam pandangan mereka bisa jadi iya tapi dalam pandangan kita itu adalah kebablasan yang fatal di lakukan oleh para elit penguasa. Jadi disini siapa yang radikal? Dan siapa yang pancasilais?

Sistem demokrasi yang katanya menjamin kebebasan beragama nyatanya melakukan diskriminasi pada agama Islam  seperti yang terjadi sekarang penghancuran rumah ibadah, wanita yang bawa anjing masuk masjid dan lainnya pasti yang disalahkan umat Islam. Beginilah selama sistem demokrasi masih tercokol dalam negeri kaum muslim, kerukunan dalam beragama tidak akan pernah ditemukan, yang ada hanyalah kebencian yang menimbulkan kerusakan. 

Demokrasi adalah hukum buatan manusia dimana hukum menjadi penuh dengan kepentingan. Lihat saja bagaimana keberadaan hukum-hukum yang penuh dengan kepentingan ekonomi, hukum dan aturannya diperjual belikan sesuai dengan keinginan personal dan kelompok tertentu. Sehingga bagaimana mungkin sistem demokrasi bisa melahirkan peradilan yang adil ketika persepsi tentang keadilan pun tidak memiliki standar yang jelas? Begitulah sistem demokrasi sistem gagal dalam segala aspek.

Oleh karena itu saatnya kaum muslim back to islam kafah yang di dalamnya tidak ada keraguan sedikitpun ketika menerapkannya.

Islam adalah agama yang sempurna dalam seluruh aspek, agama yang sangat damai, agama yang paling toleran lihat saja fakta yang terjadi adakah kaum muslimin merusak rumah ibadahnya kaum kafir? Adakah kaum muslimin yang mengganggu kenyamanan orang kafir? Adakah kaum muslimin yang membombadir orang-orang kafir? Adakah kaum muslimin yang membunuh orang kafir? Adakah kaum muslim yang menyiksa orang kafir? Dan masih banyak lagi yang lainnya. Jawabannya tidak, kaum muslim tidak pernah melakukan hal yang demikian sekalipun kaum muslim yang mayoritas. Yang melakukan hal yang demikian adalah mereka kaum kafir yang tidak pernah ridho melihat keunggulan dari kaum muslimin.

Islam dari pemikiran dan fakta penerapnya tidak pernah terjadi diskriminasi agama seperti dalam sistem demokrasi saat ini (mayoritas muslim bahkan serasa menjadi minoritas dinegerinya).

Sebaik-baik suri teladan ialah Rasulullah saw. termasuk dalam menegakkan Islam.
Wallahu a’lambishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post