Stunting : Kegagalan Negeri Menjamin Gizi Ibu dan Anak

By : Cica
Penulis, Warga Masyarakat

      Salah satu kewajiban negara adalah menjamin kebutuhan pokok setiap rakyatnya agar tetap terpenuhi. Kasus stunting merupakan suatu bukti bahwa negara telah gagal menjalankan perannya dalam memberikan kesejahteraan kepada rakyat. Bagaimana, tidak? Kasus stunting merupakan kasus yang sangat serius. 

       Tribun News.com, Jumat 23 November 2018 mengabarkan, stunting adalah kondisi dimana tinggi badan anak lebih pendek dibanding tinggi badan anak seusianya. Hal ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dengan manifestasi kegagalan pertumbuhan (growth faltering) yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun.

       Pemenuhan gizi merupakan suatu kebutuhan jasmani yang wajib di penuhi. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, dapat menyebabkan kematian. Oleh karenanya negara harus memberikan perhatian serius terhadap kebutuhan pokok setiap individu. Himpitan ekonomi serta perolehan penghasilan yang tidak layak berdampak kepada kemiskinan sehingga sulitnya rakyat memenuhi kebutuhan pokok yang halal dan sehat. Ini adalah rentetan permasalahan yang menyebabkan kasus stunting di negeri ini semakin bertambah.

       Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat (Prov Jabar) Berly Hamdani, di Jawa Barat kasus stunting masih diangka tinggi, namun dari 38 persen kini menjadi 29,2 persen yang penurunannya cukup signifikan. Ia menyebut, kasus terbanyak ada di Garut yaitu 42 persen, Sukabumi 41,3 persen lalu di Tasikmalaya 32 persen. (Wartatasik.com.
       Maraknya kasus stunting merupakan satu dari sekian banyak dampak yang disebabkan karena diterapkannya sistem Kapitalisme yang berlandaskan akidah sekulerisme, yang mana akidah ini meyakini bahwa berbagai aspek kehidupan seperti politik, ekonomi, pergaulan dan sebagainya haruslah dipisahkan dari Islam. Padahal Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur segala aspek kehidupan. Di dalam sistem Islam, negara akan mengelola sumber daya alam secara mandiri dan berdaulat untuk kesejahteraan rakyat disamping membuka lapangan pekerjaan sekuas-luasnya serta upah yang layak agar kemudian rakyatnya mampu memenuhi kebutuhan asasi mereka baik sandang, pangan, maupun papan dengan kualitas terbaik. 
       Tak hanya di sisi ekonomi dimana masyarakat disejahterakan, negara di dalam Islam juga menjamin pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Kebutuhan anak-anak sebagai calon generasi mendatang terhadap gizi yang baik menjadi perhatian penguasa. Sebab kasus stunting tak hanya soal asupan bergizi yang baik,  akan tetapi terkait kesehatan ibu ketika mengandung dan kualitas ASI eksklusif yang diberikan terhadap buah hati. Penjaminan terpenuhinya nutrisi sang ibu ketika mengandung ini pun tak lepas dari kemampuan mereka dalam pemenuhan pangan yang baik pula. Maka negara dengan perangkatnya akan menjamin ketersediaan pangan yang dibutuhkan masyarakat dengan mudah dan terjangkau disamping memberikan pelayanan kesehatan yang profesional dan terjangkau bagi si ibu dan anak. Kemudian dari aspek sosial, Islam mewajibkan negara untuk menyantuni orang miskin, mendorong kaum muslim yang kaya untuk berbagi kepada orang-orang miskin dan sekaligus mewajibkan zakat yang salah satu tujuannya adalah untuk orang-orang fakir dan miskin. Dari sini bisa kita pahami bahwa permasalahan stunting ini merupakan permasalahan yang bersifat sistemik, tak hanya aspek kesehatan namun aspek ekonomi, dan sosial-politik yang saling berkaitan satu sama lain.
Dengan segala solusi yang telah diberikan oleh Islam, maka berbagai problematika umat yang ada di negeri ini termasuk kasus stunting akan dengan mudah diselesaikan. Oleh karena itu Islam sebagai sistem yang sempurna yang datang dari Sang Maha Pencipta dan Maha Pengatur sudah sewajibnya diterapkan di negeri ini. Penerapan Islam secara kaffah (total) bukan hanya memberikan solusi semata dalam segala problematika yang ada, lebih dari itu penerapan Islam secara kaffah akan mendatangkan rahmat serta ridho-Nya, sehingga kebahagiaan yang akan diraih bukan hanya di dunia tapi hingga ke Syurga-Nya. 

Wallahu'alam bish shawwab.

Post a Comment

Previous Post Next Post