Pendidikan Terbaik Generasi Bangsa

Oleh : Erni Yuwana 
(Aktivis Muslimah)

Usai kontroversinya dengan penghapusan Ujian Nasional, kini Nadiem Makarim hadir dengan kabar terbaru. Nadiem mengatakan ada dua poin yang penting untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia. Yakni soal merdeka belajar dan kehadiran guru penggerak.

Dilansir dari www.tribuntimur.com pada 2 Desember 2019,  Menurut Nadiem, merdeka belajar memberikan kesempatan bagi sekolah, guru dan muridnya bebas untuk berinovasi, bebas untuk belajar dengan mandiri dan kreatif. Yakni, dengan memberikan ruang-ruang inovasi untuk guru, murid, dan sekolah.

Poin kedua yang ia katakan penting adalah adanya seorang guru penggerak. Nadiem bahkan tak ragu mengungkap bagaimana seorang guru penggerak yang berbeda dengan guru lainnya. Menurut Nadiem, guru penggerak adalah guru yang lebih mengutamakan murid-murid dibanding apapun bahkan karirnya sendiri.

"Keutamaan itu juga berlaku untuk murid dan pembelajaran murid. Dan karena itu dia akan mengambil tindakan tindakan tanpa disuruh tanpa diperintahkan untuk melakukan yang terbaik bagi muridnya,” tambah Nadiem.

Dari sekian program-program kontroversial yang diajukan pemerintah, faktanya pendidikan Indonesia masih berada dalam posisi eksperimen. Metode trial-error selalu digunakan, mencoba dan terus mencoba formula pendidikan yang pas. Tidak bisa dipungkiri, pendidikan Indonesia masih mencari jati diri.

Sampai detik ini, pendidikan Indonesia masih mencari jalan ke arah pendidikan ideal dan terbaik untuk negeri ini. Namun, kita lupa bahwa pernah ada sistem pendidikan terbaik yang sukses mencetak generasi terbaik di dunia. Produk dari sistem pendidikan tersebut adalah ilmuwan besar dan terkenal seperti  al-khawarizmi (penemu angka nol ),  Abbas ibnu firnas (peletak dasar teori pesawat terbang ), ibnu hayyan (ahli kimia, astronomi), ibnu sina (kedokteran), abu al rahyan (ilmu bumi,matematika, dan astronomi, antropologi, psikologi dan kedokteran ), Abu ali hasan ibn al-haitsam (fisikawan terkenal dalam hal optik dan ilmu ilmiah), dsb. Mereka bukan hanya ilmuwan, tapi merangkap sebagai seorang ulama. Orang yang tunduk dan patuh pada aturan rabbul Alamin, Allah SWT.

Jika dunia pendidikan Indonesia benar-benar fokus berbenah diri dalam mendidik generasi. Maka negara ini wajib memahami peran hakiki sistem pendidikan, yaitu:

Pertama, sistem pendidikan harus mampu menyelenggarakan pendidikan bagi seluruh warga negara secara cuma-cuma. Mereka diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melanjutkan pendidikan tinggi secara gratis. 

Kedua, guru harus mendapatkan gaji yang layak, yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan baik primer maupun sekunder, bahkan tersier. Sehingga profesi guru adalah profesi utama. Sebagai contoh, Khalifah Umar bin Khatthab memberikan gaji pada seorang guru masing-masing sebesar 15 dinar (1 dinar = 4,25 gram emas). Jika dikalkulasikan, itu artinya gaji guru sekitar Rp 30.000.000. Tentunya ini tidak memandang status guru tersebut PNS atau pun honorer. Apalagi bersertifikasi atau tidak, yang pasti profesinya guru.

Ketiga, negara menyediakan fasilitas pendidikan. Negara wajib menyediakan perpustakaan, laboratorium, dan sarana ilmu pengetahuan lainnya, selain gedung-gedung sekolah, kampus-kampus, untuk memberi kesempatan bagi mereka yang ingin melanjutkan penelitian dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, termasuk di bidang pemikiran, kedokteran, teknik kimia serta penemuan, inovasi, dan lain-lain, sehingga di tengah-tengah umat lahir penemu dan inovator. 

Keempat, sistem pendidikan tersebut harus mampu membentuk pola pikir intelektual dan pola sikap Rabbani. Negara bersungguh-sungguh dalam menyelenggarakan pendidikan untuk memelihara akal, memelihara kehormatan, memelihara jiwa manusia, memelihara harta, memelihara agama, memelihara keamanan, dan memelihara negara.

Jika ke-empat fokus  pendidikan tersebut dilakukan, maka akan tercetak generasi muda unggul yang mampu membangun peradaban emas dengan akhlak tinggi dan kecerdasan intelektual yang melangit.

Wallahu'alam bi showab

Post a Comment

Previous Post Next Post