Natuna, Si "Cantik" yang Diincar Cina



Oleh: Ghoziyah Almustanirah
(Member AMK dan Pemerhati Masalah Publik)

Natuna bak gadis molek yang menjadi incaran banyak pihak. Pesonanya begitu memikat, sehingga tidak heran Cina ikut mengincar pesonanya.

Diantara pesona Natuna adalah letaknya yang strategis. Natuna berada pada jalur pelayaran internasional Hongkong, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan. Setiap hari Natuna dilewati sekitar 1.000 kapal asing.

Potensi laut Natuna juga tidak kalah mempesona sehingga mampu memikat banyak pihak termasuk Cina. Beragam potensi itu diantaranya cumi-cumi sekitar 23.499 ton per tahun, lobster  sekitar 1.421 ton, kepiting sekitar 2.318 ton,  rajungan  sekitar 9.711 ton. Ada juga ikan pelagis mencapai 327.976 ton per tahun, dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebesar 262.380,8 ton per tahun (80% dari potensi lestari). Ada ikan demersal dan lainnya. Bahkan tahun 2014 tingkat pemanfaatan ikan pelagis hanya mencapai 99.037% dari total jumlah tangkapan yang dibolehkan. Selebihnya belum dimanfaatkan yaitu sebesar 163.343,8% ton pertahun (detik.com, 5/01/2020).

Tidak hanya ikan, Natuna juga menyimpan kandungan berharga berupa cadangan minyak dan gas (Migas) yang sangat besar, salah satunya di blok migas lapangan gas Natuna D-Alpha dan Dara. Berdasarkan survei seismik laut ditemukan cadangan migas terbesar sepanjang 130 juta bbl minyak dengan luas 25x15 Km2 serta tebal batuan reservoir lebih dari 1.500 meter (kompas.com, 04/01/2020).

Ditjen Migas Kementrian ESDM juga mengeluarkan data pada Januari 2016 tentang cadangan gas alam yang besar di Natuna. Bahkan, ini yang terbesar di Indonesia yaitu sekitar 49,87% atau hampir separuh dari seluruh cadangan gas alam yang ada di Indonesia.

Dilansir oleh cnbcindonesia.com, bahwa produksi minyak mentah dari blok-blok di Natuna mencapai 25.447 barel per hari. Sementara, gas bumi mampu diproduksi sebesar 489,21 MMSCFD (Milion Standart Cubic Feet per Day) (gas) atau Juta Standar Kaki Kubik  per hari (gas)).

Dilansir oleh, cnnindonesia.com, 07/01/2020, Natuna juga memiliki cadangan minyak bumi mencapai 298,81 juta barel. Cadangan gas bumi mencapai 55,3 triliun kaki kubik, jika di estimasikan produk maksimum 1 triliun kaki kubik pertahun maka cadangan ini bisa untuk 50-100 tahun.

Natuna yang berada di ujung Utara Indonesia juga menyimpan sejuta potensi wisata alam yang sangat indah. Natuna memiliki pantai dengan bebatuan granit hampir di seluruh sisi pulaunya. Wisatawan bisa masuk ke Natuna melalui Bandara Hang Nadim di Batam. Lokasinya yang asri, tenang, jauh dari hiruk pikuk  perkotaan, nyaman, dan aman sangat cocok untuk dijadikan tujuan berlibur.

Dari sekian banyak pesona di atas, maka wajar Cina sangat berambisi untuk mendapatkannya.

Meski Natuna  masuk ke dalam Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia yaitu wilayah perairan yang jaraknya 200 mol (321 kilometer) dari garis pantai kepulauan Natuna, tapi Cina berdalih tidak melanggar hukum Internasional yang ditetapkan melalui konvensi hukum laut PBB  tahun 1982 UNCLOS (United Nation Law of the Sea). Cina mengklaim Natuna masuk ke dalam Nine Dash Line (NDL) Cina (kompas.com, 04/01/2020).

Padahal aturan tentang NDL ini sudah dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Mahkamah Arbitrase Internasional (Permanent Court of Arbitration).

Hal inilah yang yang menjadi pemicu konflik antara pemerintahan Cina dengan beberapa negara di sekitar kepulauan Natuna terutama Indonesia.

Empat puluh sembilan kapal nelayan Cina dikawal langsung oleh coast guard atau penjaga pantai Cina. Mereka melakukan aktivitas perikanan di perairan Natuna dan  mengklaimnya sebagai wilayah tradisional fishing ground miliknya.

Namun, sikap atau tanggapan dari sejumlah pejabat di negeri ini justru terkesan lemah. Luhut Binsar Panjaitan selaku Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menyatakan agar masalah ini tidak perlu dibesar-besarkan. Karena ia mengkhawatirkan masalah ini akan mengganggu investasi (tempo.co, 05/01/2020).

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bahkan mengatakan masalah ini harus diselesaikan dengan baik, karena Cina adalah Sahabat. (cnbcindonesia.com, 03/01/2020)

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan bahwa Indonesia  bisa membuka kerja sama dengan negara mana pun di wilayah ZEE termasuk dengan Cina. Presiden Jokowi juga mengajak Menteri Kelautan dan Perikanan Edhi Prabowo dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)  Arifin Tasrif, dalam kunjungan kerja ke Kabupaten Natuna. Tujuannya adalah untuk meninjau lokasi yg nanti direncanakan akan dieksploitasi  baik migas atau perikanannya (cnnindonesia.com, 10/01/2020).

Sangat jelas terlihat bahwa sikap Indonesia lemah dan lebih mengedepankan investasi ketimbang menyelamatkan aset bangsa. Ini semua juga tidak lepas dari efek jeratan utang kita kepada Cina. Akibatnya Indonesia tidak lagi mampu berdaulat dan telah menjadi negara jajahan secara tidak langsung.


Kesalahan politik fatal yang sering terjadi pada umat Islam adalah berhutang atau meminta bantuan asing terutama negara penjajah. Ini sama saja dengan bunuh diri politik yang menghancurkan umat Islam sendiri.

Berdasarkan data statistik utang luar negeri Indonesia (SULNI) yang dirilis Bank Indonesia ( BI) periode Agustus 2019, posisi Utang Luar Negeri (ULN) menurut pemberi kredit yang berasal dari Cina sebesar US$ 16,99 miliar atau setara dengan Rp. 239,55 triliun (kurs Rp.14.100,00). 

Posisi ULN dari Cina menduduki posisi keempat setelah Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura. Utang Indonesia ini berasal dari swasta dan pemerintah.

Akibat utang yang luar biasa besar ini, Indonesia tidak berdaya. Bahkan, saat aset negara seperti Natuna diincar atau telah direnggut oleh Cina. Semua ini terjadi karena kita belum memiliki perisai dan  pelindung. Baik dalam meriayah rakyat, maupun menjaga diri, harta, dan kehormatan. Kita butuh seorang pemimpin yang tegas dan berani melindungi serta mempertahankan wilayah negara dan rakyatnya dari incaran pemangsa.

Dalam Islam menjaga perbatasan hukumnya fardhu kifayah. Allah Swt. berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiaga (diperbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung." (TQS. Ali Imran: 200).

Nabi Muhammad Saw. juga pernah bersabda: "Ribath (menjaga perbatasan wilayah Islam dari serangan musuh-musuh Islam) sehari semalam lebih baik dari pada puasa sunnah  selama sebulan penuh. Dan jika seorang murabit mati di tengah ia  bertugas maka amal perbuatan itu akan terus berpahala dan ia diberikan rizki di surga kelak, serta tidak ditanya di dalam kubur (oleh malaikat Mungkar dan Nakir)." (HR. Muslim).

Bahkan Imam Haramain Al-Juwaini berkata, " Perhatian para pemimpin untuk mendukung perbatasan merupakan perkara penting. Yaitu dengan mempertahankan benteng, menyimpan cadangan makanan yang cukup, mencari parit, menyediakan alat-alat militer untuk kawasan perbatasan, dan membantu pasukan di sepanjang hubungan perbatasan. Pendapat ini juga dikuatkan oleh Al-Mawardi dalam Ahkamu Sultaniyah, hal.15, dan Abu Ya'la dalam Ahkum Sultaniyah, hal.27.

Islam juga mengatur bagaimana hubungan negara Islam dengan negara kafir. Jika negara tersebut masuk golongan kafir Harbi Fi'lan maka tidak boleh ada kerja sama apapun karena statusnya kita berperang dengan mereka.

Kita tau bagaimana sikap pemerintah Cina terhadap Muslim Uighur di Xinjiang. Miris rasanya kalau kita justru menganggap mereka adalah sahabat.

Jika kita terus lemah terhadap Cina dan negara penjajah lainnya, maka bukan tidak mungkin ada Si "cantik" lain yang akan diincar dan siap dimangsa oleh mereka termasuk Cina. Wallahu a'lam bishashowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post