Natuna : Aset Berharga Yang Menjadi Incaran Cina


Oleh : Khaulah Al-Azwar Al-Islamiyah 
Member AMK, Mahasiswi 

Munculnya laporan terkait sejumlah kapal asing penangkap ikan milik Cina yang memasuki Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di Natuna, membuat hubungan antara Indonesia dan Cina kian memanas.

Natuna termasuk ke dalam kawasan Laut Cina Selatan (LCS) dan wilayahnya sangat strategis untuk dijadikan jalur perdagangan internasional. Natuna banyak menyimpan kekayaan alam seperti minyak bumi dan gas alam. 

Selain itu, Natuna juga menyimpan banyak kekayaan laut. Sebesar 21 persen hasil tangkapan ikan adalah sumbangan pendapatan ke negara Indonesia. Maka, wajar saja kawasan perairan Natuna selalu menjadi incaran kapal asing. 

Adapun potensi kekayaan laut yang dimiliki oleh Natuna, yakni diantaranya ikan pelagis kecil sebanyak 621,5 ribu ton per tahun, ikan pelagis besar sebanyak 66,1 ribu ton per tahun, ikan karang sebanyak 21,7 ribu ton per tahun, ikan demersal sebanyak 334,8 ribu ton per tahun, udang sebanyak 11,9 ribu ton per tahun, cumi-cumi sebanyak 2,7 ribu ton per tahun, dan lobster sebanyak 500 ton per tahun. 

Berdasarkan data Dirjen Migas Kementerian ESDM Januari 2016, Natuna memiliki cadangan gas alam kurang lebih 49,87 persen. Hampir menyamai besarnya cadangan migas di daerah Timur Tengah. Cadangan terbesar minyak bumi dan gas alam yang tersimpan di Natuna berada di lapangan gas Natuna D-Alpha dan lapangan gas Dara.

Hasil survei seismik menemukan adanya cadangan migas terbesar selama kurang lebih 130 tahun dari sejarah migas Indonesia, dengan cadangan gas 222 triliun kaki kubik (TCF) dan 310 juta bbl minyak dengan luas 25 kali 15 km persegi, serta tebal batuan reservoir dari 1.500 meter. (kompas.com)

Cina yang tergiur dengan kekayaan alam Natuna mengklaim wilayah Laut Cina Selatan sebagai wilayahnya, dan mengaku memiliki kedaulatan penuh atasnya. Alasan ini yang menguatkan China bisa dengan bebas keluar masuk perairan Natuna. 

Secara geografis, Laut Cina Selatan tidak hanya milik Cina saja. Melainkan milik beberapa negara di Asia Tenggara yang termasuk ke dalam kawasan Laut Cina Selatan. Seperti Filipina, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Brunei Darussalam.

Cina yang tidak menghiraukan, apakah Indonesia setuju atau tidak dengan pendapat Cina tentang historisnya? Menganggap diri merasa berdaulat atas Natuna. Hingga muncul pergolakan antara Cina dan Indonesia.

Semua alasan itu merupakan strategi Cina untuk menguasai Natuna demi mendapatkan semua keinginannya. Cina menyadari jika Selat Malaka saat ini masih dikendalikan oleh Amerika Serikat. Oleh sebab itu, AS dan Cina masih terlibat dalam persaingan. Berlomba menjadi negara adidaya dengan kekuatan ekonomi nomor satu di dunia.

Cina akan selalu melakukan berbagai macam cara demi mengamankan kedudukannya sebagai 'The Giant of Economic'. Oleh sebab itu, Cina melengkapi pulau Spratly dengan persenjataan militer, landasan pesawat, dan persenjataan lain seperti rudal JL-1 dan JL-2 yang dapat mengancam seluruh kawasan Asia Tenggara.

Untuk kekuatan militernya sendiri Cina memiliki personil kurang lebih mencapai 2,7 juta orang, 3.187 pesawat militer untuk pertempuran dan transportasi, alutsista angkatan laut total asetnya mencapai 714 unit.

AS memanfaatkan kondisi ini serta berupaya agar Cina selalu disibukan dengan kondisi militer dan masalah-masalah pribadi seperti menghadapi kasus Muslim Uyghur di Xinjiang, Cina. Meskipun demikian, Cina masih bisa menghadapi segala permasalahannya. 

Inilah alasannya mengapa umat muslim memerlukan kekuatan politik yang kuat agar wilayah teritorialnya tidak dikuasai oleh negara-negara penjajah kapitalis. Agar mereka tidak semena-mena membuat alasan untuk melanggar batas wilayah teritorial negeri-negeri muslim, terutama Indonesia.

Rasulullah Saw bersabda :

“Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll)

Menjaga kedaulatan wilayah Islam dari serangan musuh-musuh Islam merupakan kewajiban bagi seluruh umat muslim agar tidak jatuh ke tangan musuh-musuh Islam. Pendapat ini sesuai dengan hadis Rasulullah Saw sebagai berikut :

"Ribath (menjaga perbatasan wilayah Islam dari serangan musuh-musuh Islam). Sehari semalam lebih baik daripada puasa Sunnah dan shalat Sunnah selama sebulan penuh. Dan jika seorang Murabith mati di tengah ia melakukan ribath, maka amal perbuatan itu akan terus berpahala dan ia diberikan rizkinya di surga kelak, serta tidak ditanya di dalam kubur (oleh malaikat Munkar dan Nakir)" (HR. Muslim).

Oleh karena itu, untuk membentuk kekuatan politik Islam diperlukan sebuah institusi yaitu Khilafah Islamiyah. Sebab khilafah mampu menyatukan negeri-negeri Islam seluruh dunia. Jika suatu wilayah diserang seperti halnya Natuna, maka wilayah negeri Islam yang lainnya akan melakukan perlawanan terhadap negara penjajah yang berani mengganggu kedaulatan negara Islam tersebut. 

Tidak seperti sekarang negara Islam terpecah belah menjadi negara bagian atau nation state. Itu semua disebabkan oleh negara kapitalisme penjajah yang sengaja ingin memisahkan negeri-negeri Islam dari Khilafah Islamiyah. Sehingga tak memiliki kekuatan politik yang kuat untuk melawan mereka.

Ketika masa Khilafah Utsmaniyah mengirim pasukan Janisaari untuk membantu Nusantara melawan negara penjajah Eropa. Kasus ini tertuang dalam sejarah Aceh dan Perang Diponegoro.  Begitupun dengan kasus Natuna mampu terselesaikan jika khilafah menjadi negara adidaya untuk melawan Cina, agar mereka tidak seenaknya mengklaim Natuna sebagai bagian dari wilayahnya.

Hanya dengan menerapkan sistem Islam yang mampu menjamin kedaulatan negeri-negeri Islam dan menjaga martabat kaum muslim. Musuh-musuh Islam akan merasa segan dan tak ada yang berani menguasai wilayah teritorialnya. Khilafah Islamiyah, negara adidaya yang menguasai dunia sekaligus menjadi negara super power. Insyaallah, bisyarah Rasulullah Saw akan segera hadir kembali untuk memimpin dunia.

Wallaahu a'lam bish shawab

Post a Comment

Previous Post Next Post