Liberalisasi Pariwisata Berkedok Devisa

By : Nur Saleha, S.Pd
Praktisi Pendidikan

Indonesia merupakan negari yang terdiri dari pulau - pulau yang memiliki keindahan alam, keanekaragaman adat istiadat dan budaya. Dengan adanya potensi yang dimiliki tersebut pemerintah terus berusaha mengembangkan sektor pariwisata untuk meningkatkan pendapatan. Pemerintah akan melakukan apapun untuk menarik perhatian para turis, baik lokal maupun mancanegara. Meskipun cara yang dilakukan bertentangan dengan agama yang dianut atau diyakini masyarakat setempat.

Seperti halnya tradisi adat Buang Nahas, di kampung Talisayan, Kecamatan Talisayan yang digelar di akhir bulan Safar tahun Hijriah. Acara adat tersebut bertujuan untuk membuang segala keburukan dan berdoa bersama untuk mendapatkan keselamatan, kemakmuran, dan di jauhkan dari segala bencana. Tetapi tradisi ini tidak direstui oleh Camat Talisayan. Camat Talisayan menyampaikan kepada pihaknya bahwa tradisi Buang Nahas dianggap tidak sesuai dengan akidah dalam Islam. (m.berau.prokal.co, 25/10/2019 ).

Selain itu, tari juga merupakan hal yang menarik dan menjadi tradisi untuk  pembukaan atau penyambutan acara besar di setiap daerah. Seperti yag dikabarkan oleh kabar-periangan.com, 31/12/2019, tak kuat menahan teriknya matahari, puluhan penari even Umbul Kolosal di waduk Jatigede kabupaten Sumedang dengan jumlah peserta 5.555 orang satu persatu jatuh pingsan dan diantaranya mengalami kesurupan.

Sektor pariwisata di Indonesia dianggap sangat potensial untuk menjadi kunci dan solusi menghadapi dampak ekonomi akibat perang dagang yang memanas antara Amerika Serikat dan China. Staf Ahli Menteri PPN Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Amelia Widya, mengatakan di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu, sektor pariwisata dapat menjadi kunci pertumbuhan suatu negara selain itu juga sebagai "jalan pintas" yang bisa digunkakan untuk meyelamatkan devisa negara. " Analisis sementara menujukan industri pariwisata tidak terpengaruh oleh perang dagang. Meski terjadi perang dagang, orang - orang tetap berpariwisata. (monitorday.com,29/6/2019)

Budaya syirik di Indonesia seperti melekat dalam budaya dan tradisi masyarakat. Sebab dalam sistem kapitalime yang memiliki akidah sekuler (pemisahan agama dari kehidupan), negara membiarkan masyarakat untuk mempraktikan dan melestarikan budaya syirik. Pemerintah tidak pernah mengeluarkan larangan terhadap masyrakat yang masih melestarikannya. Bahkan pemerintah setempat melestarikannya. Alhasil tidak semua Muslim yang menjalani kehidupan ini sesuai dengan apa yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw. 

Mirisnya, pemerintah fokus pada sektor pariwisata sebagai sumber pendapatan bagi negara. Padahal menyimpan ancaman dan bahaya yang akan melemahkan akidah sebagai kekuatan umat. Di satu sisi, menjadi jalan untuk mengokohkan hegemoni kapitalisme neolib, melalui penyesatan opini publik dengan menganggap pariwisata merupakan solusi di tengah kesulitan ekonomi imbas perang dagang AS vs China.

Selain itu dunia internasional turut mendikte Indonesia untuk menggencarkan sektor ini. Aroma liberalisme menjadi ruh untuk menggiring lifestyle masyarakat untuk menjadikan tren pariwisata sebagai tempat bersenang senang.


Dalam sistem Islam, negara tegak sejatinya untuk menerapkan hukum Allah Swt. di muka Bumi. Sehingga tidak akan membiarkan pintu kemaksiatan di dalam negara termasuk melalui sektor pariwisata. Objek wisata yang mengandalkan kekayaan alam maupun peninggalan Islam bisa dipertahankan. Bahkan ketika melihat keindahan alam misalnya yang harus ditanamkan adalah kesadaran Allah Swt. sebagai Al-Khalik Al-Mudabbir. Sedangkan ketika melihat peninggalan bersejarah peradaban Islam yang harus ditanamkan adalah kehebatan tentang Islam dan umatnya.

Dalam Islam yang perlu harus dicatat, bahwa bidang pariwisata ini meski bisa menjadi sumber devisa, tapi tidak dijadikan sebagai sumber perekonomian. Sebab dalam Islam tujuan bidang pariwisata adalah sebagai dakwah dan propaganda.

Dalam Islam negara memiliki sumber ekonomi yang tetap yaitu pertanian, perdagangan, industri dan jasa. Keempat sumber itulah yang menjadi tulang punggung bagi negara dalam membiayai perekonomian. Oleh karena itu marilah kita perjuangkan Islam agar bisa diterapkan di seluruh aspek kehidupan, sehingga budaya syirik dan keterjajahan oleh asing bisa hilang.

Post a Comment

Previous Post Next Post