Kisruh Jiwasraya, Buah Kapitalisme yang Kian Menggurita



Oleh : Mukhy Ummu Ibrahim, Member Akademi Menulis Kreatif


Gurita kapitalisme tampaknya kian nyata mencengkeram negeri ini. Satu lagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terlilit masalah dan tengah mengiba pada pemerintah. Tidak tanggung-tanggung suntikan dana yang diharapkan bisa dikucurkan bernilai hingga puluhan triliun. Tepatnya 30 triliun rupiah dana yang diharapkan dapat digelontorkan bagi Jiwasraya, BUMN yang bergerak di bidang asuransi.

Hal ini disebabkan Jiwasraya tengah mengalami gagal bayar polis asuransi yang jatuh tempo tiap harinya. Padahal sebagai BUMN, Jiwasraya seharusnya dapat menjadi penyumbang income negara. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.

Indikasi adanya korupsi dan salah kelola tengah diselidiki. Kementerian BUMN pun telah melaporkan adanya indikasi terjadinya tindakan curang (fraud) PT Asuransi Jiwasraya (Persero) ke Kejaksaan Agung. Hal ini dilakukan setelah Kementerian BUMN melakukan review terhadap laporan keuangan yang dinilai telah dikelola dengan tidak transparan. (cnbcindonesia.com, 15/11/2019)

Dari hasil pemeriksaan, ditemukan fakta adanya sejumlah aset yang diinvestasikan secara tidak hati-hati (prudent), serta adanya pengelolaan aset dan cadangan yang tidak transparan. Alhasil, kondisi tersebut menyebabkan Jiwasraya kesulitan likuiditas yang membuat Jiwasraya menunda pembayaran klaim nasabah.

Kasus gagal bayar PT Asuransi Jiwasraya ini dinilai merupakan skandal terbesar di Indonesia setelah kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia atau BLBI. Sehingga sudah seharusnya ini menjadi perhatian besar bagi pemerintah untuk dapat mengungkap apa yang sebenarnya terjadi.

Dugaan korupsi, investasi yang tidak hati-hati, hingga adanya skema ponzi menjadi beberapa indikasi penyebab Jiwasraya kehilangan likuidasi dan gagal bayar premi. Manajemen buruk yang menyeret Jiwasraya dalam investasi pada saham-saham 'gorengan' yang berisiko sangat tinggi, jelas membawa perusahaan asuransi negara ini pada situasi yang penuh spekulasi. Belum lagi dugaan adanya 'perampokan' dana oleh jajaran direksi. Mengingat perusahaan yang sangat sehat pada 2016-2017, lalu tiba-tiba defisit puluhan triliun di tahun berikutnya. Ini tentu menunjukkan adanya penyedotan dana yang terjadi. Bahkan tidak mungkin hanya dikarenakan adanya risiko bisnis, mengingat ekonomi 2018 berjalan biasa dan tidak terjadi resesi seperti pada tahun 1998 silam.

Bahkan dugaan terjadinya penyedotan dana Jiwasraya untuk dana kampanye Pemilu 2019 pun mengemuka. Sudah menjadi rahasia umum jika BUMN ini seolah menjadi 'sapi perah' bagi pejabat dan partai yang berafiliasi dengannya. Badan usaha yang seharusnya menjadi penyokong ekonomi negara dan mengurus kepentingan rakyat ini justru hanya menjadi 'bancakan' segelintir elit negara. Dan negaralah yang harus menelan pil pahit saat akhirnya terjadi pailit.

Apa yang terjadi pada Jiwasraya sejatinya menggambarkan bagaimana jerat kapitalisme yang kian mencengkeram. BUMN yang semestinya menjadi perusahaan yang berorientasi pada kepentingan rakyat, kini justru menjadi korporasi yang menjadi pemuas segelintir elit kapitalis. Mereka yang berkuasa pun begitu leluasa memanfaatkannya demi kepentingan pribadi dan golongannya.

Keburukan mereka pun makin menggila saat mereka menghalalkan segala cara demi meraup keuntungan kapital. Bermain dalam jual beli saham yang kental dengan riba dan unsur perjudian (maisir) pun dijadikan andalan. Sementara saat mereka akhirnya menuai kerugian, negaralah yang dituntut untuk memberi dana talangan.

Sungguh ini adalah perampokan uang negara yang begitu terstruktur. Bahkan seolah menjadi 'legal' karena memang difasilitasi oleh negara. Inilah wajah buruk kapitalisme yang kini tengah mencengkeram negeri ini. Yang hanya mengurusi kepentingan segelintir elit dan abai pada urusan rakyat kecil.

Tidak hanya lalai dalam mengurusi rakyatnya, mereka justru begitu mudah menghamburkan uang negara. Bagaimana tidak, demi pride (rasa bangga), mereka mengabaikan ketidaksehatan finansial perusahaan dan justru melakukan sponsorship bagi kedatangan klub sepakbola asal Inggris, Manchester City. Yang tentunya memerlukan dana yang tidak sedikit.

Demikianlah tabiat kapitalisme yang hanya membawa negeri ini pada keterpurukan. Potensi dan kekuasaan negara hanya dinikmati oleh segelintir elit kekuasaan bersama para pemodalnya. Kebijakan pun tak pernah melirik rakyat yang mestinya disejahterakan. Hingga rakyat pun kian dalam terperosok pada jurang kemiskinan. Terbelit aneka permasalahan, dari kesehatan, pendidikan hingga perekonomian.

Sudah nyata bahwa pemerintahan di era kapitalis hanya setengah hati dalam mengurusi rakyatnya. Pemerintah hanya menjadi kendaraan bagi mereka yang haus akan kekuasaan dan materi dunia. Banyaknya kasus yang kian hari kian terungkap pun semakin membukakan mata bahwa tidak ada kemaslahatan dan kebaikan sedikit pun pada sistem kapitalisme. Yang keberadaannya di seluruh dunia tengah berada di ambang keruntuhan.

Oleh karena itu, sudah saatnya pula umat kian tersadar akan rusaknya sistem kapitalisme yang melingkupi mereka. Dan bersegera mencari solusi, sistem pengganti yang dapat mengurai setiap problematika yang ada. Dan tak ada keraguan lagi saat telah nyata kegagalan sosialis komunis dan sekuler kapitalis, maka hanya sistem Islamlah yang dapat menjadi sistem yang memberikan solusi yang mengakar. Sistem yang akan  menghadirkan kesejahteraan. Sistem yang bersumber dari Pencipta Yang Maha Sempurna. Tentu sangat berbeda dengan sistem produk akal manusia yang penuh cacat dan cela.

Dalam Islam, pengaturan urusan umat menjadi prioritas utama dalam tiap kebijakannya. Mereka yang diamanahkan sebagai pemimpin kaum muslim pun akan benar-benar menjalankan kewajiban mereka dengan segenap kemampuannya. Keyakinan akan adanya hari penghisaban, membuat mereka akan sangat berhati-hati dalam tiap tindakan. Mereka pun yakin, bahwa kelak mereka akan dimintai pertangungjawaban atas kepemimpinan mereka. Sehingga dapat dipastikan bahwa tiap tindak tanduknya hanya akan dijalankan sesuai aturan Islam (syariat Islam).

Jadi, tidak akan ada perusahaan milik negara yang dikelola dengan tidak sesuai syariat Islam. Tidak akan ada pula yang namanya perusahaan asuransi, sebab asuransi bukanlah transaksi yang dibenarkan dalam Islam. Terlebih lagi yang perputaran modalnya justru dimasukkan dalam lingkaran riba dan transaksi yang syarat unsur maisir/gambling. Sehingga tidak hanya menjauhkan dari keberkahan tetapi juga mengundang murka Allah Swt. Hingga kehidupan rakyatnya pun tak akan pernah meraih damai dan sejahtera.

Berbeda dengan sistem Islam dimana semua dijalankan atas landasan iman dan sesuai aturan Islam. Yang akan meniadakan praktek-praktek culas dan curang serta transaksi-transaksi haram yang hanya akan berujung pada kehancuran. Padahal jika saja mereka memilih takwa maka Allah Swt. akan mencurahkan berkah-Nya dan kehidupan pun akan diliputi sejahtera.

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (TQS. al-A'raf [7]: 96)

Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post