Banjir, Pesan Cinta dari Allah.

By : Nurbaeti


Bencana datang menimpa negeri ini ketika pergantian tahun baru dimulai. Sejuta harap yang sempat disemat di malam pergantian tahun, serasa diluluh lantakkan oleh air yang melimpah berlebihan. Menyapu  wilayah-wilayah yang sebelumnya biasa mengalami banjir, lalu meluas pada wilayah yang tidak diduga. Jakarta, Tangerang, Bekasi sampai Cikampek dan Cipali  pun kebagian kelebihan air ini. 

Kerugian tak bisa dielakkan, bencana tak mungkin tak meninggalkan luka. Harta bahkan jiwa tak kuasa lagi dipertahankan ketika alam sudah menunjukkan arogansinya. Sungguh manusia benar benar makhluk lemah, dalam tekanan air pun manusia tiada daya. Bagaimana pula menghadapai tekanan alam semesta. Salut pada para relawan yang berjibaku membantu tanpa pamrih, jangan tanya berapa mereka digaji, bahkan mereka rela mengeluarkan dana dari kantong sendiri. 

Dengan pengalaman yang  berulang setiap tahun, semestinya kita belajar bagaimana agar musibah yang sama tidak terulang. Sarana dan prasarana harus sudah disiapkan jauh jauh hari sebelum musibah terjadi. SOP  penanganan banjir pun  harusnya sudah sangat dipahami oleh warga yang biasa terkena. Dijalankan sebaik baiknya oleh pihak yang diberi wewenang. Hingga korban dan kerugian bisa diminimalisir. 

Tak perlu mencari tersangka ketika musibah terjadi. Apalagi hujan dijadikan  tersangka utama,  curah hujan yang tinggi sepanjang hari seakan menjadi penyebab musibah terjadi.  Padahal menurut BMKG hujan pada selasa  pagi hanya sekitar 100 milimiter. Jauh lebih rendah dibanding curah hujan di bulan januari 2007 yang diprediksi mencapai 300-400 mm namun masih dianggap normal. 

Sebagai umat Islam kita meyakini hujan adalah rahmat bagi penduduk bumi. Tanpa sedekah dari langit ini, bagaimana mungkin kehidupan bisa berjalan. Allah menurunkan sesuatu menurut kadarnya. Namun manusia merusak keseimbangan alam, hingga tak mampu menahan kucuran rahmat. Allah telah memperingatkan manusia agar jangan membuat kerusakan di muka bumi. Namun mereka menganggap sedang membuat kebaikan. 

Menurut para ahli,  banjir terjadi karena banyak faktor. Masalah tahunan yang tidak juga terurai karena peliknya solusi yang harus dijalankan. Tata ruang yang belum mengacu resiko banjir. Bantaran sungai yang seharusnya diisi pohon pohon malah ditanami tembok  tembok beton.  Hutan hutan yang beralih fungsi tak sanggup lagi menampung air. Daerah resapan air semakin berkurang, surface storage sudah jenuh air hingga air mengalir deras ke tempat tempat yang lebih rendah.

Jika semua belum tertangani dengan sebaik baiknya, ada yang salah dalam sistemnya. Bisa dipastikan sistemnya yang harus diperbaiki.  Jika menyangkut para pemilik modal yang menguasai hutan hutan atau wilayah strategis, negara tentu punya wewenang untuk menyelesaikannya. Dalam Islam hutan, air, dan padang gembalaan adalah milik rakyat yang tidak boleh dimiliki perorangan. Maka tidak ada peluang bagi pemilik modal menguasai hajat hidup orang banyak. Jika menyangkut masyarakat yang membangun rumah rumah di bantaran sungai, negara pun harusnya punya solusi. 

Terlepas dari analisa analisa para ahli, Tidak cukupkah musibah menundukkan hati kita. Betapa kita jauh dari Aturan Allah. Allah sudah menyempurnakan pengaturan langit dan bumi dalam Al quran dan Sunnah Nabi. Mustahil ada yang salah dalam pengaturanNya. Selama ini kita begitu jauh dari apa yang Allah perintahkan. Hingga Allah kirimkan pesan cinta lewat air yang melimpah. Menunjukkan betapa kita teramat lemah, tak.mampu menghadapi apapun tanpa pertolonganNya. Betapa kita merasa mampu mengatur manusia lain, namun sesungguhnya sedang melawan Kuasa Allah Swt. Allah pencipta manusia, lalu sebagian manusia membantahNya.

Allah menjanjikan keberkahan bagi hambanya yang menaati aturannya. Keberkahan yang dikeluarkan dari langit dan bumi. Ketentraman dan kesenangan  jiwa. Janji yang mustahil tidak ditepati. Allah Maha Memenuhi janji. Keyakinan pada perubahan harus diteguhkan atas dasar aqidah yang kuat. Mengembalikan semua pada tempatnya. Memutuskan hukum dengan tepat. Menjalankan aturan yang semestinya. Mari berbenah menuju kehidupan yang lebih baik. 
#revowriter

Post a Comment

Previous Post Next Post