Solusi Hakiki bagi Uyghur

By : Lulu Nugroho
Muslimah Revowriter Cirebon

Dalam sekejap, Gelandang Arsenal Mesut Oezil dari Pro Evolution Soccer (PES) ini menjadi buah bibir. Saat ia mengritik perlakuan negara tirai bambu terhadap Muslim Uyghur di wilayah barat Xinjiang, China. Kementerian Luar Negeri Republik Rakyat China menyatakan Oezil telah menjadi korban 'berita palsu'.

Oezil lewat unggahan di akun Twitter pribadinya menyebut China telah melakukan usaha-usaha untuk melenyapkan Islam dari orang-orang Uyghur. Termasuk di antaranya dengan pembakaran Alquran dan pernikahan paksa antara perempuan Uyghur dan laki-laki China. Nyatanya, sikap Ozil tersebut justru mengundang simpati dari warganet.

Tanda pagar #IndonesiaStandswithUyghur merajai jagad Twitter pada Ahad lalu, mencapai 102 ribu tweet dan sempat naik ke trending topik dunia. Atas nama kemanusiaan, seluruh bangsa peduli nasib Uyghur. Begitupun mayoritas muslim tanah air, mendorong pemimpin negeri ini agar segera bergerak memberi dukungan terhadap Uyghur.

Suara pemimpin Indonesia di kancah internasional, tentu akan didengar China. Apalagi mereka sejatinya membangun hubungan kemitraan. Kerja sama bilateral antara kedua negara seharusnya menjadikan mereka memiliki chemistry, layaknya keakraban sebuah persahabatan. Bisa saling menasehati dan memperbaiki.

Namun apatah daya, jalinan pertemanan dua negara tersebut, tidak lebih hanya sebatas hubungan ekonomi. Lebih tepatnya adalah hubungan utang piutang. Maka dipastikan pihak yang memberi utang, akan mendominasi. Bahkan bisa jadi lebih berkuasa untuk bertindak semena-mena terhadap pihak yang berutang. Akhirnya tersebab utang, negeri kita mati gaya, tak bertaji untuk menegur mitranya.

Dengan dalih masalah domestik, negara lain tidak boleh ikut campur, maka kezaliman China terhadap Uyghur terus berlanjut hingga kini. Tak ada satu kekuatanpun yang menolong. Tidak dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Tidak juga Organisasi Konferensi Islam (OKI), pun tidak dari Hak Asasi Manusia (HAM). Seluruh dunia sepakat diam, tak bergeming.

Hal ini terjadi juga pada negeri ini. Potensi besar dari mayoritas muslim sebagai sumber daya manusia, tidak menjadikannya sebuah kekuatan. Persis seperti yang dikabarkan dalam hadits, bahwa umat Islam di akhir zaman laksana buih, terombang-ambing ke sana ke mari sebab dijauhkan dari akidahnya yang sahih. Kini bahkan tak satupun umat Islam di dunia mampu menolong Uyghur, saudaranya satu tubuh.

Uyghur pernah menjadi sebuah negeri yang damai saat di bawah kekuasaan Khalifah Utsman bin Affan radhiyallaahu 'anhu. Beralihnya teknologi kertas dari Uyghur ke negeri Muslim, menandai dimulainya pencatatan mushaf Alquran di masa itu. Kini, bahkan mengunduh Alquran dan berbagi dakwah Islam, Muslim Uyghur akan ditangkap otoritas China.

Tak hanya itu, Amnesty International dan Human Rights Watch melaporkan Muslim Uyghur dipaksa bersumpah setia kepada Presiden Xi Jinping, ditahan tanpa batas waktu yang jelas, diperlakukan layaknya sumber penyakit, serta dipaksa menyerukan slogan-slogan Partai Komunis. 

Mereka juga diawasi secara ketat lewat pemantauan kartu identitas, pos pemeriksaan, identifikasi wajah, serta pengumpulan DNA. Penjara tak jarang berujung pada penyiksaan, kelaparan, dan kematian. Berbagai siksaan mengerikan harus diterima Muslim Uyghur. Bahkan mereka pun kehilangan sanak keluarga, dan dipaksa menikah dengan etnis Han, yang notabene non muslim.

Uyghur yang terluka, membutuhkan tangan saudaranya untuk membebaskan mereka dari belenggu kezaliman China. Ada 57 negeri muslim dengan total jumlah penduduk lebih dari 1 milyar, seharusnya itu merupakan kekuatan untuk melawan musuh. Akan tetapi akibat ketiadaan pemimpin yang merupakan junnah atau perisai, membuat umat senilai dengan buih di lautan.

Pemimpin-pemimpin negeri muslim tidak bernyali menghadapi China. Berjuta dalih disampaikan demi melegalkan sikap pengecut mereka. Ini membuktikan bahwa umat membutuhkan pemimpin tangguh sekaliber Rasulullah, yang siap menggerakkan tentara saat bani Qainuqa' mengganggu kehormatan seorang muslimah.

Karena itu diperlukan persatuan untuk kembali menegakkan kepemimpinan umat. Khalifah adalah pengganti Rasulullah, penerus yang menjaga kemuliaan Islam. Melalui kekuasaannya akan lenyap segala bentuk kezaliman. Umat pun bersatu menjadi ummatan waahidatan, yang akan meluluh lantakkan seluruh bentuk kemungkaran di muka bumi. 

Inilah sebaik-baik umat yang pernah ada. Khoiru ummah bagi Uyghur, yaitu umat yang terikat dan bersatu atas dasar akidah, di bawah kepemimpinan Khilafah 'ala minhajin nubuwwah yang akan membebaskan Uyghur dari penderitaan yang berkepanjangan. Khilafah adalah solusi hakiki bagi Muslim Uyghur. Allaahummaa ahyiinaa bil Islam.

Post a Comment

Previous Post Next Post