Menggoreng Isu Radikalisme

Oleh : Rika 
Pelajar, Aktivis remaja Serdang Bedagai

Zaman  sekarang  banyak orang yang gemar mencari kambing hitam, semua itu demi menutupi kesalahan yang mereka lakukan dengan mencari-cari kesalahan orang lain. Hal itu bukan hanya terjadi dikalangan masyarakat biasa, namun juga terjadi dikalangan intelektual dan para pejabat Negara.

Indonesiainside.id, Jakarta – Tokoh masyarakat Papua, Christ Wamea, mengingatkan agar pemerintah tidak melulu ‘jualan’ isu radikalisme. Dirinya khawatir isu itu sengaja dimunculkan menutupi masalah yang jauh lebih besar.

Sejak pelantikan Kabinet Indonesia Maju oktober lalu, hingga saat ini pemerintah terus saja menggulirkan isu Radikalisme. Seakan-akan isu ini adalah momok yang sangat mengerikan bagi negeri ini, padahal sesungguhnya momok yang sedang dan terus menggrogoti negeri ini ialah masalah ekonomi yang kian memburuk. Tak hanya itu, namun Indonesia kini kian darurat akan permasalah narkoba, gizi buruk, kriminalisasi anak, perempuan, dll. 

Tak ingin terlihat bersalah oleh rakyat, maka pemerintah membuat seluruh elemen sibuk mengurusi tentang radikalisme sehingga tidak ada yang menyadari akan permasalahan yang sebenarnya dihadapi. Pemerintah tentu tak ingin rakyat mengetahui akan kegagalannya dalam mengurus Negara, mereka tak ingin dianggap gagal.

Berbagai cara yang terus dilakukan agar isu radikalisme ini tetap hangat dan merupakan permasalahan yang sangat genting dan akan mengancam kedaulatan Negara serta kenyamanan masyarakat. Pada hakikatnya ide radikalisme sendiri bukanlah berasal dari Indonesia, melainkan ini adalah proyek asing untuk menjatuhkan umat islam. Lantas mengapa Indonesia kini turut mengembangkan isu radikalisme yang sejatinya menyasar pada umat islam?

Indonesia adalah negeri dengan mayoritas umat islam, namun sayang justru umat islamlah yang terus disudutkan dengan isu radikalisme. Dibalik ini semua sedang terjadi berbagai permasalahan yang akhirnya luput dari perhatian dan liputan oleh media. Terutama dalam hal ekonomi, rakyat Indonesia seharusnya bisa mendapatkan pekerjaan dari sejumlah proyek yang terus digarap Indonesia dalam memajukan negeri dibidang insfrastruktur dan liannya. Namun sayang, semua itu jauh dari harapan, dan ini semua karena sebagian besar proyek dikerjakan oleh asing. Tak hanya dalam urusan menegemen, bahkan untuk taraf seperti pekerja kasar Indonesia juga mengambil kuli dari luar negeri. Alhasil, pengangguran tetap subur dan tersebar dimana-mana.

Sedangkan rakyat Indonesia terus mendapatkan tekanan dengan mengatasnamakan penanganan dan mewaspadai orang yang mungkin terpapar radikalisme. Seperti para ASN dan PNS yang diancam akan dipecat bila diketahui mengikuti kelompok radikal. Atau missal dengan pelarangan menggunakan cadar, celana cingkrang dan atribut yang merupakan ciri-ciri paham radikal. Guru serta para pengajar di pendidikan Tk hingga tinggat perguruan tinggi ditekankan untuk tidak mengajarkan paham radikalisme. 

Pemerintah sungguh sangat serius untuk menjalankan ide radikal ini, dan rakyat terus saja dikelabui dengan fikiran kotor tersebut. lantas sampai kapan kita akan terus menutup mata dan membiarkan umat islam yang menjadi kambing hitam dari kegagalan pemerintah dalam mengurusi berbagai problem negeri ini yang semakin rumit ini?!

Post a Comment

Previous Post Next Post