The Power of Pain: Bocah Pemimpi Surga Abadi

Oleh : Desi Wulan Sari 

Dentuman keras kian memekakkan telinga.
Aku berlari tak tentu arah.
Tercabik sudah jiwa dan raga.
Tumpah darah para syuhada cilik.

"Ya Abiiii"....
"Ya Umiii"....
"Dimana kalian?"
Kutatap kilatan-kilatan api di angkasa.
Dengan wajah luka, kulit terkelupas, darah menetes dengan pedihnya.
"Ya Allah, Aku hanya milik-Mu, pedih ini tak seberarapa dibanding nikmatnya keabadian bersama-Mu."

"Bocah syuhada kemana kau kucari?"
Reruntuhan tembok telah menghalangi tubuh mungilmu.
"Abi datang anakku!"...
"Abi datang anakku!"...
Pelukan terakhir penuh tanda keabadian.
Senyum disudut bibir mungilmu menghiasi luka perih di wajahmu.

"Siapakah aku?"
Kau bombardir kami dengan kebencian.
"Siapakah aku?"
Kau musnahkan kami dengan api caci maki dan senjatamu.
"Tak takutkah kau Wahai zionis saat azab Allah tiba di depan mata?"

Bukan duniaku untuk bisa bermain.
Bukan duniaku untuk bisa senda gurau.
Bukan duniaku untuk bisa tertawa lepas.
"Bukan!....
Karena tak ada lagi air mata.
Tak ada lagi rintihan.
Tak ada lagi jeritan.
"Tak ada!"...

Aku hanya bocah pemimpi.
Di tanah suci penuh arti.
Aku adalah bocah layaknya bocah-bocah yang kalian miliki di sana.
Tapi aku hanyalah bocah pemimpi dengan luka dan perih di tubuh.
Akulah bocah di  tanah Gaza yang selalu ada untuk-Nya.

Maafkan Abi, maafkan Umi ..
Relakan aku menggapai mimpi.
Mimpikan surga abadi.
Relakan aku bertemu kekasihku.
Kekasih impian, kekasih abadi.
Allah Azza Wa Jalla.
Allah Yang Maha Perkasa Lagi Maha Agung.
Itulah tempatku.
Surga Abadi.

-End-
Wallahu a'lam bishawab.[]

Post a Comment

Previous Post Next Post