Mewujudkan Negeri yang Diberkahi

Oleh : Tawati 
(Aktivis Muslimah Majalengka)

Berkah menurut bahasa, sebagaimana disebut dalam Kamus al Munawwir (1997), berasal dari kata  al-barakah. Artinya, nikmat. Istilah lain dalam bahasa Arab adalah mubârak dan tabâruk. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), berkah artinya “karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia”.

Dalam syarh Shahîh Muslim, Imam an-Nawawi menyebut berkah memiliki dua arti (1): tumbuh, berkembang atau bertambah; (2) kebaikan yang berkesinambungan. Adapun menurut istilah, sebagaimana disebut oleh Imam Al-Ghazali dalam Ensiklopedia Tasawuf, berkah berarti ziyâdah al-khair  atau bertambahnya kebaikan.

Tubuh yang berkah tidak selalu berarti sehat. Kadang sakit itulah yang justru membawa berkah sebagaimana dialami Nabi Ayub as. Sakitnya menambah taatnya kepada Allah SWT. Berkah umur tidak selalu berarti panjang. Ada yang umurnya pendek, tetapi dahsyat taatnya layaknya Musab ibn Umair. Makanan berkah itu bukan yang komposisi gizinya lengkap, tapi mampu mendorong orang menjadi lebih giat beribadah. 

Ilmu yang berkah itu bukan yang banyak riwayat dan catatan kakinya, tetapi yang mampu menjadikan seorang meneteskan keringat dan darahnya dalam beramal dan berjuang untuk agama Allah SWT. Tanah yang berkah bukan karena subur dan panoramanya indah. Tanah yang tandus seperti Makkah pun bisa memberikan keberkahan yang tiada tertandingi.

Sayang sekali, dalam konteks pengaturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, kata berkah ini hampir-hampir tak lagi disebut kalau tidak boleh dikatakan sudah dilupakan sama sekali. Padahal, mengingat pentingnya berkah, semestinya ke sanalah pembangunan  negara diorientasikan. Lantas, bagaimana jalan mewujudkan negeri yang berkah?

Sama seperti yang lain. Negeri yang berkah juga hanya bisa dicapai dengan  taat kepada Allah SWT. Dalam al-quran surah al-A’raf ayat 96 hal ini dinyatakan dengan tegas. Jika penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa kepada Allah, maka Allah akan membuka pintu-pintu keberkahan dari langit dan bumi.

Berkah dari langit (barakât as-samâ‘) dapat berupa udara, air hujan atau angin. Berkah dari bumi (barakât al-ardhi) berupa tetumbuhan yang menghasilkan kayu, daun dan buah. Dari dalam bumi didapat aneka mineral, minyak, gas dan lainnya yang sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia. Dari lautan didapat aneka ikan dan lainnya.

Kita sedari awal telah menyadari bahwa kemerdekaan ini atas berkat rahmat Allah. Karena itu aneh sekali bila sekarang kata berkah ini justru dilupakan dalam pembangunan negara ini. Karena itu pula, wajar belaka bila kemudian negeri ini tak pernah surut dirundung berbagai duka dan luka.

Di akhir ayat 96 surah al-A’raf tadi, dijelaskan keadaan penduduk negeri yang ingkar kepada Allah SWT. Mereka akan terus ditimpa berbagai  ‘azab’ oleh karena perbuatan ingkar itu. Kerusakan moral, maraknya miras dan  narkoba, tingginya angka kriminalitas, korupsi, ketidakadilan, kedzaliman, kemiskinan, juga aneka bencana seperti gempa, tsunami dan lainnya, sesungguhnya adalah bagian dari ‘azab’ itu.

Jelaslah, kunci pembuka pintu berkah bagi sebuah negeri hanyalah dengan iman yang sungguh-sungguh kepada Allah SWT. Wujudnya adalah dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya dalam seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu, segala aturan semestinya dibuat berdasar prinsip taat.

Aturan yang menghalalkan yang haram atau sebaliknya, mengharamkan yang halal, harus dibuang. Pemimpin juga harus terus mengajak rakyatnya untuk taat, bukan malah menghalangi ketaatan dan mempersekusi tokoh atau kelompok yang tengah bekerja mengajak rakyat untuk taat. Wallahua'lam bishawab[].

Post a Comment

Previous Post Next Post