Kemana Arah Pendidikan Generasi?

Oleh : Asma Ridha 
(Penggiat Literasi Aceh)

Jokowi meminta Nadiem Makarim untuk membuat terobosan di dunia pendidikan. Ia ingin pendiri Gojek itu menyiapkan sumber daya manusia (SDM) siap kerja dan usaha. 
Jokowi menyebut, tugas Nadiem di Kemendikbud adalah membuat terobosan yang signifikan dalam pengembangan sumber daya manusia. "Kita akan membuat terobosan-terobosan yang signifikan dalam pengembangan SDM, menyiapkan SDM yang siap kerja, siap berusaha yang me-link and match-kan antara pendidikan dan industri nanti berada di wilayah Mas Nadiem Makarim," kata Jokowi (Liputan6.com, 23/11/19)

Tentu tidak ada yang salah harapan orang nomor satu di negeri ini dalam pengembangan SDM yang siap kerja. Namun tentu tujuan dan harapan tersebut jangan sampai memalingkan dari peranan dan fungsi pendidikan itu sendiri. Kita tidak lupa dengan kasus yang terjadi di Manado bulan lalu, Alexander Warupangkey (54), guru SMK Ichtus, yang, ternyata lebih dulu dikeroyok sebelum ditikam hingga tewas oleh muridnya. Pelaku pengeroyokan sudah ditangkap polisi.

"Dari hasil pemeriksaan 6 saksi yang saat kejadian ada di TKP (tempat kejadian perkara) kepolisian akhirnya menetapkan satu tersangka baru, yakni OU (17), yang ikut mengeroyok korban ketika pelaku FL melakukan aksi penikaman," ujar Kapolresta Manado Kombes Benny Bawensel saat dimintai konfirmasi, Sabtu (detiknews.com, 26/10/2019).

Dan bahkan nyaris setiap tahun telah banyak kasus kekerasan yang dilakukan oleh murid terhadap gurunya. Kita juga tidak lupa bagaimana kasus guru Budi tahun lalu yang menghebohkan negeri ini  juga tewas oleh anak didiknya sendiri. 

Artinya dunia pendidikan hari ini memiliki PR yang sangat besar yang lebih penting dari aspek siap kerja. Yakni sebagaimana yang tertuang dalam pengertian tujuan pendidikan  nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Namun dengan sistem pendidikan di Indonesia yang bergaya sekuler telah menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang cenderung anti dengan syariah Islam, dan sebenarnya menjadi ganjalan dalam menerapkan pendidikan karakter bagi peserta didik. Sekalipun pendidikan berkarakter ini telah ada dan tertuang dalam kurikulum pendidikan.

Pendidikan Islam Menghasilkan Kegemilangan Peradaban
M. Ismail Yusanto dalam bukunya berjudul Menggagas Sistem Pendidikan Islam menuliskan bahwa pendidikan Islam terlahir dari sebuah paradigma Islam berupa pemikiran menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan kehidupan dunia; sebelum dunia dan kehidupan setelahnya; serta kaitan antara kehidupan dunia dengan kehidupan sebelum dan sesudahnya. Paradigma pendidikan Islam tidak bisa dilepaskan dari paradigma Islam.
Pendidikan dalam Islam merupakan upaya sadar dan terstruktur serta sistematis untuk menyukseskan misi penciptaan manusia sebagai abdullah dan khalifah Allah di muka bumi. Itulah tujuan pendidikan Islam. Asasnya akidah Islam. Dan sas ini berpengaruh dalam penyusunan kurikulum pendidikan, sistem belajar mengajar, kualifikasi guru, budaya yang dikembangkan, dan interaksi di antara semua komponen penyelenggara pendidikan.

Dan ketika dunia pendidikan hari ini jauh dari nilai-nilai Ketuhanan yang Maha Esa, maka output yang dihasilkan adalah generasi  yang semakin merosot moralnya dan makin terkikis karakternya, bahkan hilang jati dirinya sebagai hamba. Jangankan siap berkerja, mendapat persoalan sedikit saja tak mampu diselesaikan dengan tuntas. 

Di masa Khilafah Islam telah banyak lahir generasi cemerlang yang unggul. Tak hanya unggul dalam ilmu saintek, mereka pun sukses menjadi ulama yang faqih fiddin. Keseimbangan ilmu ini terjadi karena Islam dijadikan asas dan sistem yang mengatur dunia pendidikan.

Sebutlah Imam Syafi’i. Tak hanya ahli ushul fikih, beliau juga fakih dalam ilmu astronomi. Ada pula Ibnu Khaldun, bapak pendiri historiografi, sosiologi, dan ekonomi. Beliau pun hafal Alquran sejak usia dini. Tak hanya ekonomi, beliau juga ahli dalam ilmu politik. Lalu ada Ibnu Sina, sang bapak kedokteran sekaligus ahli filsafat, Jabir Ibnu Hayyan ahli kimia, Ibnu al-Nafis bapak fisiologi peredaran darah, dan masih banyak lainnya.

Sungguh sejarah telah mencatat para ilmuwan Islam yang terbukti tidak  hanya cakap dalam sains namun juga berperan sebagai ulama besar. Ilmu dunia dan akhirat berpadu demi kemaslahatan hidup manusia. Begitulah kecemerlangan Islam saat diterapkan.

Lantas bagaimana dengan pendidikan hari ini? Kemana arah pembentukan generasi sebenarnya? Maka sepatutnya untuk terus berbenah dan memperbaiki pola pendidikan yang bukan sekedar siap kerja, namun juga siap menempa hidup yang pasti menemukan banyak persoalan dan tantangannya. Maka iman dan ilmu adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan.
Wallahu A'lam Bisshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post