Jangan Lahirkan Generasi Instant

By : Novianti

Kecanduan  alat gadget adalah salah satu permasalahan yang banyak dihadapi oleh orang tua sekarang.  Dan nampaknya sudah tak bisa dianggap sepele karena tingkat kecanduannya sudah sampai  pada tingkat merusak akal sehat.  Ratusan anak terpaksa harus masuk Rumah Sakit Jiwa sebagaimana dilansir dalam https://m.detik.com dikarenakan kecanduan alat gadget.

Teknologi memang telah  membawa perubahan pada kehidupan  manusia. Salah satunya memberi  banyak kemudahan  namun di sisi lain bisa  menjerumuskan. Bagi yang  kontrol dirinya rendah, tidak mampu membedakan kebutuhan dan keinginan.  Apalagi dengan pemahaman agama yang minim, mudah dipengaruhi oleh berbagai informasi.  Alih alih mendapat manfaat, justru menjadi obyek teknologi.  

Inilah salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh anak-anak zaman now. Dengan menawarkan banyak   kemudahan, melalui teknologi  seseorang bisa  memperoleh Informasi atau sesuatu dengan cara cepat dan praktis, semua serba instant. Cari berita, pesan makanan, beli pakaian, semua tinggal klik.  Kebiasaan memperoleh sesuatu dengan cara instant dapat mereduksi nilai kerja keras, ketekunan, kesabaran dalam menjalani proses. Mereka bisa cenderung tidak mau susah payah, ingin lewat jalan pintas. Ketergantungan pada kondisi yang serba cepat dan mudah menimbulkan jiwa bermental lemah. Menerima informasi mentah mentah, manja, kurang kreatif menyelesaikan masalah. 

Bukan salah anak, mereka terlahir dalam era teknologi canggih yang disebut era digital.  Tapi mereka perlu dibekali.  Tidak cukup  dengan  pengetahuan, tapi juga keterampilan yang memberikan ruang untuk mendemontrasikan dan belajar menikmati proses, tidak malas berusaha, terlibat dalam proses kerja secara bertahap.
Terampil tidak hanya anggota tubuh tapi juga terampil otak.  Salah satu yang harus dimiliki anak agar aman tatkala berinteraksi dengan teknologi adalah  fokus  dan kontrol diri.  Dengan 2 kemampuan ini, sebagai pelaku teknologi akan  menggunakan  untuk tujuan yang bermanfaat. 

Di  masa depan,  teknologi bisa  terus berkembang dengan menawarkan  berbagai kemungkinan seiring dengan beragam masalah dan tantangannya.  Jika seseorang sudah memiliki fokus pada visi misi hidup, akan  menjalani hidup dengan terarah. Termasuk  menggunakan segala yang ada untuk beramal sholeh.  Teknologi digunakan sebatas untuk meningkatkan pencapaian amal.  Ia menghindari hal-hal yang bisa menjerumuskan seperti membuka akses porno, main games on line. Ia juga menahan diri untuk tidak menceritakan masalah pribadi di media sosial, atau bersumpah serapah dengan teman dunia maya. Kemampuan kontrol dirinya mengendalikan apa yang akan dilakukan, diucapkan, dituliskan.  

Menumbuhkan  keterampilan tersebut  tidak bisa tiba tiba. Prakteknya harus  dalam stimulasi yang kaya gagasan, dimana saja dalam  berbagai situasi, di sekolah dan di rumah, lintas ilmu pengetahuan.  Orang dewasa pun harus menyadari bahwa   melatih  anak dengan keterampilan ini memerlukan waktu.  Dan yang menarik, secara bersamaan otak orang dewasa pun  terlatih. Kabar baiknya, membangun keterampil otak  tidak harus selalu dengan menambah materi muatan, melainkan bisa dengan  memaknai lebih dalam apa yang sudah dikerjakan, melakukan dengan cara yang berbeda.

Dalam proses pendidikan, hakekatnya tidak hanya anak yang belajar melainkan orang dewasa pun belajar. Sama sama  tumbuh dan berkembang oleh pengalaman dan kesempatan yang memperkaya dan memperluas makna hidup, sama sama mengasah potensi agar  berdaya.  Ia menikmati setiap proses yang dilalui, tidak ada yang instant untuk sebuah keberhasilan. 

Berusaha   produktif sebagai pengamalan dari perintah menggunakan waktu, yang dengannya Allah bersumpah,  setiap manusia memilikinya namun waktu itu terbatas dan semua akan kembali padaNya.

Post a Comment

Previous Post Next Post