Ekonomi Gagal, Rezim Bersembunyi di Balik Narasi Radikalisme

Oleh : Merli Ummu Khila 
Kontributor Media, Pegiat Dakwah

Rezim seperti kehilangan cara untuk menyembunyikan kegagalannya dalam mengatur negara. Lima tahun  menjalankan pemerintahan namun minim prestasi. Pembangunan infrastruktur yang digadang-gadang sebagai prestasi kerja, buktinya tidak mampu menyelamatkan perekonomian yang terpuruk. 

Isu radikalisme kembali dihembuskan. Semakin masif diberitakan di media yang mampu melakukan penyesatan opini. Narasi tentang radikalisme disematkan pada umat Islam yang mendakwahkan Islam secara kafah, dengan tuduhan anti pancasila dan anti NKRI. Sebuah tuduhan yang tidak masuk akal. Pengajian dibatasi, kampus diawasi bahkan media sosial pun tidak luput dari intervensi. 

Dilansir dari CNN Indonesia, 16/10/2019, Plt Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Tjahjo Kumolo mengatakan baru saja memberi sanksi disiplin berupa pencopotan jabatan atau non job terhadap aparatur sipil negara (ASN) yang mengunggah konten pro khilafah di media sosialnya.

"Salah satu pegawai di Kanwil Kumham di Balikpapan. Saya minta pada Irjen untuk mengusut dan langsung dinonjobkan," kata Tjahjo saat ditemui usai Rakornas Simpul Strategis Pembumian Pancasila di Hotel Merlyn Park, Jakarta, Rabu (16/10).

Pengalihan Isu 

Aparat dan rezim cenderung membabi buta dalam menyasar segala sesuatu yang diduga terkait radikalisme. Tidak hanya sampai di situ, setelah pembentukan kabinet baru yang menjadi agenda utama pemerintah berikutnya justru menangkal radikalisme bukan memperbaiki perekonomian yang tengah ambruk. 

Negeri ini sedang darurat di semua lini kehidupan terutama bidang perekonomian. Melonjaknya semua kebutuhan pokok, kenaikan tarif listrik, iuran BPJS dan seabrek permasalahan ekonomi lainnya yang membuat kehidupan rakyat semakin sulit. 

Sudah seharusnya ini yang menjadi isu utama pemerintah jika memang serius dalam mengurus rakyat. Melakukan segala upaya agar perekonomian bisa tumbuh, menyediakan lapangan kerja, menstabilkan harga kebutuhan pokok. 

Propaganda Barat 

Perlu disadari bahwa isu radikalisme adalah propaganda Barat yang menginginkan perpecahan antar umat muslim. Praktik belah bambu dilancarkan demi mencegah persatuan umat muslim. Media dan antek-antek Barat bahu-membahu menciptakan rasa saling curiga antar sesama muslim. Pada giliranya akan menjadikan umat hanya sibuk berdebat dengan saudara sendiri. 

Perang Melawan Islam 

Isu radikalisme pada faktanya adalah lanjutan dari isu terorisme yang selalu diidentikkan dengan Islam. Isu terorisme tidak lagi bisa dimainkan media untuk mempropaganda umat karena sudah terbukti oleh banyak peristiwa bahwa teror-teror yang ada justru dilakukan oleh orang kafir. 

Namun para pembenci Islam tidak kehilangan akal. Mereka munculkan istilah baru yaitu radikalisme. Isu ini tidak hanya memojokkan umat Islam tetapi juga membenturkan antar sesama muslim. Bersamaan dengan itu dihadirkan pula istilah Islam moderat. 

Umat muslim pada akhirnya mulai dikotak-kotakkan. Mereka yang mau berkompromi dengan kepentingan Barat digolongkan sebagai good muslim. Sedangkan mereka yang tegas menjalankan Islam dan mendakwahkannya digolongkan bad muslim. 

Kedua golongan ini sengaja dibenturkan. Dibuatlah kekacauan demi kekacauan di media hingga memancing kemarahan di tengah masyarakat. Umat pun hanya disibukkan dengan perdebatan panjang yang tidak berkesudahan. Pada akhirnya umat menjadi sulit untuk bersatu. 

Saatnya Muslim Bersatu 

Sudah saatnya sebagai seorang muslim menyadari bahwa isu radikalisme merupakan misi Barat untuk mencegah persatuan umat. Karena mereka percaya bahwa ketika Islam bangkit maka lepaslah cengkeraman mereka di negeri-negeri muslim.

Karena sebagai muslim, agama Islam tidak hanya diimani dengan sepenuh keyakinan sebagai sebuah agama ritual semata namun juga sebuah ideologi. Islam merupakan   agama dengan seperangkat aturan yang mengatur kehidupan manusia dalam bernegara yang bersumber dari Alquran dan As-sunah.

Mukjizat Alquran ada pada konsepnya yang tidak satu manusia pun  mampu menandinginya. Karena Alquran bersumber dari Sang Pencipta.  Sehingga semua yang tercantum di dalamnya merupakan aturan yang wajib diterapkan oleh kaum muslim yang mengimani Alquran sebagai bagian dari rukun Iman. 

Dan sistem ini sudah pernah diterapkan umat muslim selama beradab-abad. Telah terbukti bahwa kejayaan Islam mencapai puncaknya ketika sistem Islam tegak. Islam pernah menjadi mercusuar dunia. Islam saat itu ibarat sinar matahari yang menerangi lebih dari 2/3 belahan dunia. Menjadi pusat peradaban dunia. 

Masih ada harapan di antara kehancuran yang saat ini dirasakan. Hanya butuh kesadaran umat untuk merevolusi sistem menuju kesejahteraan yang diidam-idamkan umat. Dan sistem idaman itu hanya bisa tegak sempurna di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah 'ala Minhaj an-Nubuwwah. 

Wallahu'alam bish-shawab

Post a Comment

Previous Post Next Post