Atasi Kemiskinan, Tuntaskan Persoalan

By : Fatya A L
Mahasiswa FK Unsri 

Tanggal 16 Oktober 2019 kemarin diperingati sebagai Hari Pangan Sedunia atau World Food Day. Peringatan tersebut mengangkat tema "Tindakan kita adalah masa depan kita. Pola Pangan sehat, untuk #Zerohunger 2030". 

Melihat keadaan sekarang, perlu adanya solusi untuk menuntaskan masalah kelaparan dan kekurangan gizi lainnya dan diharapkan semua pihak dapat memastikan keamanan pangan dan pola pangan sehat tersedia untuk semua orang.

Persoalan kelaparan dan gizi buruk sebenarnya bermula dari apa yang kita makan. Apabila seorang anak tidak makan, ia akan kelaparan dan apabila seorang anak makan tetapi tidak sesuai kebutuhan, ia akan malnutrisi. Sehingga, solusi dengan memastikan adanya ketersediaan pangan yang memadai adalah tepat. Akan tetapi, keadaannya tidak semudah itu, pada kenyataannya banyak orang kelaparan dan anak yang kekurangan gizi dikarenakan tidak adanya uang. 

Ya, persoalan utama kelaparan dan kekurangan gizi adalah kemiskinan. Keadaan kemiskinan negeri ini sangat meresahkan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penduduk miskin Indonesia pada Maret 2019 sebesar 25,14 juta penduduk. Angka ini dinilai menurun 810 ribu penduduk dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. 

Meskipun demikian, Sejak tahun 2018, BPS menetapkan batas garis kemiskinan adalah masyarakat yang berpendapatan Rp 401.220 per kapita perbulan atau Rp 13.000 per kapita perhari. Jika dikonversikan sekitar kurang dari 1 dolar AS. 

Sehingga seseorang yang memiliki pendapatan lebih dari standar tidak dikatakan miskin. Melihat hal ini tentu tidak masuk akal, seseorang dengan uang Rp. 13.000 perharinya dapat hidup. Kebutuhan tidak hanya makan tetapi juga transportasi, biaya pendidikan, belum lagi biaya pajak yang semakin hari semakin mencekik. Kalaupun untuk makan, itupun dengan makanan seadanya, tidak sesuai dengan  kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak. Wajar saja seorang anak dapat kelaparan dan kekurangan gizi karena kemiskinan ini. 
Islam memandang perekonomian tidak hanya dari besarnya pendapatan dan pengeluaran seseorag, tetapi juga pemenuhan kebutuhan pokok per orang. Kebutuhan pokok terdiri dari sandang, pangan dan papan. 
Dalam hal ini, ayah sebagai pencari nafkah didorong untuk melakukan pemenuhan terhadap keluarganya.

Allah SWT berfirman:

وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ

Kewajiban para ayah memberikan makanan dan pakaian kepada keluarga secara layak (TQS al-Baqarah [2]: 233).

Seorang ayah memiliki kewajiban menafkahi keluarganya. Disamping itu, Islam juga mendorong masyarakat untuk saling berbagi dan dilarang meminta-minta. Rasulullah saw. bersabda:

«ما مِنْ أحد يَسْأَلُ مَسْأَلَةً وَهو عنها غَنِيٌ إِلاَّ جَاءَتْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كُدُوحًا أَوْ خُدُوْشًا أَوْ خُمُوشًا فِي وَجْهِهِ » قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ: وَمَاذَا يُغْنِيهِ، أَوْ مَاذَا أَغْنَاهُ؟ قَالَ: «خَمْسُونَ دِرْهَمًا…»

“Tidaklah seseorang meminta-minta, sementara ia kaya, kecuali pada Hari Kiamat nanti ia akan memiliki cacat di wajahnya.” Ditanyakan kepada beliau, “Ya Rasulullah, apa yang menjadikan ia termasuk orang kaya?” Beliau menjawab, “Harta sebesar 50 dirham…” (HR an-Nasa’I dan Ahmad).

Pemerintah sebagai penguasa juga wajib mengurusi masyarakatnya dan memastikan setiap orang terpenuhi kebutuhannya. 

Rasulullah saw. bersabda:

فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Pemimpin atas manusia adalah pengurus dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus (HR al-Bukhari, Muslim dan Ahmad).

Dalam hal ini, pemerintah dapat memberikan lowongan pekerjaan pada pengangguran, apabila ia tidak sekolah maka disekolahkan dulu sehingga ia memiliki ilmu, apabila ia tidak memiliki kemampuan maka diberikan kursus atau pelatihan sehingga ia memiliki kemampuan. 

Hal ini dilakukan agar ia dapat bekerja dan menafkahi keluarganya. Semua itu tidak bisa dilakukan oleh rakyat sendiri tanpa bantuan pemerintah dalam mengatasi kemiskinan dan pengangguran. Seperti itulah aturan Islam dalam mengatasi kemiskinan dan pengangguran. Berbeda dengan keadaan sistem saat ini, hanya melihat dari pendapatan saja dan kebijakan yang sangat kapitalistik sehingga rakyat miskin akan tambah miskin dan sebaliknya.

Post a Comment

Previous Post Next Post