Perubahan Hakiki Untuk Indonesia



Oleh : Sofia Ariyani, S.S
Pegiat Opini & Member Akademi Menulis Kreatif


Perhelatan akbar demokrasi pemilihan pemimpin Indonesia telah usai. Hajatan lima tahunan  menjadi ajang berebut kursi yang tak jarang diwarnai kecurangan. Dan kini tinggal menunggu palu diketuk, mengucap sumpah atas amanah baru. Apakah pergantian rezim menjadikan Indonesia lebih baik?

Dengan perubahan rezim setiap lima tahunnya tak memiliki efek pada kesejahteraan rakyat. Pembaharuan undang-undang tak mampu memberikan solusi atas persoalan rakyat dan bangsa. Justru membuat Indonesia bergolak. 

Pergantian rezim hanya mengulang keterpurukan. Betapa tidak, sejumlah persoalan besar menunggu untuk diselesaikan. Alih-alih menyelesaikan masalah yang ada justru semakin menjerat negeri dengan utang-utang luar negeri yang terus bertambah, merosotnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar, defisit neraca perdagangan, rendahnya target pertumbuhan ekonomi dan lesunya perekonomian sektor riil. Belum lagi kinerja pejabat yang terlibat korupsi. Di sisi sosial, kemiskinan dan kriminalitas menanjak. Hukum yang tidak adil terhadap rakyat kecil, tumpul ke atas tajam ke bawah. Degradasi moral yang terjadi pada semua lapisan masyarakat.

Bangsa ini kian terpuruk karena hantaman _tsaqofah_ asing di segala lini kehidupan dari bidang sosial, budaya, ekonomi, politik, pertahanan dan hukum, yang kini keos akibat berhulu kepada sistem kapitalisme. Umat sadar akan keterpurukan yang melanda bangsa, gelombang massa terus menggulung menentang kebijakan-kebijakan negara yang semakin aneh dan tidak solutif.

Ibarat pepatah jauh panggang dari api, apa yang diinginkan umat hari ini masih jauh dari solusi yang mendasar. Mengentaskan kemiskinan bukan dengan meluncurkan kartu-kartu sakti. Membebaskan rakyat dari sakit bukan menaikkan iuran kesehatan yang tak mampu dibayarkan rakyat. Memintarkan generasi muda bukan dengan melegalkan game online sebagai wahana ketangkasan. Menyejahterakan rakyat bukan dengan infrastruktur yang canggih dan megah tapi didapat dari utang luar negeri yang justru mencekik rakyat kecil. Rakyat layaknya sapi perah dan menjadi tumbal keserakahan penguasa.

Bagai orang panik yang hampir tenggelam jerami mengambang pun diraihnya. Panik dan bingung, ini yang terjadi pada demo besar-besaran terhadap penolakan RUU KUHP yang dilakukan mahasiswa di seluruh Indonesia beberapa waktu lalu. Solusi-solusi yang diinginkan oleh mahasiswa juga rakyat belum menyentuh ke akar masalah, hanya solusi-solusi praktis dan pragmatis yang mereka inginkan.
Umat belum sepenuhnya paham atas apa yang semestinya menjadi solusi segala persoalan berat bangsa ini, karena umat masih berada dalam kungkungan kapitalisme biang dari segala problematika manusia. Persoalan yang sejak era kemerdekaan hingga hari ini tak ubahnya seperti bola api yang membakar apa saja yang dilaluinya, terus meningkat dan merusak siapapun.

Perubahan demi perubahan tak membuat bangsa ini bangkit, justru semakin terpuruk. Perubahan sejatinya tidak terletak pada perubahan casing semata, akan tetapi perubahan yang mendasar yang menyeluruh.
Mengganti software rusak yang telah usang menjadi software baru yang berkualitas.
Inilah kondisi yang terjadi hari ini, dimana perubahan hanya dirombak di permukaan saja, hanya mengganti orang-orangnya saja, bukan pada sistem.

Problematika yang menyelimuti bangsa akibat sistem hidup yang dijalani bangsa ini juga dunia, sistem kapitalisme yang berasal dari hawa nafsu manusia. Kapitalisme yang berasas pada akidah kebebasan dan pemisahan hidup dari agama terbukti tidak mampu menyelesaikan segala persoalan hidup manusia. Tambal sulam, itulah penampakan dari kapitalisme, tidak mampu menyembuhkan luka yang ada malah menambah luka.

Sudah saatnya umat sadar bahwa biang keladi atas permasalahan negara dan bangsa karena diterapkannya sistem buatan manusia yang batil dan rusak, kapitalisme. Bahkan sistem sosialisme-komunisme pun jika hadir untuk menyelamatkan dunia juga tidak akan mampu membawa dunia ke dalam perbaikan. Karena sosialisme-komunisme pun sistem batil yang berasas pada dialektika materialisme bukan berasal dari Sang Maha Pencipta, yang menegasikan akan adanya Pencipta.

Berbeda dengan sistem Islam (syariat Islam) yang berasal Allah Swt, Tuhan alam semesta. Syariat Islam adalah seperangkat aturan untuk menyelesaikan problematika manusia karena dibuat oleh Pencipta manusia, bersumber dari wahyu Allah. Segala sesuatu yang bersumber dari Allah pastilah baik untuk seluruh alam, tidak ada kecacatan, tidak akan menimbulkan pertentangan, perselisihan, permusuhan bahkan peperangan di antara umat manusia. Oleh karena itu, adalah kewajiban seorang muslim agar senantiasa mendakwahkan Islam ke seluruh alam. Menyebarkan Islam ke seluruh pelosok tanah air. Karena ideologi kapitalisme dan sosialisme-komunisme terbukti gagal membangkitkan umat manusia dan tak membawa pada perubahan yang hakiki. Hanya Islamlah solusi satu-satunya yang mampu mengakhiri persoalan umat dan dunia hingga ke akar. Dengan Islam maka perubahan akan nampak jelas terlihat dari keburukan menjadi kebaikan. Dan dengan menerapkan Islam di atas bumi ini dalam naungan Khilafah Islamiyah maka perubahan hakiki menuju kebaikan akan terwujud.

Wallahu 'alam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post