Perjuangan Panjang Menuju Indonesia yang Lebih Baik



Oleh : Nisa Sitompul
(Member Akademi Menulis Kreatif) 

Beberapa pekan terakhir rasanya begitu banyak kejadian yang membuat pilu hati ini. Kabut asap yang melanda Pekanbaru, Jambi, Padang, dan sekitarnya bahkan hingga ke negara tetangga. Kabut asap juga terjadi di Kalimantan akibat karhutla. Demo mahasiswa yang belum berkesudahan. Lalu disusul kerusuhan di Wamena yang mengakibatkan banyak  korban jiwa dan pembakaran di mana-mana. Tak berhenti di situ, gempa pun melanda di Maluku.

Semua pulau besar di negeri Indonesia ini sedang bermasalah. Pulau Sumatera dan Kalimantan dengan asapnya hingga ratusan sekolah ditutup. Pulau Jawa dengan aksi demo dari mahasiswa yang menuntut keadilan, pulau Sulawesi dengan gempanya, dan pulau Papua dengan kerusuhan hingga pembunuhan terhadap mereka yang bukan asli keturunan Papua.

Dari sederet permasalahan ini, kita harus berpikir cerdas untuk bisa mendapatkan solusi terbaik bagi seluruh elemen masyarakat.

Persoalan kabut asap di Sumatera dan Kalimantan, pasti ada pelaku yang membakarnya, dan pasti ada yang menyuruhnya. Pelaku pembakaran tersebut harus diusut hingga tuntas. Harus diberikan hukuman yang setimpal.

Kemudian demo terbesar yang terjadi di pulau Jawa dan kota-kota lainnya. Mahasiswa bergerak bersama karena ada ketidakadilan dan kesenjangan yang menganga.

Di Sulawesi terjadi gempa. Dalam Islam, tidaklah terjadi gempa di suatu negeri melainkan di sana terdapat maksiat. Maksiat apa yang banyak terjadi di sana?

Lalu persoalan di Papua adalah hal yang paling mengerikan,  bahkan hingga mendapat sorotan dunia internasional.  Namun presiden Indonesia tak sedikit pun bicara. Jeritan rakyat non Papua begitu kerasnya. Tiap detik nyawa mereka diintai. Sungguh tak ada rasa aman sedikitpun bahkan di negerinya sendiri. Ke mana mereka hendak pergi?

Banyaknya masalah kompleks yang terjadi di negeri ini, di mana peran pemerintah dalam menyelesaikan semua persoalan yang terjadi?

Masalah kabut asap? Solusinya ya padamkan apinya,  tangkap dan diberikan hukuman yang adil terhadap pelaku pembakaran dan orang yang menyuruh pembakaran. Selesai.

Masalah demo mahasiswa hingga pelajar STM? Solusinya ajak diskusi, dengarkan keluhan dan masukan dari mereka. Putuskan solusi bersama pihak-pihak yang berkompeten. Selesai.

Masalah gempa di Sulawesi? Solusinya berikan bantuan apa saja yang mereka butuhkan termasuk meringankan trauma psikologis terutama bagi anak-anak. Bukan malah menganggap mereka sebagai beban negara. Justru itu adalah tugas negara, memberi bantuan pada rakyatnya, melayani rakyat. Pemerintah itu adalah pelayan. Bukan sebaliknya. Persepsi yang salah besar jika pemerintah menganggap bahwa pengungsi adalah beban negara. Seharusnya negara lah yang hadir memberikan bantuan. Selesai.

Konflik di Wamena, Papua? Negara ini punya banyak aparat keamanan untuk menjamin rasa aman yang menyeluruh kepada semua rakyatnya. Mengapa di saat terjadi konflik dengan banyaknya korban yang meregang nyawa justru aparat keamanan tidak hadir di sana. Sebaliknya saat demo damai malah aparat berlimpah. Ini namanya terbalik bukan?  Apakah pemerintah takut menghadapi konflik di Papua? Begitu sulitkah memberi keamanan kepada rakyat? Presiden mampu berbelasungkawa kepada negara lain. Namun, pemerintah diam terhadap jeritan dan tangis rakyatnya sendiri di Papua. Bahkan beberapa hari yang lalu, sejumlah musisi mendatangi istana untuk bertemu presiden dalam rangka menggelar konser di Cibubur. Di mana simpati dan hati nuraninya? Di saat begitu banyak bencana di negeri ini, menggelar konser musik sungguh tidak bijaksana.

Mengapa semua ini bisa terjadi? Apa sebenarnya yang salah di negeri ini? Seolah semua peristiwa yang terjadi menandakan sesuatu. Tampaknya ada sebuah sistem yang mengakibatkan ini terjadi. Mengapa demikian? Karena terlihat dari tidak adanya penanganan serius dari pemerintah untuk mencegah atau menyelesaikan semua permasalahan yang ada. Semua asik berebut kursi dan jabatan. Hal yang sistemik. Segala peraturan dibuat oleh pemerintah sendiri, namun dalam pelaksanaannya, kita tahu sendiri. Tajam ke bawah dan tumpul ke atas.

Lalu bagaimana seharusnya? Coba kita ingat kembali. Sebagai seorang Muslim, tentu kita harus ingat. Bahwa dahulu ada suatu sistem pemerintahan yang sangat beradab dan gemilang yang bertahan hingga berabad-abad. Semua yang hidup di dalamnya merasakan keadilan dan kesejahteraan yang merata. Itulah sistem Islam. Menggunakan aturan Islam dalam menjalankan segala urusan rakyat. Lalu mengapa kini kita menggunakan sistem demokrasi yang entah sampai kapan tak dirasakan keadilan yang merata pada rakyatnya? Kesejahteraan bagi seluruh umat?

Sedikit mengulas sejarah, bahwa pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz, tidak ditemukan rakyat yang berhak menerima zakat.  Bahkan tidak ada yang mau memgambil dana zakat. Mengapa? Karena rakyatnya sudah kaya. Itulah salah satu contoh pemimpin yang sangat bertanggung jawab bahkan hingga ke akhirat. Hal ini tak lepas dari penggunaan sistem Islam oleh pemimpin (khalifah) dalam mengatur urusan.

Sungguh negeri ini membutuhkan Islam sebagai solusi. Islam dengan sistem kekhilafahannya akan membawa keadilan dan kesejahteraan manusia. Menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. Khilafahlah yang akan menyelamatkan Indonesia dari segala keterpurukan. Hanya menunggu waktu, sistem Islam atas manhaj kenabian ini akan berjaya kembali. 

Wallahu a'lam bish shawab

Post a Comment

Previous Post Next Post