Penguasa Makin Tidak Dipercaya Oleh Rakyat?

Oleh : Nurlinda
Pemerhati sosial, Makassar

Putri Amien Rais yang merupakan anggota DPRD DIY, Hanun Rais dilaporkan ke polisi terkait postingan di akun Twitter nya
Tweet itu diduga berkaitan dengan insiden penusukan terhadap Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto. 

Dalam ciutannya, Hanum menyebutkan adanya settingan agar dana deradikalisasi terus mengucur. (tribunnews.com, 12/10/2019).

Sama halnya dengan senior Marissa Haque juga mengeluarkan pernyataan yang cukup mengejutkan terkait insiden penusukan yang dialami Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto. 

Dia mengunggah beberapa judul berita terkait peristiwa yang terjadi di Alun-alun Menes, Desa Purwakarta, Kecamatan Menes, Kabupaten pandeglang, Banten. 

Diantaranya, soal kondisi Wiranto yang tidak begitu parah dan yang terluka adalah Kapolsek Menes Kompol Daryanto yang melindungi Wiranto. 

“ Lho betul dong dugaanku. Wong kemarin di TV saya ndak melihat ada darah di tubuh pak W. Dan semua berita datang dari satu sumber video-HP dengan posisi adegan tertutup pintu mobil satu dengan kaca terbuka lalu pintu satunya dengan kaca tertutup ber-riben gelap, “ Tulisnya, jumat. (pojoksatu.id, 11/10/2019) 

Inilah realitas politik demokrasi sekuler. Banyak kalangan yang telah diperbudak oleh hawa nafsu jabatan dan kekuasaan. Untuk itu mereka sering tidak perduli halal- haram, baik-buruk, atau benar-salahnya. Tidak perduli mereka harus mengorbankan idealisme. Bahkan mereka tidak perduli apabila harus mengorbankan rakyat kebanyakan. Yang penting jabatan dan kekuasaan ada dalam genggaman mereka.

Sehingga para toko dan elit parpol, baik yang masih menjabat maupun yang belum menjabat, mereka sama-sama berharap. Yang sedang menjabat merharap dapat kembali menjabat, dan yang belum tentu sangat berharap bisa mendapat jabatan. Karena itu masing-masing toko dan para elit parpol saling bermanuver. Tentu hanya demi jabatan dan kekuasaan. Apalagi yang sudah merasa habis-habisan dalam berjuang memenangkan Pilpres, tentu tidak akan rela begitu mudah tersingkirkan dari arena rebutan jabatan dan kekuasaan. Maka dari itu masing-masing melakukan lobi-lobi.

Sehingga para elit politik begitu mempertahankan posisi dalam pemerintahan, Karena untuk mengembalikan dana yang telah merek gunakan, dan supaya bisa meraup keuntungan yang lebih besar. Maka yang menjadi objeknya adalah rakyat dan kekayaan alam. Rakyat akan diperas dan kekayaan alam dikuras sampai habis. Penguasa akan zalim karena ingin langgeng kekuasaan. 

Inilah ketidak mampuan negara dalam menjalankan peri’ayahan pada rakyat, telah membuat pengusa mempermalukan dirinya, dimana sosok rezim ibarat jaring rumah Laba-laba, yang terlihat bagus dari luar tapi hakikatnya rapuh dan lemah, sampai harus melakukan kebohongan. 

Model kepemimpinan liberal yang membenarkan kebohongan dengan pencitraan, berbiaya mahal, melelahkan karena rakyat semakin cerdas maka penguasa semakin tidak disukai rakyat. 

Sedangkan kepemimpinan islam dalam menjalankan tugasnya sebagai pengatur dan pengurus rakyat dengan Islam sehingga di cintai rakyat. 

Karena islam sangat mendorong agar para pemimpin maupun pejabat negara selalu bersikap adil. Pemimpin yang adil hanya bisa lahir dari rahim sistem yang juga adil. Itulah sistem Islam yang diterapkan dalam institusi pemerintahan islam. 

Seperti dimasa kepemimpinan Umar bin al-khaththab ra. Yang memimpin umat islam dalam waktu yang tidak terlalu lama. Namun dalam waktu yang singkat beliau berhasil mencapai kemajuan yang luar biasa. Kemakmuran melingkupi semua negeri. Dan keamanan, ketenteraman dan kedamaian dirasakan oleh seluruh rakyat. 

Rakyat dan intelektual sekarang ini telah dilecehkan oleh rezim yang ada saat ini, maka dengan kembalinya kepemimpinan yang hakiki hanya ada dalam Ideologi Islam.

Post a Comment

Previous Post Next Post