*Buzzer, Jadikan Medsos Sebagai Media Kebohongan*



Oleh : Ari Wiwin
Member AMK Cileunyi, Bandung

Sebuah negara yang dibangun dengan kebohongan tentulah akan terus menimbulkan kebohongan-kebohongan berikutnya.

Itulah yang terjadi pada saat ini. Pemerintah dan partai-partai politik Indonesia dengan sengaja membiayai pasukan siber alias buzzer.  Pasukan siber ini  memanipulasi opini publik di media sosial. Hal ini sesuai dengan penelitian para ilmuwan dari Universitas Oxford Inggris baru-baru ini. (CNN Indonesia, 06/10/2019)

Dalam laporan itu dibeberkan bahwa pemerintah dan partai-partai politik di Indonesia menggunakan buzzer untuk menyebarkan propaganda propemerintah/partai, untuk menyerang lawan politik, dan menyebarkan informasi untuk memecah belah publik. Sebenarnya dengan adanya buzzer ini menimbulkan opini publik bahwa pemerintah sudah tidak percaya lagi pada rakyatnya dan sebaliknya, rakyat juga sudah tidak percaya lagi pada pemerintah.

Berdasarkan isinya konten-konten yang disebarkan oleh pemerintah dan partai politik di Indonesia terdiri dari dua jenis informasi, yang pertama untuk menyesatkan media atau publik. Yang kedua, memperkuat pesan dengan terus-menerus membanjiri media sosial dengan tagar.

Para buzzer di Indonesia itu dikontrak oleh pemerintah atau partai politik. Mereka dibayar mulai dari 1 juta sampai 50 juta rupiah. Indonesia bukanlah satu-satunya negara yang menggunakan buzzer untuk melakukan propaganda propemerintah di media sosial. China, menurut penelitian adalah negara yang paling aktif dalam propaganda di media sosial. Propaganda China juga sudah menyasar khalayak global. 

Berkali-kali umat tertipu. Harapan yang mereka letakkan di pundak para wakil mereka kini pupus. Semua pencitraan yang ada di hadapan semua itu hanyalah buatan buzzer bayaran. 

Beginilah ketika kita hidup dalam sistem demokrasi. Segala cara dihalalkan untuk  meraih kekuasaan. Dalam demokrasi. Kedaulatan ada di tangan manusia. Manusia berhak membuat tata aturan sendiri. Selama  menguntungkan pasti akan dilakukan tanpa  memandang itu halal ataupun haram. 

Dengan adanya buzzer ini, informasi yang benar menjadi  salah. Sebaliknya, yang salah menjadi benar. Sekaligus juga bisa menimbulkan rasa tidak suka. Kepentingan bisa dibangun, sekaligus kecintaan juga bisa dibangun. Jadi orang yang semestinya dibenci menjadi dicintai. Sebaliknya orang yang seharusnya dicintai jadi dibenci. Ini sangat berbahaya karena dunia menjadi terbalik. Perasaan publik bisa diolah sedemikian rupa untuk mendukung bukan malaikat tetapi setan. Begitu pula dengan  pilihan politik. Jadi harus ekstra waspada karena dibalik informasi itu ada racun-racun yang mereka sebarkan untuk menimbulkan salah paham. 

Diantaranya banyak cerita yang sungguh menyesatkan, seperti ambulans yang katanya berisi batu, yang berada di tengah-tengah aksi mahasiswa. Tidak lama kemudian terungkap bahwa ambulans itu  untuk menolong korban aksi mahasiswa, jadi bukan untuk membantu terjadinya kerusuhan atau anarkis. Hal ini menunjukkan bahwa  informasi yang benar itu suatu hari akan menemukan titiknya, atau menemukan jalannya sampai ke publik, dan kebohongan pasti terungkap.

Sebagaimana kebohongan akan diikuti dengan kebohongan lainnya, maka pemimpin yang dilahirkan dari kebohongan, ia akan banyak berbohong. Maka dia akan rugi dunia dan akhirat. 

"Sedangkan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian, juga yang kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian." (HR Muslim).

Kewajiban bagi seorang muslim ketika mendapatkan berita itu adalah tabayyun. Jadi check dan recheck itu sangat penting. Jangan sampai menimpakan musibah pada suatu kaum.

Dalam menyajikan berita, media akan sangat memperhatikan kaidah-kaidah jurnalistik dalam Islam. Sehingga, aspek kesahihan sumber dan peristiwa menjadi perhatian utama dalam pemberitaan. Sebab, di dalam Islam, pemberitaan haruslah berpijak pada fakta yang sahih dan menawarkan solusi yang bersumber dari hukum syara.

Media adalah referensi informasi yang menyuguhkan fakta aktual bagi publik. Dalam Islam, media berada di bawah kontrol khilafah. Media mempunyai tanggung jawab besar menyingkirkan nilai-nilai sekularisme dan mempropagandakan nilai-nilai Islam. Media memiliki tugas penting sebagai sarana dakwah dan terlibat penuh dalam proses edukasi di tengah-tengah masyarakat. Hanya kepada aturan Allah kita kembalikan semua masalah di muka bumi ini. Karena kita yakin hanya aturan-Nya yang dapat menyelamatkan kehidupan dunia dan akhirat.
_Wallahu a'lam bishsawaab_

Post a Comment

Previous Post Next Post