Adakah Skenario di Balik Penusukan Pejabat Negara?



Oleh : Nur Fitriyah Asri
Penulis Buku ideologis Bela Islam Akademi Menulis Kreatif

Dengan adanya insiden penusukan Menkopolhukam Wiranto, Kamis, 10 Oktober 2019, pelakunya diduga teroris jaringan ISIS.
Menambah daftar panjang dan menguatkan tuduhan bahwa Islam adalah identik dengan kekerasan, radikalisme, dan terorisme. Indonesia mayoritas penduduknya muslim, selama ini disinyalir sudah terjangkiti paham radikal yang membahayakan negara dan sudah menjadi isu yang viral. 
Benarkah demikian?

Sebagaimana yang dilansir oleh CNN Indonesia (10/10/2019), Wakil Presiden Jusuf Kalla, mengatakan Kepolisian dan Badan Intelijen Negara (BIN) sudah sering memperingatkan ancaman serangan kelompok radikal terhadap pejabat negara sebelum kasus penusukan Menkopolhukam Wiranto, saat meresmikan gedung baru UNMA Banten. Wiranto mendapatkan luka tusukan di perut. Jusuf Kalla menyebut sudah ada prosedur operasional standar aparat keamanan selalu menjaga keamanan pejabat negara.
Polisi sebut Wiranto diserang di daerah rawan paham ISIS.

Sebelum adanya insiden penusukan, telah beredar video dilansir oleh www.cokro tv.time line. Dinarasikan oleh Deni Siregar (tim sukses Jokowi). Bahwa BIN dan BNPT menyebutkan 39% mahasiswa di Indonesia mendukung radikalisme. Ada 10 kampus negeri sudah terpapar radikal. Mulai dari UI, ITB, UNAIR. Pertama kali masuk tahun 1981, di kampus negeri Bogor. Masjid merupakan tempat kajian eksklusif dan sudah menguasai Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), dosen, rektor serta sudah merambah ke PerguruanTinggi baik swasta maupun negeri. Bahkan BUMN dan  kementerian  juga dikuasai. 

Demo mahasiswa yang terjadi di seluruh Indonesia untuk membuat kerusuhan termasuk membangun propaganda aksi yang mirip tahun 1998. Mereka sukses menggerakkan massa karena sudah menguasai BEM. Dan ditangkapnya dosen ITB oleh densus 88 karena terbukti membuat dan menyimpan bom molotof yang rencananya dipakai untuk membakar ruko-ruko di sepanjang Grogol sampai Roxi di Jakarta. Hal itu sebagai bukti bahwa pendidikan merupakan sarang kelompok radikal yang sulit untuk diatasi. Mereka sudah menguasai buku-buku yang harus dibaca oleh pelajar dan mahasiswa, sehingga bisa mendoktrin mereka sejak dini.

Kelompok radikalisme yang mengusung khilafah antara lain: HTI, FPI, Salafi Wahabi dan Ikhwanul Muslimin. Mereka menghendaki hukum agama sebagai hukum negara. Konsep mereka tentang khilafah berbeda. Jika diterapkan akan ada perselisihan. Apa yang terjadi? Negara ini akan hancur karena terjadi pertentangan. Selesailah Indonesia.

Pernyataan Deni Siregar merupakan fitnah keji yang mencerminkan kebencian pada khilafah. Mereka kebakaran jenggot melihat geliat kebangkitan Islam, khilafah dibicarakan di mana- mana. Alhasil semua cara dilakukan untuk membendung khilafah. Pejuang khilafah diberi stigma radikal. 
Ternyata ada benang merah jika dihubungkan dengan pernyataan dan sikap rezim yang anti- Islam.Tidak puas mencabut BHP ormas pengusung syariah dan khilafah, berlanjut menggodok undang-undang untuk mengkriminalisasikan individu-individu yang mendakwahkan khilafah.
Melalui kroni dan anteknya menggoreng isu khilafah yang dianggap membahayakan dan disejajarkan dengan komunis. Benar-benar keterlaluan dan lancang berani menantang syariat Allah.

Khilafah ajaran Islam selalu diposisikan sebagai ancaman dan dibenturkan dengan anti- Pancasila, radikalisme, terorisme, ISIS dan dituduh akan mensuriahkan NKRI. Frame dan isu-isu yang selalu dihembuskan  sengaja untuk menjauhkan umat Islam dari syariatnya, dibuat islamofobia yaitu ketakutan dan kebencian terhadap agamanya.
Itulah upaya untuk membendung dan menghadang tegaknya khilafah yang merupakan janji Allah Swt dan bisyarah Rasulullah Saw.

Lebih dari itu, radikalisme, terorisme_, khilafah ala ISIS adalah proyek asing yang sengaja didiktekan kepada negeri-negeri muslim, untuk menghadang tegaknya khilafah supaya bisa melestarikan hegemoninya sebagai penjajah dan penjarah kekayaan negeri-negeri muslim. Untuk menyukseskan agendanya tidak segan-segan menggelontorkan dananya hingga trilyunan.
Allah Swt berfirman:

ÙˆَÙ…َÙƒَرُوا ÙˆَÙ…َÙƒَرَ اللَّÙ‡ُ ۖ ÙˆَاللَّÙ‡ُ Ø®َÙŠْرُ الْÙ…َاكِرِينَ

"Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya." (TQS Ali Imran: 54)

Cuitan Hanum Salsabiela Rais, menyebut penusukan Menkopolhukam Wiranto adalah rekayasa, menjadi Trending Topic
News -- Kamis,10 Oktober 2019,19:38
Dream - Politisi Partai Amanat Nasional (PAN), Hanum Salsabiela Rais, putri Amin Rais, membuat cuitan kontroversial menyebut ada pendapat yang menduga penusukan tersebut sebagai aksi yang sengaja dibuat alias rekayasa.
"Setting-an agar dana deradikalisasi terus mengucur. Dia caper (cari perhatian). Karena tidak bakal dipakai lagi," tulis Hanum, pada unggahan pukul 15.14 WIB.

Hanum menyebut, insiden itu sebagai tindakan play victim. "Mudah dibaca sebagai plot," tambah dia.
Menurut Hanum, kalimat-kalimat itu merupakan opini yang beredar di masyarakat mengenai berita penusukan yang dialami Wiranto.
"Tidak banyak yang benar-benar serius menanggapi. Mungkin karena terlalu banyak hoax-framing yang selama ini terjadi," kata dia.

Sangat mengagetkan dan sangat aneh, serta tidak masuk di akal adalah pengakuan Jusuf Kalla: Kita sendiri sudah mengetahui bahwa Kepolisian, Densus, dan BIN itu memang selalu memperingatkan adanya gejala-gejala itu, kata Jusuf Kalla usai menjenguk Wiranto di RSPAD Gatot Subroto.
Meski begitu, Jusuf Kalla tak ingin menyalahkan aparat kepolisian terhadap kejadian kali ini. Jusuf Kalla menyebut serangan kali ini tidak biasa, karena ini pertama kali ada orang yang mencederai pejabat dengan tikaman.
Serangan ini, kata Jusuf Kalla, menunjukkan kelompok radikal masih bebas berkeliaran di Indonesia.

Aneh bukan! Pengakuan yang polos itu dimaksudkan untuk mendiskreditkan kelompok radikal.Tidak tahunya justru, Allah membukakan skenario mereka, menunjukkan betapa rapuhnya negara kita sebagai penjaga dan pemberi keamanan kepada warganya. Lihat insiden tragedi di Wamena telah terjadi pembantaian, pembakaran manusia dan sarana prasarana, negara tidak bisa berbuat apa-apa.Ternyata melindungi Menkopolhukam yang menjadi simbol kekuatan negara saja tidak bisa, apa kata dunia? Insiden penusukan tersebut tidak mendatangkan simpatik, justru memalukan dan merendahkan Negara Indonesia itu sendiri di mata dunia.

Begitulah sistem sekularisme yang mencampakkan agama. Semua bisa terjadi di sistem demokrasi karena standarnya bukan haram dan halal. Agama hanya untuk mengatur ibadah mahdah saja dan tidak boleh mengatur kehidupan. Akibatnya terjadi kerusakan di semua lini kehidupan dan utopis akan mendatangkan kesejahteraan. Problematika umat semakin tak ada ujungnya.Tidak ada satu solusi pun yang ditawarkan bisa menyelesaikannya. Umat di seluruh dunia menderita hanya menjadi tontonan dunia. Masihkah berharap pada demokrasi yang tidak sesuai syariat Allah yang selalu membawa bencana dan musibah?
Saatnya umat Islam bangkit berjuang bersama mengembalikan kehidupan Islam dengan menerapkan Islam kafah dalam naungan khilafah 'ala minhajjin nubuwwah.

Menegakkan khilafah hukumnya wajib. Syeikh Abdurrahman al-jaziri (w. 1360H) menuturkan, "Para imam mazhab (yang empat) telah bersepakat bahwa imamah atau khalifah adalah wajib ...." Hal senada dijelaskan oleh Ibnu Hajar al-Asqalani, "Para ulama telah sepakat bahwa wajib mengangkat seorang khalifah dan kewajiban itu adalah berdasarkan syariat, bukan berdasarkan akal." (Ibn Hajar, Fath al-Baari, juz XII/205).

Wallahu 'alam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post