Persekusi Tausiyah

Oleh Lulu Nugroho
*Muslimah Penulis dari Cirebon

Kuliah umum dan tabligh akbar Ustaz Abdul Somad di Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon dihadiri ribuan jamaah, Kamis (22/8). Selain jamaah dari Wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) dan sekitarnya, juga dihadiri para sultan dari empat kesultanan di Cirebon. Hadir pula para ulama dan habaib maupun unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).  (Republika.co.id, 23/8/2019)

Kuliah Umum dan Tabligh Akbar mengangkat tema "Peran Perguruan Tinggi dalam Memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Menuju Masyarakat Baldatun Thoyibatun Warobbun Ghofur".  Rektor UGJ Cirebon, Mukarto Siswoyo, mengungkapkan bahwa ia bersyukur UAS bisa hadir untuk menyirami rohani sivitas akademika kampus yang dipimpinnya. Jamaah pun antusias ingin mendengar tausiyah UAS dari dekat.

UAS menyampaikan kepada para mahasiswa dari fakultas manapun agar memiliki niat dan cita-cita untuk menyelamatkan umat dari kegelapan menuju terang benderang. Menurut dia, siapa pun yang punya niat ingin menyelamatkan umat, adalah bernilai baik bagi cita-citanya.  

Dalam kesempatan tersebut UAS mengingatkan, "Tapi ada pengajian khusus dalam masjid yang sifatnya intern. Kalau kau sampaikan ke luar, nanti orang tersinggung, sakit hati. Mesti mengerti masalah hukum." UAS pun mencontohkan kajian mengenai surah al-Ikhlas yang menjelaskan tentang keesaan Allah SWT. Jika materi itu disebarkan secara umum, bisa menimbulkan ketersinggungan pada umat agama lain.  

Menyampaikan yang haq dan yang batil adalah tugas setiap muslim. Para dai' mengemasnya di dalam tausiyah mereka agar umat paham segala hal yang menyangkut agamanya. Apalagi kedudukan Islam tidak hanya sebagai ibadah ritual saja, tapi juga berisi akidah dan syariat. Jika perkara syariat tidak dipahami dengan benar, maka bagaimana umat akan beribadah dengan benar.

Begitupun perkara akidah. Umat harus 100 persen beriman. Tidak boleh ada keraguan meski hanya 1 persen sekalipun. Sebab keimanan inilah yang nantinya mempengaruhi aktivitasnya selama di dunia. Sementara jelas, seluruh aktivitas tersebut akan diminta hujah bagi kehidupan panjang di akhirat kelak.

Sama halnya dengan kedudukan Islam sebagai mualajah atau solusi persoalan. Jika umat tidak mengerti bahwasanya Islam sebagai sebuah sistem, maka umat akan mengambil solusi lain di luar Islam. Inilah yang membedakan Islam dengan agama lainnya, memiliki solusi bagi persoalan individu, juga kehidupan bernegara.

Maka ketika beredar video lama tausiyah UAS 3 tahun lalu. Kemudian berbuah pelaporan oleh beberapa kelompok masyarakat kepada Bareskrim Mabes Polri dan Polda Metro Jaya, karena dianggap menistakan simbol agama lain. Sehingga akhirnya berbuntut panjang, menjadi aksi saling lapor. Tentu hal tersebut meresahkan umat.

Menyikapi hal itu, Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia ( DMI)  Jusuf Kalla berpesan kepada para pendakwah termasuk Ustadz Abdul Somad untuk menyampaikan materi dakwah yang damai dan menyejukkan. Penyampaian dakwah baik di ranah privat maupun publik agar tak sampai melebar atau menyinggung pihak lain, bahkan sampai menimbulkan perselisihan, kata JK di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Kamis (22/8/2019)

Inilah yang terjadi jika sebuah negara tegak di atas sekularisme, memisahkan agama dari kehidupan. Terjadi bias antara yang haq dengan yang batil, antara kebenaran dengan kerusakan. Sebab, ketika manusia diminta membuat aturan maka dipastikan ia akan keliru. Posisi yang seharusnya ditempati Allah, disandingkan dengan manusia. Sungguh jauh panggang dari api.

Sekularisme memberi tempat pada pluralisme, yaitu menyamakan kedudukan semua agama. Maka ruang untuk menyampaikan Islam kaffah menjadi sempit, bahkan bisa jadi tidak ada. Islam yang dipandang umat sebagai agama yang paling tinggi, al Islaamu ya'lu wa laa yu'la alaihi, tidak mendapat tempat yang layak di alam sekularisme. 

Syariatnya dikebiri. Akidahnya bercampur dengan sekularisme, pluralisme dan liberalisme. Mualajahnya ditutupi, dibuang jauh dari benak umat. Sehingga umat tidak terpikir untuk mengambil Islam, saat menghadapi masalah. Maka mengembalikan Islam pada posisinya sebagai akidah, syariat dan mualajah bagi umat, sejatinya akan mengembalikan umat pada kedudukannya sebagai 'Khoiru Ummah'.

Sekularisme tidak layak dijadikan sebagai asas pengurusan umat. Dalam sekularisme, ulama akan dipersekusi, tausiyah pun dibatasi. Sebab prinsip memisahkan agama dari kehidupan, adalah menghilangkan peran Allah dalam mengatur umat. Pada akhirnya akan membuat umat semakin merosot, sebab menjauhkan mereka dari kebenaran yang hakiki. Wallahu 'alam.

Post a Comment

Previous Post Next Post