Papua Merdeka, Tuk Siapa ?

Oleh : Siti Hajar, S.Pd.SD

Aksi unjuk rasa mengecam tindakkan rasis terhadap masyarakat Papua tak elak menuai konflik yang berkepanjangan hingga korban berjatuhan baik dari rakyat sipil maupun dari aparat keamanan dimana dikabarkan melalui media bahwa ada beberapa anggota TNI dan Polri yang mati terbunuh.

Di halaman istana sendiri bendera Bintang Kejora berkibar dengan leluasa tanpa drama intimidasi dari aparat keamanan seperti halnya yang dilakukan oleh beberapa anggota kepolisian yang melarang mengibarkan bendera tauhid aliwa dan arroya dengan berstatment "kalimat tauhid cukup dalam hati agar tidak riya". Mirisnya, tidak satupun penguasa ataupun pejabat di negeri ini mengatakan bahwa aksi pengibaran bendera bintang kejora dan terbunuhnya beberapa anggota kepolisian dan TNI sebagai tindakan terorisme dan radikal yang mengancam kedaulatan bangsa. 

Perilaku brutal anggota OPM terhadap rakyat sipil dan TNI tidak ditangani secara tegas oleh pemerintah dan cenderung melempem. Mereka hanya dilabeli sebagai anggota kelompok kriminal bersenjata biasa, yang harus diperlakukan adil jika tidak, akan melanggar HAM. Berbeda sekali dengan perlakuannya terhadap umat islam yang dikriminalisasi habis-habisan hingga ada yang meregang nyawa meski baru berstatus diduga terroris. Padahal OPM telah berbuat makar melakukan teror, membunuh dan menculik serta mengancam disintergrasi bangsa dengan mengusung kemerdekaan atas Papua.

Referendum Papua merdeka terus bergulir dan rencana membawa masalah Papua ke dewan keamanan PBB terus diupayakan oleh pihak yang menginginkan Papua merdeka. Adanya konflik yang syarat ditunggangi asing yang mengancam disintergasi bangsa tidak membuat penguasa dinegri ini terusik dan malah sibuk mengurusi masalah pindah ibu kota ke Kalimantan Timur. Presiden Joko Widodo dan Menkopolhukam Wiranto melalui siaran persnya justru dengan santai menghimbau kepada masyarakat luas untuk tetap bersabar dan tidak usah terprovokasi dengan pemberitaan media penyebar hoaks. Untuk itu, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) akhirnya mengambil kebijakan untuk memblokir data internet di Papua dan Papua Barat, Rabu (21/8) hingga suasana tanah Papua kembali kondusif dan normal (CNN.Indonesia.com). 

Disisi lain, konflik di Papua selain dari serangan  separatis namun juga syarat ditunggangi asing yang ingin memecah belah persatuan bangsa dalam hal ini barat disinyalir kuat berada dibelakang konflik yang terjadi. Dan bukan rahasia umum, Privinsi Papua merupakan wiliyah yang memiliki kandungan kekayaaan alam yang sangat besar dan barat sangat berkepentingan terhadap Papua mengingat di sana bekerja sejumlah perusahaan milik barat khususnya Freeport. Kemerdekaan Papua bukanlah solusi masyarakatnya akan sejahterah, akan tetapi justru memperkuat cengkraman barat terhadap tanah Papua. Jika Papua lepas maka barat pasti menuai limpahan kekayaan sumber daya alam dan cengkraman mereka terhadap kepemilikan tambang emas Freeport dan tambang mineral lainnya semakin kuat. 

Oleh karena itu, Islam menolak segala bentuk gerakan separatisme dan intervensi asing yang akan memisahkan Papua dari wilayah Indonesia. Karena secara syar'i bahwa pemisahan suatu wilayah dari sebuah negeri yang saat ini sudah terpecah belah adalah haram. Selain itu, Islam menilai penyelesaian tuntas masalah Papua hanya bisa dilakukan dengan pembangunan yang adil dan merata sehingga terpenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan, infrastruktur ekonomi, pendidikan dan kesehatan.

Untuk itu hanya dengan sistem ekonomi Islam yang menjadikan distribusi kekayaan secara adil merupakan fokus yang harus dilaksanakan, tidak bisa dengan sistem ekonomi kapitalisme seperti yang terjadi saat ini. Tidak kalah pentingnya adalah harus dilakukan integrasi masyarakat di Papua menjadi satu kesatuan masyarakat baik secara politik, ekonomi maupun sosial dan budaya yang di dalamnya tidak ada 1 dan marjinalisasi. Hanya dengan cara itu kerahmatan Islam yang telah dijanjikan Allah SWT untuk semesta alam, termasuk untuk warga Papua itu akan terwujud. 

Wallahu'alam bishowwab.

Post a Comment

Previous Post Next Post