Mengkritisi Penanganan HIV/AIDS Yang Tidak Tepat

Penulis : Ratna Munjiah 
(Pemerhati Sosial Masyarakat)

Komplek Citra Niaga yang telah ditata masih saja dikotori sejumlah waria dan Pekerja Seks Komersial (PSK) liar. Tak hanya di kawasan pusat belanja kerajinan tangan itu saja, waria juga menjamur di kawasan Voorvo, Samarinda Ulu.

Tongkrongan waria dan PSK liar itupun menjadi target Satpol PP Samarinda, yang melakukan razia, dini hari kemarin ( 29/8). Kejar-kejaran antara petugas dengan waria dan PSK liar tak terelakan. Petugas harus mengepung kawasan Citra Niaga untuk menangkap kawanan razia dan PSK liar yang kabur melewati lorong toko dan kios. Sepuluh orang berhasil ditangkap. Satu diantaranya waria dan 9 lainnya adalah PSK liar. Mereka bersembunyi di lorong toko dan kios yang gelap karena tak bisa kabur jauh lantaran petugas telah mengepung kawasan itu.

Setelah menjaring waria dan PSK liar di kawasan itu, petugas bergerak ke kawasan Voorvo dan mengamankan seorang waria yang bersembunyi di taman pinggir jalan. Seluruh waria dan PSK liar itu lantas dibawa ke markas Satpol PP Samarinda di Jalan Cempaka, untuk dilakukan pendataan dan pembinaan.

Razia itu dipimpin Kasi Operasional dan Pengendalian Satpol PP Samarinda, Boy Leonardo Sianipar. Kata Boy, razia itu didasari Peraturan Daerah (Perda) Nomor 18 Tahun 2002 tentang Penanggulangan dan juga Penertiban PSK di wilayah Samarinda. "Jadi dari dua TKP ( Citra Niaga dan Voorvo) itu terjaring 11 orang," beber Boy.

Setelah melakukan pendataan, Satpol PP langsung berkoordinasi dengan Dinas Sosial (Dinsos) Samarinda, terkait penanganan lanjutan pada waria maupun PSK liar yang terjaring razia.

Boy menjelaskan, Satpol PP mulai saat ini tak hanya melakukan upaya penindakan pada penyakit masyarakat saja. Tapi juga konsen pada penularan HIV. "Kami tanggulangi dari aspek yang kecil dulu," jelasnya. Sementara itu, Konselor Puskesmas Temindung, Neneng Yuliani membeber dari hasil tes 11 orang yang terjaring razia. Dua diantaranya terindikasi atau menjurus terjangkit HIV. "Tetapi besok masih akan dilakukan pemeriksaan ulang di rumah sakit untuk lebih memastikan," pungkasnya. ( https:// samarinda.prokal.co/read/news/17796-auuuuu-waria-dan-psk-digaruk-satpol-ehh-ada-dua-yang-terindikasi-hiv).

Kegiatan penjaringan waria dan PSK liar yang dilaksanakan oleh Satpol PP bukan merupakan pekara yang tidak baik, namun merupakan solusi yang bisa dikatakan tidak tepat. Karena pada kenyataannya penjaringan melalui razia tersebut selalu berulang. Dan jika kita mau mempelajari kenapa selalu berulang, karena hingga saat ini negeri kita tidak menerapkan sistem Islam tetapi justru mengadopsi sistem sekuler-kapitalis, sehingga kebijakan yang dibuat tidak akan pernah mampu menghasilkan solusi tuntas menangani permasalahan waria dan PSK liar tersebut.

Bagi individu yang beriman tentu akan menyakini sepenuhnya bahwa Allah SWT telah memberikan aturan kehidupan yang sempurna tanpa ada kesalahan sedikit pun, namun jika tidak beriman maka akan menganggap bahwa aturan Allah Swt itu jahat atau menyulitkan umatnya. Salah satu contoh anggapan bahwa Islam itu keji, dengan diterapkannya hukum rajam dan jilid bagi penzina, padahal sejatinya jika kita mau menggunakan akal kita untuk berpikir, sesungguhnya hukuman tersebut adalah hukuman yang tepat atau sanksi yang tegas yang ditetapkan oleh Allah SWT atas kemaksiatan yang terjadi, karena sanksi tersebut tentu akan menimbulkan efek jera bagi pelakunya. 

Pendapat demikian bisa saja  terjadi karena penerapan sistem kapitalis, dalam sistem ini sanksi atas pelaku zina/perzinahan  yang diberikan tidak tegas, dan bisa diselesaikan dengan asas manfaat, dengan dalih selama dilakukan atas dasar suka sama suka maka pelaku tersebut bisa terbebas dari sanksi yang ditetapkan, diberikan pemakluman dan maaf, apalagi jika yang dilakukan dianggap tidak merugikan negara, maka kasus perzinahan akan dibiarkan hingga hilang seperti hembusan angin. Dengan penerapan sistem sekuker-kapitalis, tentu masalah merebaknya penyakit HIV/AIDS tidak akan pernah dapat diselesaikan secara tuntas, justru jika kita lihat dari perkembangan informasi, kita akan mendapati bahwa penyebaran HIV/AIDS sudah sedemikian rupa terjadi di negeri kita, bahkan HIV/AIDS saat ini menjadi sesuatu yang biasa.

HIV/AIDS merebak karena negara tidak maksimal melakukan tindakan terhadap pelaku perzinahan tersebut, solusi negara untuk mengatasi biasa malah memberikan pemaparan seks yang sehat, bukan memutus kegiatan maksiat tersebut, bahkan kegiatan bagi-bagi kondom pun menjadi solusi bagi pemerintah, bukannya menutup tempat-tempat hiburan yang aktivitasnya berupa maksiat, pemerintah justru hanya melakukan razia-razia atau pengerebekan semata. Jika solusi dari pemerintah seperti itu, tentu bisa dipastikan penyakit HIV/AIDS tidak akan pernah berkurang justru akan semakin berkembang.

Jika kita lihat itikad pemerintah dalam menanggulangi HIV/AIDS sangat diragukan, mengapa?  Karena hingga saat ini pemerintah terkesan masih mentolelir perilaku yang menjijikkan semisal lesbinisme, gay, biseksual, transgender dan semacamnya. Sehingga selama HIV/AIDS dipandang sebelah mata tanpa ada usaha untuk menghapuskan prilaku seks bebas (LGBT) maka bisa dipastikan penanggulangan HIV/AIDS apapun pasti akan berakhir pada kegagalan.

Pada dasarnya HIV/AIDS tidak dapat dilepaskan dari zina dan liwath (homoseksual) maka penanggulangan yang dilakukan pemerintah selama ini seperti razia, dan bagi-bagi kondom, pakai jarum suntik steril, kalau bisa jangan zina, kalau bisa jangan ganti-ganti pasangan dan sebagainya tentu merupakan solusi yang bodoh. 

Sebenarnya negeri ini mampu mengatasi peredaran HIV/AIDS jika negara mau membuang sistem kapitalis yang diterapkan saat ini dan menggantinya dengan sistem Islam.

Sejatinya HIV/AIDS bukan sekedar masalah kesehatan (medis), namun juga masalah prilaku. Sebab telah terbukti penyebab terbesar penularan HIV/AIDS adalah perilaku seks bebas, yaitu zina dan homoseksual. (Ali As-Salus, Mausu'ah Al-Qadhaya al-Fiqhiyah al-Mushirah, hal.705).

Dari segi kesehatan, penyakit HIV/AIDS memang berbahaya (dharar) lantaran menyebabkan lumpuhnya sistem kekebalan tubuh. Berbagai penyakit akan mudah menjangkiti penderitanya yang akan berakhir pada kematian.  Islam adalah agama yang melarang terjadinya bahaya (dharar) pada umat manusia. Rasulullah SAW bersabda," Tidak boleh menimpakan bahaya pada diri sendiri dan juga bahaya bagi orang lain dalam Islam (laa dharara wa laa dhiraara fi al-Islam)."(HR Ibnu Majah no 2340, Ahmad 1/133; hadits shahih)

Dari segi perilaku, Islam memandang HIV/AIDS sebagai masalah perilaku, karena HIV/AIDS pada sebagian besar kasusnya berawal dan tersebar melalui perilaku seks bebas yang menyimpang, seperti lebianisme, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Semua perilaku itu adalah perbuatan yang sangat dibenci dalam pandangan Islam. LGBT merupakan  tindakan kriminal yang layak mendapat hukuman yang tegas.

Dalam pandangan Islam penyebaran HIV/AIDS tergolong bahaya umum (al-Dharar al-'Am) yang dapat mengancam siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, umur, dan profesi. Mengingat tingkat bahaya HIV/AIDS tersebut maka wajib bagi semua pihak untuk mengihktiarkan pencegahan peyebaran HIV/AIDS, dan tentu negara memiliki peran utama untuk memberantasnya dengan menerapkan sistem Islam.

Karena HIV/AIDS harus ditanggulangi bukan hanya dengan mencegah dan mengobati HIV/AIDS sebagai masalah kesehatan, melainkan harus disertai pula dengan upaya menghapuskan segala perilaku menyimpang seperti LGBT. Dan itu hanya bisa diselesaikan dengan menerapkan syariah Islam dalam menindak tegas dan memberikan keputusan hukum bagi pelaku zina utamanya pelaku seks bebas (LGBT). Penutupan tempat pelacuran/lokalisasi dan tempat-tempat praktek perzinahan, penerapan hukuman cambuk, pengasingan dan rajam.

Dengan penerapan syariah Islam akan mampu mencegah bahkan memutus  penyebaran HIV/AIDS secara optimal karena ada multifier effect yang akan memberikan efek jera bagi para pelaku atau orang yang hendak berbuat pelanggaran hukum yang telah ditetapkan.

Masih banyak lagi aturan Islam yang bisa diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Sehingga tidak ada alasan bagi kita sebagai seorang muslim untuk menolak syariah di terapkan di muka bumi ini, karena hanya dengan syariah lah maka semua permasalahan yang terjadi saat ini dapat diselesaikan dengan tuntas, termaksud dengan kasus HIV/AIDS yang saat ini merebak seperi wabah. Wallahua'lam

Post a Comment

Previous Post Next Post