Raih Kemerdekaan Hakiki Bukan Kemerdekaan Semu

Oleh : Hj.Padliyati Siregar,ST
(Ketua Komunitas Muslimah Peduli Generasi)

Setiap tahun kita merayakan peringatan kemerdekaan bangsa kita, tentu kita bersyukur karena hanya dengan rahmat Allah   Ø³ُبْØ­َانَÙ‡ُ Ùˆَ تَعَالَÙ‰   sajalah kita telah terbebas dari penjajahan fisik kaum kafir.
Namun setiap tahun peringatan itu hanya dilalui dengan berbagai lomba, tanpa pernah berfikir apa makna kemerdekaan bagi kita, jangan-jangan kita berteriak bahwa kita sudah merdeka, namun sejatinya kita masih dijajah dalam berbagai sisi kehidupan, sebagai contoh, kita tidak mandiri dalam urusan garam, padahal kita negeri terpanjang luas pantainya didunia, namun kita tidak memiliki kemampuan memproduksi garam, atau sengaja diseting agar kita tidak mandiri sehingga bergantung pada negara lain, kalo begitu, bukankah kita masih dijajah?

Sumber daya kita dikuasai asing, bukankah kita masih dijajah ?

Undang undang kita diintervensi negara lain, bukankah kita masih dijajah?

Tepatlah apa yang disampaikan Panglima TNI beberapa tahun lalu dalam sebuah acara, beliau menyebutkan bahwa kekayaan alam ini, kemajuan negeri ini bukanlah milik kita, tentu maksudnya adalah bahwa kekayaan negeri ini dan sebagainya dikuasai asing dan aseng hingga kita tidak diberi kesempatan menikmatinya.

Umat dan bangsa manapun pasti memimpikan kehidupan yang “terang-benderang”. Untuk itulah, umat dan bangsa di berbagai belahan dunia bangkit memperjuangkan kemerdekaan mereka dari penjajah. Namun demikian, bukan berarti setelah merdeka dari penjajahan fisik, lantas kemerdekaan hakiki bisa serta-merta diwujudkan. Banyak bangsa yang sudah merdeka, tetapi sejatinya belum lepas dari penjajahan. Pasalnya, penjajah hanya mengubah gaya penjajahannya. Penjajahan tidak lagi secara fisik, tetapi secara non-fisik. Di antaranya dengan menggunakan sistem dan hukum penjajah, menggunakan orang-orang yang dipersiapkan dan dididik untuk menjadi komprador yang mengabdi kepada kepentingan penjajah, juga menggunakan pendekatan ekonomi melalui sistem ekonomi yang didesain untuk mengalirkan kekayaan dari wilayah yang dieksploitasi kepada para kapitalis dan negara penjajah. 

*Kemerdekaan Hakiki*
Mewujudkan penghambaan hanya kepada Allah SWT sesungguhnya berarti mewujudkan kemerdekaan hakiki untuk umat manusia. Inilah yang merupakan misi utama Islam. Dalam pandangan Islam, kemerdekaan hakiki terwujud saat manusia terbebas dari segala bentuk penghambaan dan perbudakan oleh sesama manusia. Dengan kata lain Islam menghendaki agar manusia benar-benar merdeka dari segala bentuk penjajahan, eksploitasi, penindasan, kezaliman, perbudakan dan penghambaan oleh manusia lainnya.

Terkait misi kemerdekaan Islam ini, Rasulullah saw. pernah menulis surat kepada penduduk Najran. Di antara isinya berbunyi:
...Amma ba’du. Aku menyeru kalian untuk menghambakan diri kepada Allah dan meninggalkan penghambaan kepada sesama hamba (manusia). Aku pun menyeru kalian agar berada dalam kekuasaan Allah dan membebaskan diri dari penguasaan oleh sesama hamba (manusia)… (Al-Hafizh Ibnu Katsir, Al-Bidâyah wa an-Nihâyah, v/553).

Misi Islam mewujudkan kemerdekaan hakiki untuk seluruh umat manusia itu juga terungkap kuat dalam dialog Jenderal Rustum (Persia) dengan Mughirah bin Syu’bah yang diutus oleh Panglima Saad bin Abi Waqash ra. Pernyataan misi itu diulang lagi dalam dialog Jenderal Rustum dengan Rab’i bin ‘Amir (utusan Panglima Saad bin Abi Waqash ra.). Ia diutus setelah Mughirah bin Syu’bah pada Perang Qadisiyah untuk membebaskan Persia. Jenderal Rustum bertanya kepada Rab’i bin ‘Amir, “Apa yang kalian bawa?” Rab’i bin menjawab, “Allah telah mengutus kami. Demi Allah, Allah telah mendatangkan kami agar kami mengeluarkan siapa saja yang mau dari penghambaan kepada sesama hamba (manusia) menuju penghambaan hanya kepada Allah; dari kesempitan dunia menuju kelapangannya; dan dari kezaliman agama-agama (selain Islam) menuju keadilan Islam…” (Ath-Thabari, Târîkh al-Umam wa al-Mulûk, II/401).

Islam sebagai agama dan sistem yang berasal dari Allah Yang Mahabijak telah didesain akan mengantarkan ke kehidupan “terang-benderang” untuk umat manusia. Sebab Allah SWT telah menyatakan bahwa Islam diturunkan agar dengan itu Rasul saw. mengeluarkan umat manusia dari kegelapan menuju cahaya. Allah SWT berfirman:
Alif, laam raa. (Inilah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita menuju cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji (TQS Ibrahim [14]: 1).

Harus dicatat, mewujudkan kehidupan dan masa depan yang “terang-benderang” sekeligus memerdekakan manusia dari segala bentuk penjajahan kuncinya adalah dengan menerapkan Islam dan syariahnya secara kaffah; secara totalitas dan menyeluruh. Itulah tanggung jawab dan kewajiban kita sebagai hamba Allah dan tanggung jawab kita kepada umat manusia. WalLâh a’lam bi ash-shawâb. []

Post a Comment

Previous Post Next Post