Haqiqat Menyayangi Murid

  
Oleh: Sumiati
(Praktisi Pendidikan dan Member AMK )

Ada istilah guru di gugu dan di tiru, menjadi guru memang tidak mudah. Apalagi dalam sistem Demokrasi Kapitalis, berat mendidik anak-anak yang tidak menutup kemungkinan mereka memiliki maklumat tidak baik dari televisi, handphone, ataupun lingkungan. Membutuhkan kesabaran extra dalam mendidik mereka, namun guru harus tetap sabar, ikhlas dan bersungguh-sungguh mewakafkan dirinya untuk generasi bangsa.

Guru adalah orang yang berilmu, hendaknya memiliki rasa kasih sayang, suka memberi nasihat dan tidak mendengki, karena dengki itu tidak akan membawa manfaat, dan justru membahayakan diri sendiri. 

Syeikhul Islam Burhanudin rahimahullah berkata: Putra seorang mualim dapat menjadi orang alim, karena mualim itu selalu menginginkan murid-muridnya kelak menjadi ulama ahli Quran. Lantaran keberkahan keyakinan dan kasih sayangnya kepada murid-muridnya, itulah maka putranya menjadi seorang alim. Masya Allaah. 

Ketika mengingat betapa balasan Allah ta'ala  begitu besar bagi seorang guru, tentu seberat apapun ujian yang datang dari murid itu sendiri hendaklah sabar, dan menguatkan kesabarannya. Kesabaran guru akan tertanam dalam jiwa setiap murid, hingga kesabaran itu akan di tiru oleh mereka. Seorang guru yang ikhlas, tak pernah futur jika tak berbalas dunia, karena ia berjuang untuk tegak kalimatuLlaah. Rasa sayangnya pun tak akan hilang walaupun sang murid tak ada lagi di hadapannya.

Wahai murid-murid, janganlah berpaling dari guru atau tempat belajarmu. Teguhkan dirimu di sana, sehingga belajarmu di berkahi, dan engkau dapat mengambil manfaat dari ilmu itu. Ketahuilah, keteguhan dan kesabaran adalah pondasi besar dalam segala urusan, tetapi itu sangat langka, maka jadikanlah dirimu yang langka itu.

Ada sebuah syair..
"Semua bergerak untuk menggapai cita-cita dan mengejar ketinggian. Namun yang langka pada diri seseorang adalah keteguhan".

SubhanaLlaah. 

Maka dari itu, seorang murid harus betah dan sabar menghadapi gurunya dalam belajar. Sabar tinggal di asrama, tidak mondar mandir pulang ke kampung halaman. Sebab semua itu dapat membuyarkan semua urusan, menyusahkan hati, membuang waktu dan menyakiti guru.

Seorang penyair mengatakan "hawa nafsu adalah kehinaan. Orang yang jatuh ke dalam hawa nafsu, artinya jatuh kepada kehinaan". Na'udzubillaahi min dzaalik. 

Seorang murid harus mampu bersabar menghadapi ujian. Sebagaimana ungkapan seorang penyair " Perbendaharaan simpanan cita-cita itu terletak pada banyaknya ujian".

Wahai murid-murid, lihatlah kesabaran, keteguhan gurumu, agar gelar alim Allaah ta'ala sematkan pada dirimu. Kasih sayang gurumu tak lekang oleh waktu.

Ayah Bunda, mari kita sama-sama didik anak-anak kita, tanggung jawab sebagai orang tua memanglah besar. Kita renungkan FirmanNya:

Surat An-Nisa' Ayat 9

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Wallaahu a'lam bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post