Cinta Halal, Tanpa Tapi

Oleh : Agus susanti 
(Pemerhati Remaja, Serdang Bedagai)

Cinta adalah sebuah fitrah yang dimiliki oleh setiap insan yang bernyawa. Baik laki-laki maupun perempuan semua mempunyai rasa yang sama. Allah menganugerahkan semua sebagai salah satu nikmat untuk manusia. Namun sayang banyak yang salah dalam mengartikan perasaan tersebut dengan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan perintah dan larangan yang telah ditetapkan Allah. 

Allah memberikan potensi hidup pada manusia berupa kebutuhan jasmani dan kebutuhan naluri. Dalam hal ini tidak ada paksaan yang akan membuat kita menjadi berdosa atau sebaliknya. Yang membuat suatu perbuatan mendapat pahala atau dosa adalah tentang apakah perbuatan yang kita lakukan melanggar hukum syara’ atau tidak. 

Sebagai remaja, mereka adalah golongan yang rentan terjerumus dalam dosa dan kemaksiatan dalam memenuhi gorizah nau’ tersebut. Banyak diantaranya yang lebih memilih untuk melakukan aktivitas pacaran (mendekati zina), dibandingkan untuk menahan diri. Ini semua adalah akibat dari minimnya pemahaman aqidah pada diri mereka, selain itu kurangnya perhatian dari pihak keluarga untuk memberikan pemahaman yang benar terkait pemenuhan gorizah nau’. Menikah tentu tidak bisa menjadi pilihan bagi mereka, sebab diusia mereka yang masih sebagai pelajar. Namun pada faktanya menikah adalah jalan yang terbaik yang harus mereka tempuh. Karena obat bagi dua insan yang jatuh cinta adalah menikah, jika mereka sudah mampu/ memenuhi syarat menikah. Dan jika mereka belum bisa memenuhi syarat tersebut, maka hal yang harusnya mereka lakukan adalah berpuasa.

Bekal aqidah adalah sebuah pondasi yang akan menguatkan seorang hamba. Salah satunya adalah terkait permasalah dikalangan remaja dan anak muda. Disebabkan lemahnya pemahaman aqidah, dan banyaknya tontonan dan tampilan yang mudah membangkitkan syahwat membuat banyak yang merasa pacaran adalah sebuah aktivitas yang wajar/ lumrah terjadi. Bahkan banyak orang tua yang turut mendukung agar anaknya memiliki pasangan (Pacar), meskipun sudah banyak kasus dari aktivitas ini, namun hal itu tak membuat mereka jera.

Islam adalah agama yang sempurna, Allah tidak memberikan rasa cinta untuk membuat hambanya terjerumus dalam dosa. Dianugerahkannya rasa cinta bagi manusia adalah bagian dari nikmat yang Allah berikan. Namun pemenuhan semua itu tentu juga harus sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan sang Kholiq, yakni dengan menggunakan jalur yang syar’i. hubungan tersebut adalah hubungan pernikahan, dengan mengucapkan kalimat ijab dan Kabul hubungan antara laki-laki dan perempuan tersebut menjadi halal.

Segala aktivitas yang dahulu terlarang menjadi halal, dari mulai ngobrol berduaan, jalan-jalan, berpegangan tangan, dan seterusnya. Semua itu telah dilegalkan dengan seuntai kalimat, namun ini bukanlah sekedar kalimat biasa. Kalimat tersebut adalah berupa ikrar dan pengambilan tanggung jawab dari seorang ayah dari wanita tersebut menjadi tanggung jawab dari lelaki yang mengucapkan ijab dan Kabul. 

Meskipun mudah dalam pengucapannya, namun dalam aplikasi dan pertanggungjawabannya sangatlah besar. Sebab yang ditanggung oleh pria tersebut bukan sekedar memberikan nafkah berupa makanan dan pakaian, melainkan pertanggungjawaban akan aktivitas dari perempuan yang akan ia nikahi. Laki-laki adalah seorang imam, ia merupakan sebuah supir yang akan membawa penumpang dan seluruh isisnya menuju tempat yang dinginkan. Apabila supir salah dalam memilih jalan, sudah pasti akan mempengaruhi tujuan. Itulah mengapa ketaatan kepada seorang suami lebih utama dibanding ketaatan kepada orang tua. 

Ketaatan seperti ini diperkuat dengan adanya ayat yang mengatakan bahwa Allah mengharamkan manusia untuk tunduk kepada sesame. Bila ada yang diijinkan untuk kita bersimpuh dan menyembah, maka satu-satunya adalah kepada seorang suami. Menikah juga merupakan bagian dari memuliakan seorang wanita. Lantas masih pantaskah bagi kita untuk lebih memilih dihinakan dengan mengijinkan lelaki yang bukan pasangan halal kita menikmati tubuh kita?. Semoga semua wanita yang membaca artikel ini adalah wanita yang cerdas yang bisa menghargai dirinya hanya untuk yang halal.
Previous Post Next Post