Raih Taqwa hakiki Di bulan yang Suci

Oleh : Ummu Afifah
(makmak Ideologis)

Tak terasa hari ini kita sudah memasuki 11 hari Ramadhan. Namun fakta yang kita dapati disekitar kita adalah banyaknya hal-hal diluar implementasi dari Ramadhan mewujudkan manusia-manusia yang bertaqwa. Mereka menganggap Puasa Ramadhan wajib menutup aurat tidak wajib, puasa Ramadhan wajib aktivitas riba tetap berjalan dan lain-lain.

Pada awal-awal Ramadhan aktivitas seakan-akan terpusat dimasjid dan baca al qur´an, dan hampir disetiap masjid berkumandang lantunan ayat-ayat al qur´an. Suasana keislaman begitu sejuk. Namun seperti biasa pada hari-hari hampir setengah bulan Ramadhan aktivitas ibadah sudah pindah ketempat yang lain, seperti di pasar-pasar, mal-mal, Stasiun KA dan lain-lain.

Aktivitas bukan lagi pada ibadah untuk menjaga ketaqwaan namun akitivitas pindah untuk berlebaran.Lebaran dimaknai dengan belanja-belanja, mudik dan aktivitas pemenuhan perlengkapan pada saat lebaran. Hilangnya makna taqwa pindah kepada aktivitas belanja dan mudik merupakan aktivitas yang sudah jadi tradisi dikalangan kaum muslim.

Namun semua rutinitas yang kita lakukan terkait dengan rutinitas ini sering disebut aktivitas yang membuat kita lalai akan ibadah dan fokus kepada persiapan menyambut hari raya Idul Fitri tapi dengan persiapan yang makan-makan besar, pakaian-pakaian baru dan lain-lain. Tak jarang ketika bersilaturahmi nilai ibadah terlupakan. Seperti tidak menyegerakan sholat ketika bersilaturahmi, tabaruj, pakaian yang tidak syar´i, berkholwat(pacaran), berikhtilat dan lain-lain.

Idul Fitri adalah hari yang fitrah dimana kita diwajibkan oleh Allah untuk mencukupkan bilangan puasa dan menyempurnakannya
(QS. Al Baqarah : 185).

Ini dimaknai agar setelah Ramadhan penyadaran kita terhadap keberadaan Allah ditengah-tengah kehidupan kita tentunya harus semakin meningkatkan ketaatan  kepada perintahNya dan ketaatan untuk menjauhi segala laranganNya.
Maka adalah wajar saat ini setelah Ramadhan nilai ketaatan semakin pudar bahkan sirna karena ditengah-tengah kaum muslim ada sebuah sistem yang dijadikan rujukan oleh umat Islam yaitu  sistem sekulerisme. Sistem yang diadopsi masyarakat secara umum dan kaum muslim secara khusus membuat kita semakin jauh dari aturan Allah ketika tidak lagi berada dibulan Ramadhan.

Sistem sekulerisme adalah sistem yang mengatur urusan ibadah mahdhoh sementara aspek lain seperti: pergaulan, makanan, pakaian, politik, muamalah dan lain-lain diatur oleh aturan manusia. Terbayang jika aturan kehidupan menggunakan aturan manusia maka dapat dipastikan kita akan mengalami kekacauan, kerusakan bahkan kematian (saling bunuh).

Maka sudah seharusnya ketika bulan Ramadhan datang  membuat kita dekat dengan al qur´an dan berusaha mengamalkannya namun setelah Ramadhan usai maka  aktivitas kita lebih taat kepada Allah dan mengamalkan seluruh aktivitas selama Ramadhan. Tentulah hidup ini adalah pilihan, bukankah Allah menciptakan manusia dengan seperangkat potensi namun akal jualah yang membuat kita mampu menentukan derajat kita disisi Allah Swt.

Allah SWT berfirman:
"maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,"
(QS. Asy-Syams 91: Ayat 8)

Maka potensi hidup manusia yang diberikan oleh  Allah, tidak membuat kita dipaksa untuk mengikuti seluruh hawa nafsu. Maka dengan pedoman kepada Al qur´an dan akal akan  terus berfikir tentang alam semesta, manusia dan kehidupannya hingga mampu mengkaitkan hubungan sebelum kehidupan dengan kehidupan saat di dunia dan kehidupan dunia ini dengan setelah kehidupan hingga kita mampu  memperoleh  kebenaran berdasarkan wahyu dan akal.

Maka apabila timbangan kebaikan lebih berat dibandingkan dengan timbangan keburukan maka Allah sediakan baginya Surga.
Allah SWT berfirman:

"Sungguh, orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan,"
(QS. An-Naba' 78: Ayat 31)
Menurut Al- jazairi, makna ayat diatas adalah orang-orang yang menjauhi kesyirikan, maksiat karena semata-mata takut kepada azabNya ( Al-jazairi, aysar al-Tafasir, 5/502)

Maka siapa saja yang amal buruknya lebih besar dibandingkan amal baiknyamaka balasannya adalah neraka, mereka adalah para pendosa.

Sebagaimana Allah SWT berfirman:
"Bukankah Kami jadikan bumi untuk (tempat) berkumpul,"
(QS. Al-Mursalat 77: Ayat 25)
Pernyataan ayat diatas ditujukan kepada orang kafir pada hari kiamat ( Ala-Qurthubi Al jami´ lil ahkam al-Quran, 19/162)

Dalil ayat lainnya, 
Allah SWT berfirman:
"Celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan (kebenaran)."
(QS. Al-Mursalat 77: Ayat 28)

Wahbah Az-Zuhaili berkata mengenai ayat ini: Azab dan kehinaan pada hari kiamat yang menegangkan disediakan untuk orang-orang yang mendustakan para utusan Allah Swt dan ayat-ayatNya. Tidak ada tempat lari bagi mereka dari azab itu. (Az Zuhaili, At-Tafsir Al-Munir, 29/327).

Surga dan neraka itu begitu jelas, Allah tunjukkan gambarannya dengan sangat nyata. Sangat aneh bila ada yang menyatakan beriman, tapi mengingkari hari pembalasan. Maka orang yang cerdas itu tentu akan melihat bahwa kehidupan didunia ini hanya sementara, tentu tujuan kehidupan di dunia ini hanya mengharap Ridho Allah Swt  untuk menggapai SurgaNya.

*Pertanyaannya, bagaimana mencari keridhoan Allah Swt?*
Maka orang cerdas yaitu orang yang mampu melakukan skala prioritas terhadap hukum perbuatan dalam menjalankan aktivitas kehidupannya. Hukum perbuatan manusia, yaitu : Wajib, Sunnah, Mubah, Ma´ruh, Haram. Tidak lain keridhoan Allah hanya didapat dengan mengamalkan Islam secara Kaffah (total).
Sebab:

1. Islam adalah agama yang komprehensif (sempurna/menyeluruh).
Dalam arti kata Islam adalah agama yang mengatur seluruh persoalan kehidupan ; baik perkara aqidah, ibadah, muamalah, akhlak, makanan, pakaian, uqubat (sangsi hukum) dan tak satupun luput dari peraturan Islam.

Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami bangkitkan pada setiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan engkau (Muhammad) menjadi saksi atas mereka. Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim)."
(QS. An-Nahl 16: Ayat 89)

Dan tidak ada satu makhluk pun bisa mengelak bahwa Allah telah menurunkan 
Al Qur´an sebagai petunjuk hingga setiap perbuatan manusia sudah diberikan tata cara beraktivitas hingga tidak keluar dari aturan Allah dan Allah juga telah mengutus Rasulullah untuk menjadi suri tauladan bagi manusia.

Hingga Rasulullah akan menjadi saksi bagi kita, ketika kelak kita menghadap Allah dengan berbagai alasan-alasan yang tidak sesuai dengan Kitab yang telah Allah turunkan, maka Rasulullah bersaksi bahwa beliau telah mencontohkan seluruh perbuatan seorang hamba berdasarkan Wahyu Allah. Bisakah kita berdusta ketika Allah jadikan Rasulullah sebagai saksi?

2. Islam agama yang syamil, tidak ada sedikitpun memiliki kekurangan.
Allah SWT berfirman:
"Dan Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu."
(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 3)

Ayat ini merupakan jaminan dari Allah bahwa hendaklah manusia hanya memeluk Islam yang sempurnakan. Maka ketika kita beagama Islam maka telah Allah jamin kedudukan kita kelak diSurgaNya. Maka totalitas pengamalan islam secara kaffah merupakan jaminan kesempurnaan Islam.
Allah SWT berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 208)
Artinya totalitas mengamalkan seluruh syariah Islam secara kaffah, yang dibawa Rasulullah Saw tidak memilah dan memilih. Tidak seperti kaum muslim saat ini, mereka beragama Islam namun aktivitas  kehidupan mereka mempraktekkan aturan-aturan yang lain yang bersumber dari kafir barat. Seperti Montesque, Thomas Hobbes, Jhon Clock dan lain-lain. Yang melahirkan sistem politik Demokrasi (Padahal jelas-jelas Demokrasi berasal dari yunani, sebagai negara atheis) atau yang dianjurkan oleh Jhon Maynard Keynes, David Richardho dan lain-lain yang melahirkan sistem ekonomi Kapitalis.

Allah sangat mengecam bagi orang-orang yang memilah dan memilih aturan berupa hukum yang telah Dia tetapkan.
Allah SWT berfirman:
" Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab (Taurat) dan ingkar kepada sebagian (yang lain)? Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian di antara kamu selain kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 85)

Disini jelas-jelas menyebutkan gambaran bagi orang-orang yang mengingkari dan menolak sebagian dari wahyu Allah Swt dalam kitabNya, maka dapat menjadikan pelakunya di Azab artinya secara otomatis menjadi ahli neraka.

Maka siapa saja yang menolak syariah Allah Swt maka azab Allah tengah menanti dirinya. Karena itu pegang erat islam ini dan genggamlah erat-erat ditengah-tengah gagasan sesat yang dilakukan oleh orang-orang Liberal.

Semoga kita mampu mengamalkan syariah Islam secara kaffah agar nantinya kita tetap istiqomah dalam Islam dan menjadi calon-calon penghuni surga.
Wallahu´alam bisshowab

Post a Comment

Previous Post Next Post