Menolak OBOR, Menolak Penjajahan Atas Negeri

Penulis : Rahmania,S.Psi

Negeri kita saat ini sedang dihadapkan pada banyaknya problematika  kehidupan yang semakin akut. Ibarat luka, luka itu tengah berada dalam kondisi inveksi yang menyebar keseluruh sendi-sendi kehidupan yang berujung pada kematian. Butuh penangan serius agar bisa disembuhkan dari segala macam penyakit.

Mulai dari polemik pemilu yang memakan korban hingga ratusan jiwa. Penggeledahan dan penangkapan pelaku korupsi dikalangan para pejabat. Maraknya kasus kriminal dan kasus sosial lainnya. Sampai pada ketidakstabilan harga pangan, kenaikan harga transportasi udara. Dan masih banyak lagi problematika ummat lainnya.

Dan yang tidak kalah berbahayanya  adalah penandatangan proyek obor yang di lakukan baru baru ini. Perlahan namun pasti OBOR adalah virus yang akan menggerogoti negeri ini. Berkedok pembangunan dan infrastruktur, seolah ini merupakan langkah positif untuk membangun negeri tercinta. Namun fakta dibelakangnya OBOR adalah penjajahan gaya baru  (neoimperialisme) berkedok investasi.

Obor merupakan program yang diinisiasi Presiden China Xi Jinping pada 2013 lalu. Program ini bertujuan membangun infrastruktur darat, laut, dan udara secara besar-besaran untuk meningkatkan dan memperbaiki jalur perdagangan dan ekonomi antar negara di Asia dan sekitarnya. Dalam pembangunan Infrastruktur yang merupakan kebanggaan rezim ini pada akhirnya bukan untuk kesejahteraan rakyat. Namun faktanya rakyat banyak yang terdzolimi sebab infrastruktur membuka jalan bagi pekerja kasar China untuk berbondong bondong masuk ke Indonesia. Tidak memberikan lapangan kerja untuk rakyat Indonesia sendiri.

Demikian halnya dengan OBOR. Proyek OBOR pertama-tama mewakili kepentingan China yang berambisi membangun jalur sutera baru di abad ke-21 ini, baik di jalur darat, maupun maritim. Tujuannya tidaklah lain hanya untuk kepentingan bisnis dan ekonomi China dan para pemodal lain yang terlibat di dalamnya. 

Namun OBOR tidak dapat dipandang sederhana hanya sebatas upaya pengembangan bisnis maupun ekonomi. Bahwa akan ada upaya penyebaran ideologi sosialisme Komunis, upaya membangkrutkan negara – negara yang terikat didalamnya. Untuk mengikat sebuah negara, maka utang digelontorkan sebanyak-banyaknya bagi pihak pengutang dengan berbagai syarat-syarat yang harus dipenuhi. Jika tidak memenuhi syarat maka siap-siap aset negeri dalam genggaman mereka.

Untuk itu, sepatutnya kini masyarakat haruslah lebih peka dengan hadirnya proyek-proyek infrastruktur di negri ini. Terutama yang menjadi proyek strategis nasional, harus dapat dipantau oleh publik agar mendapat pengawasan yang maksimal. Terutama para ulama-ulama,tokoh tokoh agama,tokoh masyarakat haruslah bergerak demi menyelamatkan negeri dari berbagai penjajahan. Terutama imperialisme yang hadir dengan cara cara yang smooth. 

Dikutip dari shautululama.co, Multaqo Ulama Ahlusunnah Waljamaah Nasional yang baru baru ini dilakukan. Dimana para ulama sepakat untuk menolak adanya proyek OBOR tersebut karena dampak besar bagi keamanan dan kemaslahatan negeri dari rongrongan Cina. Langkah ini merupakan langkah yang sangat tepat. Sebab Ulama adalah pewaris para Nabi yang semestinya berada di garda terdepan untuk mengajak dan memahamkan ummat akan bahaya OBOR ini. 

Selain itu peran yang paling utama dari Ulama sebagai pewaris para Nabi adalah melaksanakan fungsi dakwah yaitu menyampaikan amar ma’ruf nahi mungkar memahamkan ummat untuk kembali pada Islam. Sebab Islam bukan hanya sebuah Aqidah Spiritual saja. Namun Islam juga merupakan Aqidah siyasiyah yang mengatur tentang Syirkah, bisnis, ekonomi, perdagangan, hukum, sewa menyewa dan segala aspek kehidupan lainnya. 

Akidah Islam inilah yang akan menjadi asas negara, menjadi asas keberlangsungan hidup sebuah negara dan komponen yang ada didalamnya. Negara hadir sebagai perisai, membentengi umat dari penjajahan orang-orang kafir yang hendak menguasai kaum muslim. Ini tidak akan diwujudkan tanpa ada upaya semua elemen umat untuk sama-sama memperjuangkan Khilafah. Karena dengannya umat bisa selamat dari penjajahan.

Post a Comment

Previous Post Next Post