Siapa Menghadang Kebenaran, Kebenaran Akan Mencari Jalannya Sendiri

Penulis : Uqie Naima
Sejatinya, kebenaran harusnya diterima dengan segenap jiwa dan raga, tak perlu diperdebatkan, diperselisihkan apalagi dihujat dengan berbagai dalil dan dalih. Kebenaran tetaplah kebenaran tak bisa di hapus dengan mudah dengan cara apapun, apalagi kebenaran itu datang dari Sang Pemilik Kehidupan, Pencipta manusia dan alam semesta, maka bagaimana mungkin manusia lemah dengan segala keterbatasan menjadi penentang hebat kebenaran itu?
Islam dengan  syariatnya lahir dari Sang Khalik, Allah SWT, kemudian di emban oleh Rasulullah Saw ke seantero jazirah Arab. Dilanjutkan oleh para sahabat, khulafa ar Rasyidin hingga para khalifah berikutnya menyampaikan kembali Islam dan syariatnya ke seluruh pelosok dunia sampai akhirnya kita saat ini. Jika bukan karena upaya dan kerja keras Rasulullah saw bersama sahabat dan khalifah, tentu tak akan kita kenal apa itu Islam, iman dan konsekuensi dari keduanya seperti kewajiban ibadah shalat, puasa, zakat, serta berbagai aturan kehidupan yang lahir dari aqidah Islam. Bukan saja aturan yang menyangkut hubungan manusia dengan dirinya seperti tata cara makan, minum, pakaian, akhlak, tapi juga berhubungan erat dengan Allah dan juga sesama manusia.
Hubungan manusia dengan manusia lainnya meliputi aspek muamalah dengan segala rinciannya, seperti ekonomi, sosial, budaya, politik, pendidikan, kesehatan, hukum, pemerintahan, dll. Dari sekian rincian itu dikenal sistem pemerintahan Islam dengan sebutan “Khilafah”. Intitusi Islam inilah yang menjadi cikal bakal  penerap aturan dan hukum Allah Swt di dunia sesudah kepemimpinan Rasulullah saw.
Ironisnya, khilafah sebagai bagian dari ajaran Islam itu, kini menjadi momok mengerikan ditengah kaum Muslim pendukung sistem kufur. Islam diterima secara parsial, padahal Rasulullah mengenalkan Islam sebagai ajaran penyempurna agama sebelumnya. Islam datang membawa perubahan baru, lebih elegan, modern, beradab bagi umat manusia untuk direalisasikan secara totalitas bukan sebagian. Terlebih keutamaan karakteristik Islam dan syariatnya adalah Rahmatan Lil ‘aalamiin, menjadi rahmat bagi semesta alam. Sayangnya, para tokoh umat dengan jamaah terbesar di Indonesia akhir-akhir ini menjadikan khilafah sebagai ajaran menyimpang, tak ubahnya kisah masa lalu, dan tak pantas diterapkan dinegeri kapitalis-sekular saat ini.

Berulang kali “Khilafah” dibenturkan dengan isu-isu tak mendasar. Teroris, ISIS, radikal, pemecah persatuan dan pengancam ideologi negara adalah contohnya. Ribuan kali pengemban dakwah yang mengenalkan khilafah di persekusi, di bully, di bui bahkan tak sedikit hilang tanpa jejak. Inilah ternyata prediksi Rasulullah Saw  berabad silam :
“Pertama kali Islam itu asing, dan akan kembali asing sebagaimana pertama kali, maka berbahagialah orang yang terasing” (HR. Muslim, 1:73).
Di akui atau tidak, fakta bahwa khilafah adalah kebenaran, tak bisa ditutup-tutupi. Janji Allah dan ancaman Rasulullah saw dalam haditsnya begitu gamblang dan sekali lagi itulah kebenaran. Firman Allah Swt dalam TQS. An-Nuur [24]:55 : 
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang diantara kalian yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa......”.
Sabda Rasulullah Saw :
“Siapa saja yang mati, sementara dipundaknya tidak ada baiat (kepada Imam/khalifah), maka ia mati seperti mati jahiliyah (HR.Muslim).
Adanya celaan berupa sifat kematian jahiliyah ini menunjukkan besarnya dosa tersebut. Seseorang akan mendapatkan dosa maksiat hingga ajal menjemput manakala tak ada kesibukan pada dirinya untuk mewujudkan kekhilafahan dalam sosok seorang khalifah. Dengan demikian tak ada alasan lagi bagi kaum Muslim untuk menolak dan mengingkari khilafah dalam sistem pemerintahan.
Para penentang khilafah adalah orang-orang yang menjadi antek asing agar Islam tak lagi berjaya. Tak lagi memiliki peradaban tinggi dan mulia, apalagi menjadi negara adidaya. Kaum kuffar di negeri-negeri asing (Barat) sudah mengetahui khilafah akan kembali tegak di muka bumi, dan itu sangat merisaukan mereka. Peluang menghancur leburkan persatuan umat Islam dalam satu panji tauhid akan sirna. Untuk itulah berbagai upaya mereka gencarkan agar ada stigma negatif terhadap khilafah,  menjadi teror yang menakutkan sebagaimana ketakutan yang terpendam dalam jiwa-jiwa pembenci Islam dan ajarannya. Caranya? Dengan terus dihembuskan ide-ide kufur, di poles sedemikian rupa agar terlihat indah dan menyenangkan, sementara ajaran Islam terus dibuat gambaran menakutkan. Sesama Muslim saling menuduh, mencurigai, memusuhi sementara kepada kaum kafir mereka hormat, merangkul dan  mengayominya ibarat raja. Tanpa disadari kekuatan kaum Muslim mulai keropos digerogoti keangkuhan dan ashabiyah. Terus di adu domba tanpa terasa.
Beginilah fakta miris ditengah kaum Muslim. Negeri gemah ripah loh jinawi, kaya dan berlimpah sumber alamnya tak lagi menjadi milik Indonesia. Hampir seluruh asetnya di kelola asing dengan keuntungan sebesar-besarnya, namun meninggalkan hutang bejibun jumlahnya untuk rakyat Indonesia. Inikah yang disebut merdeka? Beradab dan berbudaya karena memiliki ideologi Pancasila juga UUD’45?
Khilafah adalah kebenaran, tak ada satu makhlukpun mampu merubahnya agar diingkari oleh yang lain. Khilafah adalah warisan Rasulullah disamping Al-Quran dan As-Sunnah. Legalitasnya langsung datang dari Allah. Penjaminnya-pun Allah Swt. Cepat atau lambat ia akan menunjukkan  posisinya dengan atau tanpa pejuang dakwah. Masing-masing akan menerima konsekuensi sesuai pilihannya. Khilafah atau Demokrasi, syurga ataukah neraka hanya orang-orang mustanir-lah yang mampu memilih yang terbaik sesuai tuntunan syara’.
Wallahu a’lam bi ash-Shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post