Ketakutan yang Tidak Mendasar

Penulis : Sumiati  
(Praktisi Pendidikan dan Member AMK )

‎Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono menuturkan, ada perbedaan mendasar di Pemilu kali ini dengan periode sebelumnya. Yakni, adanya pertarungan ideologi Pancasila melawan Khilafah.

“Jadi ini bukan hanya sekedar mendukung Jokowi-Ma’ruf atau  Prabowo-Sandi. Tapi kelompok pro Pancasila melawan pro Khilafah,” ujar Hendropriyono saat ditemui di Kantor BIN, Pasar Minggu, Jakarta, Kamis (28/3).

Karena itu, Hendropriyono berharap masyarakat tetap mempertahankan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Sebab selama ini empat pilar kebangsaan yakni Pancasila, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, dan UUD 1945 adalah nilai dasar yang tidak bisa diganggu gugat.

“Rakyat harus mengerti. Bahwa dia harus memilih yang bisa membuat dia selamat,” katanya.

Lebih lanjut, Hendropriyono juga berpesan kepada masyarakat agar jangan golput. Pasalnya apabila masyarakat golput sama saja memberikan pemimpin yang tidak memiliki kapabilitas bisa terpilih menjadi kepala negara.

“Kalau sampai kita dipimpin sama orang terburuk. Maka kita ini bisa dibilang maju kena mundur kena,‎” pungkasnya.

Demi target utama tercapai, fitnahpun terus digelontorkan.
Ketakutan yang sungguh tidak mendasar dengan tudingan tersebut, masyarakat semakin cerdas, masyarakat tahu yang terjadi adalah asing lawan aseng, namun karena kedengkian dan kebencian terhadap Islam, maka selalu Islam menjadi kambing hitam, menjadi tertuduh, padahal tidak tahu menahu.

Beginilah dalam Demokrasi, yang salah bisa jadi benar, yang benar bisa jadi salah, maka pantas jika umat semakin menjauh dari sistem ini, karena semakin jelas rusak dan merusaknya. Tidak mencerdaskan tetapi yang ada membodohkan, dengan segala tipu dayanya.

Dalam kondisi ini Khilafah Islamiyah yang merupakan wa'dullaah dan bisyarah Rasulullah saw niscaya terwujud dan datang waktunya. Bahkan tanda-tanda Khilafah Islamiyah segera tegak semakin tampak, diantaranya: kezaliman semakin tampak dan tajam, umat semakin merespon positif terhadap dawah Islam dengan sistem Khilafah. Karena dengan Khilafahlah sebagai solusi dalam menghadapi kezaliman dan kegagalan sistem Demokrasi dalam mengurus dan menyelesaikan masalah urusan rakyat. Allaah SWT memerintahkan agar manusia berislam kaffah sebagaimana Firman-Nya: 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ ﴿٢٠٨﴾

"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu."

(Q.S.2:208)

Sehingga janji Allaah SWT dalam hadits Rasulullah saw segera terwujud.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: 

تَكُوْنُ النُّبُوَّةُ فِيْكُمْ مَا شَاءَ ا للهُ أَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلآفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ، فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ اَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًا عَاضًا ، فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًا جَبَّرِيًّا ، فَتَكُوْنَ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلآفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ، ثُمَّ سَكَتَ

“Periode kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya. Setelah itu datang periode khilafah aala minhaj nubuwwah (kekhilafahan sesuai manhaj kenabian), selama beberapa masa hingga Allah ta’ala mengangkatnya. Kemudian datang periode mulkan aadhdhan (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa. Selanjutnya datang periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah ta’ala. Setelah itu akan terulang kembali periode khilafah ‘ala minhaj nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam.” (HR Ahmad; Shahih).
Wallaahu a'lam bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post