Drama  Teror  di  New  Zealand



Oleh: Roro Ery
(Member Akademi Menulis Kreatif & Pemerhati Sosial)

Hampir dua minggu berlalu drama teror yang terjadi di New Zealand, namun anehnya tidak ada perhatian sedikit pun dari dunia, tragedi itu tenggelam begitu saja tanpa ada penyelesaian yang mendasar. Bahkan surat kabar nasional China, Global Times dalam pemberitaannya terkait aksi teror yang terjadi pada dua masjid di Christchurch, New Zealand, telah  mengejek negara-negara barat. Menurutnya, aksi teror tersebut menunjukkan bahwa negara-negara barat sudah mulai melemah. (Detik.com 19 Maret 2019)

Dilansir News.Com.Au, Senin (19 Maret 2019) dalam editorial terbarunya, Global Times yang dikendalikan oleh Partai Komunis China memberi peringatan yang berbunyi : “Negara barat memasuki masa problematic yang menyerang pondasinya”. Sebelumnya, diketahui bahwa pelaku teror yang bernama Brenton Tarrant(28) juga menyebut China dalam manifestornya yang diposting online sebelum penembakan brutal yang menewaskan 50 orang itu.

Disebutkan juga penembakan brutal itu telah mengekspos cacat negara-negara barat dan mengkritik imigrasi muslim serta demokrasi, yang oleh Global Times dikatakan bahwa “Imigran, khususnya muslim tidak bisa berintegrasi ke dalam masyarakat barat. Sistem politik barat tidak memiliki perencanaan dan solusi jangka panjang, hingga kepemimpinan politik dan sosial yang buruk umum terjadi. Ada sejumlah persoalan di masyarakat barat, yakni tidak ada kekuatan politik maupun pemimpin yang kuat yang tampak mendorong refleksi institusional. Bahkan kritikan tajam dari negara barat merupakan serangan politik antar faksi-faksi yang berbeda, yang notabene  diyakini secara umum dan solid bahwa barat pada dasarnya sempurna dan superior.

Pelaku penembakan di Christchurch ketika akan hadir di persidangan pun meninggalkan jejak rujukan pada satu komunitas di dunia maya dan ideologi ekstrem kanan yaitu dengan membuat gestur tangan “OK”. Yang dijelaskan dibeberapa keterangan sebagai simbol  kelompok nasionalis kulit putih. Atau lebih akurat bila disebut sebagai gesture troll yang tidak hanya digunakan oleh para ekstremis, tapi juga beberapa kelompok konservatif. Tokoh-tokoh ekstrem kanan dan group yang disebut alt-right (kanan alternative) adalah sekelompok aktivis yang berkumpul di forum-forum ekstrem.

Di dunia maya, ideologi nasionalis kulit putih bersembunyi dibalik lapisan ironi yang sesekali memungkinkan para pengusungnya untuk menghindari tuduhan ekstremisme, sembari secara aktif menyebarkan ujaran dan meme kebencian. Siapapun yang menyaksikan dari luar mungkin kesulitan untuk memisahkan unggahan ironi dari tanda bahaya yang nyata, seperti unggahan yang dibuat tak lama sebelum serangan di Christchurch. Para pegiat alt-right menggunakan ironi ini sebagai pedang sekaligus tameng mengolok-olok lawan liberal mereka yang menerima kata-kata mereka apa adanya, dan menyangkal tanggungjawab dalam menghasut para pembunuh dan teroris nasionalis kulit putih.

*Teori Konspirasi Genosida Kulit Putih*

Merujuk pada sebuah teori konspirasi yang sentral bagi wajah baru ekstremisme kanan yang tumbuh dari kelompok alt-right, bahwa ada suatu rencana besar untuk memusnahkan “Ras Kulit Putih” melalui imigrasi dan kawin silang. Ini adalah fiksi yang mendukung paranoia alt-right garis keras dan berdasarkan pada asumsi yang keliru tentang definisi genetik yang pasti dan tajam akan kelompok ras, data statistik palsu atau menyimpang, dan sebuah teori rasis dari Amerika abad ke-20 bahwa kawin silang antar ras menghancurkan warisan ras kulit putih.

Konsepsi ganjil akan budaya “Kulit Putih” yang monolitik dan sedang terancam di seluruh dunia adalah gagasan utama kelompok alt-right,  meskipun kebanyakan tokoh gerakan tak berstruktur itu secara terang-terangan menentang tindakan kekerasan yang spesifik seperti serangan di Christchurch.

Sementara para serdadu gerakan ini tidak terlalu menahan diri. Selang beberapa waktu setelah penembakan Christchurch, di forum 8Chan dan 4Chan yang nyaris tanpa aturan, bermunculan segelintir ungkapan belasungkawa bagi para korban. Namun mereka tenggelam dalam gelombang caci maki, perayaan para ekstremis akan serangan tersebut, dukungan untuk lebih banyak kekerasan dan kekhawatiran bagaimana serangan tersebut akan berdampak negatif  pada gerakan nasionalis kulit putih.

*Teror Menghantui Kaum Muslim*

Dibalik peristiwa penembakan di Christchurch, muncul banyak kecemasan bagi kaum muslim di manapun mereka berada. Seperti dilansir media Berlin Komunitas muslim di Jerman yang merasa khawatir akan keselamatan mereka menyusul serangan teroris yang baru saja terjadi, begitu pun media Turki Anadolu Agency, Selasa (19/3/2019). Tak pelak lagi pembantaian mengerikan di Christchurch telah meningkatkan ketakutan dan kecemasan di kalangan komunitas muslim sehingga mengakibatkan meningkatnya Islamofobia dan Rasisme.
Anadolu Agency juga melaporkan, bahwa kepolisian Jerman mencatat ada 578 kejahatan berupa kebencian terhadap muslim. Antara Januari hingga September 2018 lalu setidaknya 40 muslim terluka dalam serangan-serangan yang sebagian besar dilakukan oleh para ekstremis sayap kanan, sedang Jerman sendiri yang berpenduduk lebih dari 81 juta jiwa, memiliki populasi muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis. Hampir 4,7 juta jiwa warga muslim bermukim di Jerman, dengan sekitar 3 juta jiwa diantaranya berasal dari Turki.

*Teroris Bukan ajaran Islam*

Banyak pemberitaan beredar yang  sangat menyudutkan kaum muslim, dan menganggap bahwa teror-teror yang terjadi belakangan ini merupakan ajarannya dengan cenderung menganggap Islam sebagai tertuduh. Anggapan ini bahkan menggiring pada pemikiran yang menyesatkan. Padahal, Islam adalah agama yang penuh kasih sayang dan rahmat, bukan agama yang mengajarkan kekerasan apalagi menyakiti dan membunuh. Artinya, klaim terorisme yang selama ini dilakukan oleh umat Islam adalah salah besar karena tidak sesuai dengan tujuan dan cita-cita Islam itu sendiri. Orang yang mengakui beragama Islam wajib menebarkan kasih sayang kepada siapapun apalagi pada keluarga. Islam juga tidak pernah memaksa seseorang untuk menjadi penganut dan  mengikutinya. Hal ini sangat bertolak belakang dengan perilaku  terorisme yang selalu memaksa untuk mengikuti paham mereka. Ironisnya, mereka mengaku Islam tetapi memahami Islam hanya sepotong-sepotong dan tidak melihat bahwa Islam adalah agama  Rahmatan Lil’Alamin.

Islam telah melarang tindakan terorisme. Dan siapa saja yang melakukan teror serta menakui-nakuti orang lain, ia akan dikenakan sanksi yang berat. Mereka inilah yang disebut sebagai  orang yang berbuat kerusakan di muka bumi, seperti halnya para penyamun atau tukang begal. Mereka akan dikenakan hukuman yang sangat berat agar tindakan jahatnya tidak lagi berulang. Juga untuk menjaga harta, darah, dan kehormatan orang lain. Tentang orang semacam ini, telah disebutkan dalam ayat ;
إِنَّمَا جَزَاءُ الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الْأَرْضِ فَسَادًا أَنْ يُقَتَّلُوا أَوْ يُصَلَّبُوا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلَافٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الْأَرْضِ ۚ ذَٰلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فِي الدُّنْيَا ۖ وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” (QS. Al Maidah : 33)

Islam pun melarang membunuh orang lain. Bahkan jika satu nyawa dibunuh tanpa alasan yang benar, berarti ia telah membunuh manusia seluruhnya. Allah Ta’ala berfirman,
مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا ۚ وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ بَعْدَ ذَٰلِكَ فِي الْأَرْضِ لَمُسْرِفُون
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa : Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.” (QS. Al Maidah : 32)

Sesungguhnya gelar teroris itu adalah buatan orang kafir yang  sejak dulu telah memerangi kaum muslimin. Mereka terus saja  memberikan gelar yang buruk pada kaum muslim, agar orang-orang menjauh dari Islam. Sebagaimana yang Allah sebutkan,
يُرِيدُونَ أَن يُطْفِـُٔوا۟ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفْوَٰهِهِمْ وَيَأْبَى ٱللَّهُ إِلَّآ أَن يُتِمَّ نُورَهُۥ وَلَوْ كَرِهَ ٱلْكَٰفِرُونَ
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai” (QS. At Taubah : 32). 

Dengan ayat-ayat di atas jelas bahwa teroris bukan ajaran Islam. Karena tidak adanya sistem Islam yang diterapkan di muka bumi sehingga siapapun berani mengatakan teroris yang dipredikatkan bagi kaum muslim, bahkan drama teroris pun terjadi tanpa ada rasa takut pada sang Pencipta seluruh makhluk serta pemilik alam semesta dan jagad raya ini yaitu Allah Swt.

Khilafah sebagai junnah bagi manusia yang akan melindungi harta, darah, dan kehormatan kaum muslim dari berbagai tindak kezaliman. Oleh karena itu khilafah begitu dirindukan umat untuk benar-benar dapat menjalankan sistem Islam dalam bingkai Daulah.
Wallahu a'lam bis showwab. [RE]

Malang, 27 Maret 2019

Post a Comment

Previous Post Next Post