Budaya Barat Tergantikan, Keyakinan Brenton Tarrant

Penulis : Erni Yuwana
(Aktivis Muslimah)

"Lewat sini, cepat!" Teriak Husna Ara Parvin kepada jamaah sholat perempuan dan anak-anak. Husna mengeluarkan perempuan dan anak-anak dari aula khusus perempuan, serta mengarahkan mereka ke arah taman yang aman. Suasana sangat mencekam. Deru peluru terus memburu. Tembakan membabi buta mengarah pada jamaah sholat Jum'at. Ratusan peluru berhamburan jatuh di lantai masjid Al Noor Christchurch New Zaeland. Ya, peluru jatuh bersama darah dan jasad yang suci. Masjid Al Noor Christchurch menjadi target serangan teroris bersenjata.

Husna, wanita imigran asal Bangladesh itu memutuskan kembali ke dalam masjid. Sementara perempuan dan anak-anak berada di taman yang aman. Husna kembali untuk suaminya. Suaminya, Farid Ahmad adalah penyandang disabilitas yang harus duduk di kursi roda sejak ditabrak sopir truk mabuk pada 1998. Namun, belum sampai bertemu dengan sang suami, peluru menembus tubuh Husna ketika dia berada di pintu gerbang. Husna Ara Parvin menjadi salah satu korban yang meninggal dari tragedi Christchurch New Zaeland. Sementara sang suami selamat.

Darah, luka dan kematian jamaah sholat Jum'at di masjid Al Noor Christchurch New Zaeland membawa air mata dan kesedihan kaum muslim di seluruh dunia. Rasa sakit sungguh terasa di dada ketika melihat saudara kami berjuang di negeri minoritas kaum muslimin dengan menunjukkan Islam penuh kedamaian dan kelembutan tapi berbalas aksi penembakan. Sambutan senyuman dan ucapan selamat datang bertemu dengan deru peluru. 

Pelaku penembakan brutal di masjid Al Noor Christchurch adalah Brenton Tarrant, 28 tahun, warga Australia. Dia ditangkap aparat dan hingga saat ini belum mengajukan pembelaan atas dakwaan tunggal pembunuhan. Tarrant melambangkan simbol kekuatan putih dengan tangannya ketika tiba di pengadilan disertai senyuman tanpa rasa bersalah sama sekali.

Sebelumnya, Brenton Tarrant mengunggah "manifesto" ketika penembakan terjadi. Tarrant mengungkapkan dia sudah merencanakan untuk melakukan penembakan selama dua tahun terakhir. Kemudian menetapkan lokasi di Christchurch dalam tiga bulan terakhir.

Di manifesto tersebut, dia mengatakan ingin membebaskan tanah milik kaumnya dari 'para penjajah', dan terinspirasi dari Anders Breivik. 'Manifesto'-nya berliku-liku dipenuhi dengan kata-kata rasis, merinci dua tahun perencanaan pembantaian.  Dalam tulisan sepanjang 74 halaman, Tarrant mengatakan dia mulai mempertimbangkan serangan pada April dan May 2017 ketika berjalan-jalan ke Paris dan beberapa kota di Eropa Barat.

Selain menyatakan kekaguman terhadap Breivik dan juga kepada pemimpin fasis Inggris, Oswald Mosley, gagasan ekstrim Tarrant dilatarbelakangi oleh The Great Replacement: sebuah teori konspirasi yang dipercaya "kaum kanan" tentang berkurangnya populasi warga kulit putih Perancis dan Eropa secara sistematis akibat imigrasi massal, khususnya dari daerah Timur Tengah dan Afrika sub-Sahara. Asal mula teori tersebut dapat dilacak dari novel berjudul Le Camp des Saints karya Jean Raspail, terbit pada 1973, yang menggambarkan runtuhnya budaya Barat karena "gelombang pasang" dari para imigran Dunia Ketiga. (Tirto.id, 17/03/2019)

 "The Great Replacement" adalah gagasan yang melahirkan  dua aksi hina, yaitu "rasis" dan "anti Islam". Mereka sangat bangga dengan kulit putih dan sangat membenci Islam. Di sisi lain mereka berada dalam ketakutan dan paranoid luar biasa dengan keyakinan bahwa suatu saat budaya Barat runtuh, tanah mereka diduduki oleh orang Islam dan bukan orang kulit putih. Ketakutan itu membuat mereka paranoid sehingga melakukan penyerangan terhadap para imigran dan orang muslim.

 "The Great Replacement" yang diyakini kaum "kanan" membuat imigran dunia ketiga (negeri dengan kaum muslim mayoritas) berada dalam kondisi bahaya. Hanya karena suatu gagasan, mereka menebar kebencian, ketakutan dan teror di seluruh penjuru dunia. Tentu terasa tidak adil bagi imigran kaum muslimin. Mereka dicaci maki hanya karena warna kulit tidak putih, dilukai hanya karena bertuhan Allah dan ber-rasul Muhammad. Mereka dibenci tanpa kesalahan, bahkan dibunuh tanpa tahu namanya. Karakter, tabiat dan akhlak yang biadab tak pernah mendapat tempat di manapun, bahkan pada secuil daging (hati) pun tidak.

Tuhan menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk. Allah SWT menciptakan manusia dalam berbagai warna kulit, suku, bahasa dan bangsa yang berbeda-beda. Islam tidak mengajarkan untuk membedakan manusia dari warna kulit atau suku bangsanya. Yang membedakan hanya ketakwaannya saja. Islam tidak pernah membenarkan pembantaian terhadap yang berbeda agama, berbeda warna kulit maupun berbeda suku bangsa. Islam adalah agama yang mengajarkan kasih sayang, kelembutan, adab dan akhlak yang tinggi.

Tragedi berdarah di New Zealand adalah salah satu upaya dan kaum kanan untuk mempertahankan negeri nya, mempertahankan keunggulannya sebagai ras kulit putih. Dan segala upaya yang dilakukan malah membuka celah hadirnya "The Great Replacement", membuat aib ras sendiri, dan memunculkan pemikiran bahwa "kaum kanan" tidak pantas, tidak layak, tidak mampu menjadi pemimpin dan penguasa negeri nya dengan otak kriminal dan tangan berdarah. Kaum muslim lah yang dipandang lebih layak dengan karakter pemimpin dan penguasa sesungguhnya.

The Great Replacement (pergantian besar) niscaya akan terjadi. Bukan, bukan karena berkurangnya populasi warga kulit putih Perancis dan Eropa karena banyaknya imigran Muslim. Tapi pergantian besar itu akan terjadi karena umat sudah muak dengan budaya barat. Pergantian besar itu terjadi karena umat memandang muslim adalah "kaum terbaik" yang mampu menjaga negeri ini.  Tahukah engkau apa yang dikatakan Farid Ahmad, ketika istrinya (Husna Ara Parvin) terbunuh ditangan Teroris keji?

Jika Farid Ahmad bisa duduk dan berbicara dengan Tarrant, dia ingin mengajaknya memikirkan kembali tentang kehidupan.
"Saya akan memberi tahunya dia memiliki potensi besar untuk menjadi orang baik, yang bisa menyelamatkan banyak orang, kemanusiaan, dan bukan menghancurkannya," tutur Ahmad. 
"Saya ingin dia melihat sisi positif dalam kehidupannya. Saya berharap dan saya berdoa untuknya supaya ia bisamenjadi orang baik suatu hari. Saya tidak menyimpan dendam sama sekali," tutupnya.  (CNN Indonesia)

 Wallahu a'lam bi showab.

Post a Comment

Previous Post Next Post