MK Hadiri Mubes III IKMS di Bali

Bali, Nn ~ katan Keluarga Minang Saiyo (IKMS), atau warga Bali asal Minang merupakan salah satu kebanggaan bagi Sumatera Barat. Seperti yang diketahui, kemajuan dan pertumbuhan ekonomi serta pembangunan Sumbar diprediksi 60 persen merupakan bantuan dari perantau.

Hal ini disampaikan oleh Wakil Gubernur Sumbar, Muslim Kasim dalam acara Mubes III IKMS Bali (23/2). Ikut mendampingi Kabiro Pembangunan Dan Rantau, Mhd. Yani,SH.MM, Kepala Kesbangpol Irvan Khairul Ananda,SE serta beberapa tokoh perantau asal Minang.

Wagub Muslim Kasim juga menyampaikan, IKMS Bali sebagai wadah berkumpulnya rang Minang dibentuk bukanlah sekedar paguyuban yang muncul kepermukaan ketika adanya event-event tertentu saja tetapi kita menginginkan agar dapat memberikan peran yang lebih besar sehingga kedepannya diharapkan bisa meningkatkan kepedulian baik di Bidang Sosial Budaya, Ekonomi dan Politik  dalam Pembangunan Daerah Bali, serta juga nantinya bisa menjembatani hubungan antara Pemerintah Provinsi Bali dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.

Peranan dan kerjasama perantau bagi pembangunan Sumatera Barat sangat berarti sekali, hal ini terbukti betapa banyak bangunan Masjid, Mushalla, sekolah dan sarana pembangunan lainnya merupakan sumbangan dan bantuan dari para perantau yang bertujuan untuk membangun dan memajukan kampung halamannya.

Dengan semangat para perantau untuk membangun nagari kampung halamannya, maka sudah sepatutnya pemerintah provinsi dan Pemkab/kota  Se Sumatera Barat memperhatikan dan memberikan apresiasi terhadap para perantau dimanapun berada.  Sumatera Barat bangga dengan para perantau minang yang telah menerapkan prinsip Merantau Pipik yang mana mereka selalu membangun kebersaman dan silaturrahmi baik kelompok ikatan keluarga se kampung maupun secara global sebagai orang minang atau keturunan orang minang dengan masyarakat yang ada di ranah Sumbar. Selain itu, perantau Minang juga tetap mempertahankan seni dan budaya sendiri dalam hidup membaur dengan budaya dan adat masyarakat tempat mereka tumbuh besar dan berusaha diluar Sumatera Barat, harapnya.

Muslim Kasim juga menyampaikan perkembangan pembangunan Sumatera Barat, Sumatera Barat pasca bencana atau musibah gemba tahun 2009 yang lalu sudah kembali bangkit. Berdasarkan data BPS dan dalam evaluasi kinerja makro perekonomian Sumbar bahwa telah terjadi pening­katan PDRB di Sumatera Barat. Sampai tahun 2012 struktur perekonomian Sumatera Barat masih didominasi oleh tiga sektor utama yakni sektor pertanian, perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa. Peranan sektor tersebut secara total melebihi 58%.

Peranan sektor pertanian dari tahun ketahun menunjukkan kecenderungan penurunan. Pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, peranan sektor ini secara berturut-turut sebesar 23,95%, 23, 94%, 23,66% dan 23,01%. Kontribusi terbesar diberikan oleh sub sektor tanaman bahan makanan yaitu sebesar 12.00% terutama padi yang merupakan komoditi utama Sumatera Barat.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan penyumbang kedua terbesar dalam pembentukan PDRB Sumatera Barat. Pada tahun 2008 kontribusinya sebesar 17,66%, mengalami kenaikan pada tahun 2009 menjaid 17,84%, pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan yang sedikit melemah menjadi sebesar 17,74% tetapi pada tahun 2011 kembali mengalami penguatan dimana sektor ini tumbuh menjadi 18,02% dan semakin meningkat menjadi 18,45% pada tahun 2012. Kontribusi terbesar pada tahun 2012 diberikan oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran yaitu sebesar 17,86%.

Sementara itu, sektor jasa yang menjadi penyumbang ketiga terbesar dalam pembentukan PDRB Sumatera Barat selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 sektor ini menyumbang sebesar 15,69%, pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi sebesar 15,86 %,tahun 2010 menjadi 15,97%, pada tahun 2011 meningkat lagi menjadi 16,26% dan terus meningkat mencapai 16,45% pada tahun 2012. Pada sektor ini kontribusi terbesar disumbangkan oleh sub sektor pemerintahan umum yaitu menyumbang sebesar 11,51% pada tahun 2012.

Pada tahun 2012, secara umum PDRB perkapita yang dicapai oleh Kabupaten/Kota di Sumatera Barat relatif cukup tinggi dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh masih tingginya nilai PDRB atas dasar harga berlaku yang menjadi indikator PDRB perkapita, dan tingginya PDRB atas harga berlaku ini terutama disebabkan oleh tingginya tingkat harga (inflasi) yang terjadi di Sumatera Barat Tahun 2012.

Terdapat 8 Kabupaten/Kota yang menunjukkan PDRB perkapita melampaui PDRB perkapita yang dicapai oleh rata-rata Provinsi Sumatera Barat dan dari kedelapan daerah tersebut, Kota Padang merupakan daerah yang paling tinggi PDRB perkapitanya yaitu mencapai 35,93 juta rupiah yang disusul oleh Kota Pariaman sebesar 25,09 juta rupiah.

Sementara itu 11 Kabupaten/Kota lainnya capaian PDRB perkapitanya berada di bawah capaian rata-rata Provinsi Sumatera Barat, dimana PDRB perkapita yang terendah di Kabupaten Solok Selatan sebesar 12,57 juta rupiah.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat dari  6,22 persen pada tahun 2011 men­jadi 6,35 persen tahun 2012. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat dipicu oleh pertumbuhan yang positif dari semua sektor ekonomi selama lima tahun berturut-turut, antara lain yakni :
  1. Sektor pertanian yang pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 3,79% meningkat menjadi 4,07% pada tahun 2012 yang disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan dari lima sub sektor yakni sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan dan sub sektor kehutanan. 
  2. Sektor Pertambangan dan Penggalian yang pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 3,75% mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi 4,41%;
  3. Sektor listrik, gas dan air bersih yang pada tahun 2011 tercatat sebesar 3,87% menjadi 4,91% pada tahun 2012;
  4. Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,89% meningkat menjadi 7,50% pada tahun 2012;
  5. Sektor keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaaan dari tahun 2011 yang sebesar 4,64% meningkat menjadi 6,35% pada tahun 2012.
Selain itu pendapatan per kapita ma­syarakat Sumbar dari 20,17 juta pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp 21,93 juta tahun 2012. Pertumbuhan Ekonomi (PE) Sumbar 6,35 persen itu didukung komponen konsumsi rumah tangga 2,22 persen, konsum­si pemerintah 0,94 persen, kom­ponen pembentukan modal tetap bruto tumbuh 1,38 persen s­e­dang­kan impor tumbuh 1,09 persen.

Peningkatan perkembangan ekonomi di Sumatera Barat sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Sumatera Barat yang ditandai dengan selalu meningkatnya rata-rata Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Barat setiap tahunnya. Kondisi capaian IPM di tahun 2011 sebesar 74,28 meningkat menadi 74,70 (angka sementara). Daerah dengan capaian IPM tertinggi yakni Kota Bukittinggi dengan capaian tahun 2011 sebesar 78,73 meningkat menjadi 79,07 di tahun 2012, dan capaian terendah pada Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2011 sebesar 69,06 menjadi 69,26 pada tahun 2012.

Selain itu juga terjadi penurunan tingkat kemiskinan di Sumatera Barat selama 5 tahun terakhir dimana capaian terakhir pada tahun 2012 sebesar 8,19% menjadi 8,14% di tahun 2013. Dan begitu juga dengan penurunan tingkat pengangguran dari tahun 2010 yang mencapai sebesar 7,57% menjadi 6,33% di tahun 2013.

Dalam kesempatan ini Wakil Gubernur juga melantik kepengurusan baru dari Ikatan Keluarga Minang Saiyo (IKMS) Provinsi Bali periode 2014 – 2019. Dengan hasil Mubes III sebagai Ketua Umum H. Ade Chandra dan Wakil Ketua H. Eki Reza, SE. Yang sebelumnya IKMS Bali dipegang oleh H. Yunasri Anga yang telah 3 periode menjadi Ketua, pada kesempatan ini beliau mengundurkan diri untuk tidak dipilih menjadi Ketua. Sebagaimana yang disampaikan H. M Edi Tomato bidang Infokom, H. Yunasri Anga merupakan tokoh Minang di Bali yang telah banyak berbuat dalam berbagai bidang antara lain Perluasan Pembangunan Gedung Serba Guna dan Mesjid Al Mubajirin sehingga sepak terjang beliau merupakan panutan bagi perantau-perantau daerah lain yang berada di Provinsi Bali umumnya Kota Denpasar khususnya. Zardi
Previous Post Next Post