Barca dalam masa transisi ?

Hengkangnya putra mahkota “catalan “ pep guardiola ke bayer munchen, digantikan gerardo “tata” martino yang menahkodai barca tidak menghentikan hegemoni kedigdayaan barca di kancah la liga Spanyol. Ini di buktikan dengan tetap kukuhnya barca dari pekan pertama hingga winter break dipuncak klasemen liga spanyol.

Akan tetapi permainan ciamaik diperlihatkan barca mulai memudar seiring perginya pep guardiola putra mahkota cruyffisme ketanah rantau, ia membangun kerajaannya sendiri di Jerman bersama bayer munchen.

Lionel messi, pesepakbola hebat  dimiliki barca tengah tenggelam dalam badai cedera panjang. Xavi “sang dirijen permainan” mengalami penurunan produktivitas passing karena termakan usia. Tata martino pelatih yang menggantikan kedudukan guardiola berasal dari negeri tanggo argentina bukan pengusung gaya permainan yang dikembangkan Rinus Michel/cruyff, sesuatu yang disebut tiki-taka murni, mengandalkan indahnya permainan sepakbola, penuh visi dan manjur dalam menghancurkan lawan mulai terpinggirkan. Sehingga permainan yang diperagakan sangat berbeda jauh saat ditanggani guardiola.

Agaknya kedigdayaan barca mulai memudar, dapat dilihat saat menjelang pekan ke-15 la liga, barca tersungkur diajang champion oleh Ajax diamsterdam arena, kandang Ajax, barca terhempas dengan skor 2-1, walau kendati lolos ke fase knock out liga champion. Kekalahan barca di pekan ke-15 dari athletico bilbao 1-0, di liga spanyol. Kekalahan beruntun yang menimpa barca, membuka mata para pengamat sepakbola, bahwa proses transisi barca ditubuh barca belumlah usai, sepeninggalan guardiola.

Martino harus bertindak cepat untuk kembali membuat barca kembali dalam trek sebenarnya. Kekalahan ini bukan hanya membuat point barca disamakan pesaingnya di la liga athletico madrid, keunggulan selisih gol bukan jaminan untuk barca dalam merebut trophi juara la liga tahun ini. Winter break harus dimaksimalkan untuk penyempurnaan permain yang masih dalam masa transisi sejak ditinggal putra mahkota guardiola.
Ganti gaya permainan ???

Martino, pelatih baru barca mengusung gaya bermain vertikal. Bola harus bergulir cepat dari belakang ke depan, dengan umpan –umpan panjang diagonal. Ini yang di utarakan ESPN online. Martino sendiri tidak menyadari anggota timnya saat tidak berada dalam kondisi fisik bugar untuk menekan lawan, sebagai bos selayaknya martino melakukan evolusi didalam skuat, cetak biru permainan yang diciptakan cruyff tidak bisa lagi jadi patokan dasar permainan barca. membuat barca kehilangan identitas sebagai tim dengan permainan ciamaik.

Seperti yang terlihat sekarang ini, ketika beberapa pemain inti tidak bisa merumput, maka barca dengan mudah dapat “dikuasai” oleh tim-tim dengan teknik berada sekelas dibawahnya. Kekosongan filosofi gaya permainan barca saat ini bukan kesalahan martino secara umum. Ini sebuah tantangan yang harus segera dicarikan solusinya, karena mempertahankan posisi puncak antara kini hingga akhir mei nanti sangat berat. Dikarenakan gaya permainan barca sudah bisa ditebak tim-tim lawan.

Winter break harus dijadikan waktu untuk penyempurnaan gaya permainan barca. Karena tim-tim pesaing selalu siaga untuk menghancurkan hegemoni kedigdayaan barca yang dinobatkan sebagai tim terbaik abad ini oleh FIFA.

Formasi  4-3-3, yang selalu diusung barca dalam permainan kolektifitas tim dapat dibaca lawan. Kenapa “Tata” martino tidak mengubahnya dengan formasi baru dengan pola 4-2-3-1 ??? atau 4-4-2 ??? yang telah diterapkan di timnas spanyol saat merebut piala eropa  2008 dan 2012 dan pial dunia 2010, saat itu skuat spanyol menggunakan jasa tujuh orang punggawa barca.

Mari tunggu disisa musim ini, apakah barca masih digdaya ????atau tampuk juara jatuh ke tangan rival yang berasal dari ibukota Spanyol Real Madrid atau Athletico Madrid……..(Mond)
Previous Post Next Post