Impor Menggila di Saat Wabah

Oleh: F.H Afiqoh
(Aktivis Dakwah Kampus dan Member Akademi Menulis Kreatif)

Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan sumber daya alamnya. Tapi dengan kekayaan yang dimiliki, impor tidak pernah berhenti dilakukan baik itu sebelum wabah, maupun setelah wabah. Bahkan semakin menjadi terlebih dalam keadaan wabah yang sedang melanda negeri ini. Impor Indonesia semakin menggila, bahkan bahan pokok makanan diimpor padahal kekayaan alamnya Indonesia sangat luar biasa dan itu bisa dilihat sendiri dari fakta yang ada. 

Dilansir dari kompas.com 25/05/2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor sayur-sayuran  sepanjang tahun 2019 meningkat dari tahun 2018, menjadi 770 juta dollar AS atau setara Rp 11,3 triliun (asumsi kurs Rp 14,700 per dollar AS). Merespons hal tersebut, Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto mengatakan, angka tersebut didominasi komoditas sayur-sayuran yang pasokannya memang masih perlu dibantu oleh impor, seperti bawang putih dan kentang. Dia mencatat, volume impor bawang putih mencapai 38,62 persen dari total nilai impor seluruh jenis sayuran, disusul kentang olahan, industri bawang bombai dan cabai kering. 

Kemudian dilansir dari CNBC Indonesia.com 31/05/2020, Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) mengatakan, terjadi kenaikan kebutuhan garam di 2020, yang tadinya hanya berkisar 3 juta – 4,2 juta ton kini menjadi 4,5 juta ton. Deputi Bidang Koordinasi Kemenko Marves, Safri Burhanudin mengatakan Indonesia sebenarnya sudah berhasil dan melakukan swasembada garam.

Lonjakan impor terjadi saat wabah karena klaim bahwa produksi lokal turun, kemudian pelonggaran syarat impor. Kemudahan melakukan impor ini diperkuat dengan lahirnya Perpres No.58 tahun 2020. Dalam Perpres tersebut, Jokowi mengatur penyederhanaan impor untuk kebutuhan pangan pokok, cadangan pangan pemerintah serta bahan baku.

Dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah ini sejatinya impor bahan pangan terlalu mengkhawatirkan. Bukan hanya ketergantungan bawang putih, gula atau pun kentang. Hampir mayoritas pasokan pangan Indonesia berasal dari impor. Bahkan dalam keadaan rakyat panen pun impor terus menggila di Indonesia.

Kemudian dalam kementerian perdagangan dan pertanian berbeda sikap dalam soal impor di masa wabah. Ini menegaskan tidak ada kebijakan yang terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat. Karena rencana swasembada atau kemandirian produksi pangan tidak sejalan dengan peluang cukai yang ingin didapat oleh kementerian perdagangan dan kepentingan pebisnis yang mendorong pelonggaran syarat impor.

Impor terus deras memasuki Indonesia, wabah terus berjalan, masalah terus bertambah, kaum elit terus mengeluarkan kebijakan yang tidak menentu arah dan tujuan dalam mensejahterakan rakyat. Kapitalis terus mencengkeram dengan mengeluarkan berbagai solusi, tapi tidak ada yang bisa mengatasi melainkan makin menambah masalah. Jangan pernah bermimpi bahwa Indonesia akan bebas dari ketergantungan impor. Apalagi di bawa pengaturan sistem kapitalisme, harapan untuk mandiri pangan tidak akan terealisasi.
Beginilah keadaan negeri  yang diatur oleh kapitalisme di mana materi menjadi tujuan utama dalam mengeluarkan segala segi kebijakan salah satunya masalah impor ini. Tidak ada keuntungan yang akan didapat oleh masyarakat dalam masalah impor melainkan kerugian dan kesengsaraan yang didapat.

Fakta sudah begitu banyak terlihat bagaimana rusaknya sistem yang mengatur dan memberi solusi manusia saat ini. Saatnya masyarakat belajar dari pengalaman yang terus terjadi untuk menyadarkan diri bahwa aturan ini adalah aturan yang sudah tidak pantas untuk terus dilanjutkan.

Dalam hal ekspor impor, Islam akan melihat dan memperhatikan sejauh mana kebutuhan pangan negara.

Oleh karena itu, Islam selalu datang dalam memberi solusi apapun masalahnya. 
Islam memiliki konsep jelas dalam pengelolaan pangan. Yaitu visi mewujudkan kemandirian pangan dan jaminan pasokan pangan. Dalam hal visi, Islam memandang bahwa pangan adalah salah satu kebutuhan dasar yang wajib dipenuhi. Negara akan melakukan beragam upaya untuk merealisasikannya. Seperti peningkatan produktivitas lahan dan produksi pertanian. Yaitu melalui ekstensifikasi pertanian dalam menghidupkan tanah-tanah mati.

Begitulah Islam mampu mengatasi berbagai permasalahan yang menimpa manusia. Sebab Islam berasal dari sang pencipta yaitu Allah Swt bukan dari akal manusia yang sifatnya terbatas. 

Wallahu a’alam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post