Diduga Oknum Pejabat Eselon III Pemda Agam, Lecehkan Warga Korban Laka Lantas

Yulianani, Korban Laka Lantas, yang diduga dilecehkan oknum Pejabat Eselon III di jajaran Pemda Agam.

Agam, Nusantaranews.net - Disini terbukti kalau "Setiap yang Baik itu Belum tentu Benar" hal ini dialami salah seorang Ibu Rumah Tangga, Warga Lubuak Kumbuak, Kabupaten Padang Pariaman, Yulianani (37) yang bersangka baik terhadap salah seirang Oknum Pejabat  Eselon III di jajaran  Pemerintahan Daerah Kabupaten Agam, yang diduganya memiliki rasa tanggung jawab dan empati terhadap sesama.

Betapa tidak, "Niat dan Prasangka baik yang diberikan terhadap Oknum Pejabat Eselon III "RZ" dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Agam, yang diduga tidak bertanggung jawab setelah menabrak Sepeda Motornya di Jalan Lintas Lubuk Basung - Bukittinggi, tepatnya pada lajur Simpang Lubuk Kumbuak, Lubuk Basung, Kabupaten Agam, beberapa waktu  lalu.

Ironisnya, Kecelakaan Lalu lintas yang dialami Yuliarni, yang diduga akibat kelalaian Sang Oknum Pejabat Eselin III di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupatwn Agam, RZ dua bulan lalu yang mengakibatkan Korban Yulianani, mengalami Cacat Fisik, (Pincang-red) dibagian kaki sebelah kanan, sangat berdampak buruk pada ekonomi dan pisikoogis korban.

Sungguh memilikan, saat dikonfirmasi Nusantaranews.net, dan beberapa awak media lainnya Korban Yulianani (37) yang didampingi suaminya Rabu (12/01) mengatakan, " Setelah dirinya ditabrak Kendaraan Dinas Pemda Agam, berplat Merah BA 73 T, hingga kini tidak ada Konfirmasi lanjut sebagai  pertanggung jawaban dari oknum Pejabat saat itu, "Terangnya.

Lanjut, Yulianani bersama suaminya Agustiar, menyebutkan, Peristiwa laka lantas tersebut sudah lebih dari dua bulan yang lalu, dengan kronologis kejadian setelah mengalami tabrakakan dari belakang saat dirinya menyebrang jalan di simpang Lubuk Kumbuak, Lubuk Basung, beberapa bulan yang lalu.

Mengingat dan menimbang, berbagai hal Pelaku dan Korban, sepakan Persoalan ini akan diselesaikan secara kekeluargaan, dan tidak berlanjut pada pihak yang berwenang, dengan konsekwensi saling pengertian timbal balik, namum situasi ini sangat jauh di luae esektasi kemanusiaan, bahkan mengarah pada pelecehan sikap dan ucapan Polaku terhadap stara sosial korban.

Sungguh tidak manusiawi, pada saat kecelakaan naas itu istri saya dibawa ke Puskesmas Lubuk Basung, untuk mendapatkan Pengobatan,  Ibuk Pejabat RZ yang terhormat itu mengeluarkan biaya Rp. 19.000 sebagai bayaran Administrasi Pengobatan di Puskesmas, dan hingga kini tidak jelas statusnya, "apakah Istri saya seharga Rp 19.000,- itu dimata oknum Pejabat yang katanya terhormat dan berpendidikan itu” ungkap Agustiar, pilu.

Saat ini, dengan keterbatasan biaya pengibatan akibat dari Kecelakaan itu istri saya menderita kakinya lemah, dan terasa sakit di bagian pinggul karena terhempas akibat kerasnya benturan pasca tabrakan itu,” jelasnya.

Lebih lanjut, setelah ditindak lanjuti terkait persoalan ini, yang bersangkutan menghargai kami senilai Rp 100 rb, dan urusan selesai, terus terang saya merasa dilecehkan dan menolak uang tersebut, saya memang miskun tapi saya masih punya harga diri, dan kemampuan untuk mengobati istri saya, dan tidak terbeli dengan tambahan uang 100 ribu lagi,” ucapnya.

Selanjutnya, dengan ditolaknya uang dari ibuk itu, Agustiar mengaku tidak sampai banyak meminta bantuan kepadanya, secara manusiawi tidak akan memanfaatkan situasi ini untuk keuntungan pribadinya karena tidak ingin memberatkan siapapun dalam kejadian ini karena sama-sama berkendara dijalan, saya cuma ingin tau mana empati dan tanggung jawabnya, "ungkap Agustiar.

Sungguh sangat tidak manusiawi dan diluar dugaan, kata Agustiar, keesokan harinya dianya mendatangi ibuk Rozetta ke ruang kerjanya dilantai dua yang ada di kantor Bupati Agam, tetapi masih tidak ada titik temu dan kesepakatan.

Yulianani, Korban Laka Lantas, Oknum Pejabat Pemda Agam, yang mengalami cacat pada kaki kanannya.

” Malahan waktu itu ibuk Rozetta tidak mau membantu lagi dengan alasan sudah tertutup hatinya untuk membantu dan menyebutkan saya sombong, karena tidak mau menerima uang yang diberikannya sebanyak 200 ribu, sambil membandingkan pekerjaannya dengan saya yang hanya masyarakat biasa ini,” sebut Agustiar ke awak media mengingat kembali perihal yang di alaminya itu.

Sembari demikian lanjut Agustiar menceritakan, karena tidak ada titik temu waktu itu sehingga, ibuk Rozetta menyuruh dirinya kalau ingin memperpanjang, silahkan melapor ke pihak yang berwajib atas kejadian kecelakaan itu.

” Saya sebagai masyarakat biasa tentu merasa enggan untuk melapor. Sebab berfikir kalau persoalan ini panjang, tentu nanti saya dalam berusaha mencari nafkah untuk menghidupi anak dan istri menjadi terganggu. Jadi, intinya saya tidak bisa berbuat banyak,” ungkapnya.

” Sampai kini setelah lebih dua bulan sejak kejadian kecelakaan ini berlangsung, pihak Pemda Agam, dan ibuk Rozetta tidak pernah melihat dan mengunjungi istri saya yang saat ini mengalami cacat dan berjalan sudah pincang,” tambahnya.

Untuk kepentingan Konfirmasi Nusantaranews.net, dan beberapa awak media lainnya mencoba menghubungi ibuk Rozetta, yang kini menjabat sebagai salah satu Inspektur Pembantu Inspektorat di Dinas Inspektorat Kabupaten Agam, diruang kerjanya Rabu (12/01) membantah kalau dianya tidak bertanggung jawab atas kejadian ini.

Akan tetapi, dengan banyak pertanyaan yang diutarakan mengenai peristiwa itu oleh pihak media ke ibuk Rozetta malah menyuruh pihak media untuk tidak membuat berita ini. Karena beralasan kalau informasi berita tersebut tidak update (sudah lama).

” Sebelumnya, Saya sudah menawarkan untuk mengobati. Saya pernah memberi uang 200 ribu untuk pergi berurut setelah saya sarankan untuk ronsen, dan konsul. Namun suaminya menolak karena ingin meminta uang dengan jumlah banyak,” sebutnya menjawab Nusantaranews.net

Diakui oleh Rozetta bahwa memang setelah kejadian tidak ada pernah lagi melihat dan mengunjungi mereka yang pernah mengalami tabrakan dengan mobil dinas BA 73 T waktu saat di Kabag Perekonomian Pemkab Agam.

” Memang tidak ada, karena saya sudah kesal setelah diberikan uang, saran dan masukkan untuk berobat tidak diindahkan dan ditolak, jadi intinya semuanya tidak ada persoalan tentang itu jangan diungkit lagi, karena saya sudah pernah ditegur dan dipanggil oleh bapak Bupati,” tutupnya dengan buru-buru selesai sesi konfirmasi dengan awak media karena ingin memimpin rapat.

Menanggapi itu Wakil Dirwaster Badan Pembantau Kebijakan Publik (BPKP) Sumatera Barat, Zamzami, yang dikonfirmasi Rabu (12/01) sangat menyayangkan hal itu sampai terjadi.

Dikatakannya, seharusnya persoalan ini harus cepat disikapi kalau memang ingin punya niat untuk membantu masyarakat yang telah mengalami musibah itu.

” Kita melihat masyarakat tersebut tidak banyak neko-neko dan hanya ingin perhatian dan dibantu untuk pengobatannya pasca kecelakaan. Juga  Pejabat terkait sedang Udin (urusan dinas) dan memakai kendaraan Dinas. Jadi, tolong sebagai pejabat pemerintah agar memperlihatkan konsistensinya,” tegas Zamzami Rabu 12 Januari 2022.(Bagindo)


Post a Comment

Previous Post Next Post