Nobar JKDN II, Napak Tilas Sejarah yang Dikaburkan


Oleh Merli Ummu Khila 
Pemerhati Kebijakan Publik 

Sepatutnya kita bersyukur bahwa kita terlahir dari orang tua muslim, dan beruntung memilih islam sebagai pilihan beragama bukan sekedar karena keturunan. Mengingat sejarah dahulu negeri ini mayoritas penduduknya beragama animisme atau percaya pada roh leluhur. Sampai pada suatu saat datang utusan dari Kekhilafahan Utsmaniyah mengemban dakwah Islam ke Nusantara. 

Jika mendengar nama wali songo, hampir semua orang familiar dengan nama tersebut. Sembilan wali yang hanya dikenal masyarakat sebagai cikal bakal masuknya Islam di Nusantara. Padahal menurut buku Wacana Pergerakan Islam di Indonesia yang ditulis oleh Ahmad Mansur Suryanegara, Walisongo adalah para ulama yang diutus oleh Sultan Mahmud 1 dari Khilafah Utsmaniyah. 

Menarik untuk dibahas bahwa masyarakat masih awam terhadap kaitan sejarah antara masuknya Islam ke Indonesia dengan khilafah. Hal ini karena sejak di bangku sekolah dasar, tidak ada pembahasan dalam mata pelajaran sejarah, bahkan hingga sekolah menengah atas. Jadi wajar saja banyak yang buta sejarah awal masuknya Islam di negeri ini. Maka tidak berlebihan jika penulis beranggapan bahwa ada unsur kesengajaan pengaburan bahkan penguburan sejarah secara sistemik. 

Pakar falsafah kebudayaan Islam, Prof DR Abdul Hadi WM mengungkapkan fakta sejarah penyebaran Islam ditanah Jawa salah satunya adalah tradisi Garebeg Maulud (upacara peringatan Maulid Nabi) yang jatuh pada 12 Rabiul Awal yang digunakan para wali untuk mensiarkan agama Islam. Beliau juga turut membenarkan bahwa sebagian besar Walisongo merupakan utusan Khilafah Turki Utsmani yang ditugaskan menyebarluaskan Islam di Nusantara. 

Muhammad Nicko Pandawa, seorang sejarahwan muda alumnus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggarap sebuah film dokumenter yang berjudul Jejak Khilafah di Nusantara. Film ini diangkat dari tugas akhirnya yang bertema penelitian tentang Pasang Surut Pan Islamisme Khilafah Utsmaniyah di Hindia Belanda 1882-1928. Sebuah skripsi yang ditulis sebanyak 500 halaman itu lebih layak disebut disertasi. 

Sebuah karya anak muda yang sangat langka. Film adalah puncak dari sebuah karya, film JKDN ini bukanlah yang pertama, setahun yang lalu tepatnya tanggal 20 Agustus 2020 sudah tayang Film JKDN I. Film dokumenter yang sukses menyedot perhatian netizen hingga viral di media sosial. Tidak hanya itu, beberapa stasiun TV menjadikan sebagai tema diskusi. Maka tahun ini tepatnya satu hari lagi akan launching sekuel film JKDN. 

Momentum maulid nabi Muhammad Saw. hendaknya menjadikan moment bagi kita sebagai umat muslim membuktikan kecintaan kita terhadap Rosullullah. Bukti dari cinta dan taat adalah dengan meneladani risalahnya. Menaati pesan Rosullullah kepada umatnya sebagaimana sabdanya:

"Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. (Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm)". 

Berpegang teguh pada Al-Qur'an dan sunnah menjadi perkara yang sulit ketika kehidupan bernegara menjadikan sistem kufur sebagai landasan hidup. Betapa banyak hukum-hukum Allah yang tercampakkan karena sistem saat ini justru telah mengeliminir peran agama dalam kehidupan. Lalu bagaimana bisa meneladani Rosullullah jika sistem bernegara yang dicontohkan Rosullullah saja diabaikan. 

Sampainya Islam di Nusantara dan abadi hingga saat ini, merupakan suatu bukti bahwa Islam adalah agama sekaligus mabda yang relevan disemua zaman. Agama yang tidak  menyekat antara nation state, ras dan suku bangsa. Kegemilangan Islam dan kecintaan khilafah kepada rakyat Indonesia menyisakan banyak bukti-bukti sejarah yang akan diungkap secara tuntas dalam film Jejak Khilafah di Nusantara II. Selamat menyaksikan besok, Rabu 20 Oktober 2021 jam 08.00-12.00 WIB dengan mendaftarkan diri di http://Form.drip.id/jkdn2. 
Selamat menyaksikan.

Wallahu a'lam bishshawaab

Post a Comment

Previous Post Next Post