Merindukan Junnah yang Hilang Hanya dengan Mengembalikan Sistem Islam


Oleh Ummu Ainyssa
Pendidik Generasi dan Member Akademi Menulis Kreatif

"Dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan ketika itu kalian berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkanmu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapatkan petunjuk". 
Demikianlah Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surat Ali Imran ayat 103 agar kaum muslim tidak bercerai-berai. 

Di dalam tafsir Al-Kasysyaf (1998. Vol. 1,601), Al-Zamakhsyari (467-538H) menjelaskan bahwa ayat tersebut bermakna sebuah larangan untuk bercerai-berai seperti halnya yang terjadi pada masa jahiliah. Dimana mereka saling bermusuhan, saling membunuh hingga sering terjadi peperangan sengit di antara mereka. 

Hal senada juga disampaikan oleh Sayyid Muhammad Al-Maliki dalam Manhaj Al-Salaf fi Fahmi Al Nushush baina Al-Nadhriyyah Wa Al-Tathbiq, bahwa Islam datang untuk mengajak manusia agar saling mengasihi dan menyayangi  serta melarang saling bercerai-berai. Bercerai-berai adalah sebab datangnya segala fitnah dan musibah. Bahkan melahirkan permusuhan dan kebodohan. 

Kiranya pendapat beliau ini tak ubah dengan keadaan kaum muslim saat ini. Berbagai fitnah dan musibah terus saja terjadi kepada kaum muslim. Framing jahat terhadap kaum muslim semakin masif mereka gaungkan, terlebih terhadap mereka yang menginginkan kembali diterapkannya aturan Islam. Monsterisasi terhadap ajaran Islam seperti niqab, hijab, jihad dan sistem pemerintahan Islam yakni khilafah, terus saja digelorakan oleh para pembenci Islam. Tuduhan kaum muslim sebagai teroris pun semakin menyudutkan posisi mereka. 

Bahkan di belahan dunia kaum muslim hampir setiap hari mengalami berbagai macam kezaliman, pemerkosaan, pembunuhan, pengusiran dari negerinya sendiri dan penjajahan dari berbagai negeri. Darah terus mengalir di negeri-negeri mereka. Seperti yang dialami oleh kaum Muslim di Uighur, Suriah, Palestina, Kashmir, Rohingya, Yaman dan negeri-negeri muslim lainnya. Derita mereka seolah tidak pernah ada habisnya. Sementara para pemimpin negeri muslim lainnya seolah telah mati hati nurani, penyiksaan yang dialami saudara semuslimnya tak ubah menjadi tontonan yang menghibur yang hanya perlu dikecam saja. 

Sikap abai para penguasa ini tidak akan pernah hilang selama penyebab utama dari berbagai masalah ini tidak dimusnahkan. Penyebab itu tidak lain karena sekat nasionalisme yang telah menjerat hati mereka, menyebabkan kaum muslim saat ini tidak mempunyai pelindung atau junnah (perisai). 

Menanggapi segala permasalahan yang menimpa kaum muslim tersebut, Ketua LBH Pelita Umat Chandra Purna Irawan, S.H., M.H. dalam opening speech International Muslim Lawyer Conference, Ahad (3/10/2021) lalu, di kanal YouTube Al Waqiyah TV menyampaikan bahwa harus ada pencarian solusi, bagaimana perlindungan hukum terhadap kaum muslim yang mengalami penjajahan dan pengusiran yang terjadi di beberapa negara ini serta mencari perlindungan hukum terhadap ajaran-ajaran Islam. Ia pun mengajak para lawyer, mahasiswa hukum, praktisi hukum atau siapapun yang bergelar sarjana hukum untuk ikut melakukan pembelaan terhadap Islam dan kaum muslim.

Beginilah kondisi kaum muslim sejak runtuhnya sistem pemerintahan Islam yakni khilafah pada tahun 1924 H. Kaum muslim tercerai-berai ibarat hidangan di meja makan yang siap disantap oleh siapapun yang kelaparan. Kaum muslim saat ini berjuang sendiri semampu mereka, terseok-seok tak berdaya untuk bisa terlepas dari mulut sang penjajah. Kaum muslim hanya butuh junnah mereka kembali. Yang akan menyelamatkan mereka dari semua kezaliman yang mereka alami.

Tentu keadaan ini akan sangat berbeda tatkala Islam kembali ditegakkan. Terbukti sejak Islam datang dan Rasulullah saw. menjadi kepala negara. Rasulullah berhasil mempersatukan kaum Aus dan Khazraj yang nyaris tidak pernah damai selama 120 tahun lamanya. Yang kemudian diabadikan di dalam Al-Qur'an Surat Ali Imran ayat 103 di atas. Rasulullah juga berhasil mempersaudarakan kaum Anshar dan Muhajirin, kendatipun mereka tidak pernah saling mengenal sebelumnya. Hal ini terus berlanjut pada masa Khulafaur Rasyidin. 

Riwayat lain yang juga menorehkan kisah menakjubkan dalam kepemimpinannya adalah pada masa kekhilafahan Bani Abbasiyah. Khalifah Muhammad bin Harun Ar-Rasyid yang terkenal dengan julukannya Al Mu'tashim Billah yang bermakna "Yang berlindung kepada Allah" menjabat sejak 833 hingga 842 Masehi. 
Salah satu yang terkenal dari beliau adalah bagaimana sikap beliau dalam membela seorang budak muslimah dari Bani Hashim yang dilecehkan oleh orang Romawi. Muslimah tersebut berteriak memanggil namanya, "Waa Mu'thasimah!" yang artinya "Dimana engkau wahai Mu'tashim (tolonglah aku)."

Tidak lama berita itu pun sampai kepada sang khalifah. Ia kemudian segera menerjunkan puluhan ribu pasukannya untuk menyerbu Ammuriyah, yang panjangnya dari istana khalifah di Baghdad hingga kota Ammuriyah (Turki). Mereka mengepung Ammuriyah selama lima bulan. Hingga akhirnya berhasil membebaskan Ammuriyah dari kekuasaan Romawi. 

Begitulah kisah perlindungan seorang pemimpin dalam negeri Islam. Bayangkan saja, jika terhadap seorang muslimah yang dilecehkan saja begitu besar perlindungannya, apalagi terhadap ribuan atau bahkan jutaan warga yang terzalimi atau bahkan dibunuh. 
Tidaklah kita merindukan pemimpin seperti Mu'tashim billah?

Namun sayang, pemimpin seperti Mu'tashim tidak akan pernah kita dapatkan dalam sistem kapitalisme seperti saat ini. Karena hanya sistem Islam-lah yang menerapkan konsep bahwa muslim yang satu dan yang lainnya adalah saudara bagaikan satu tubuh, tanpa sekat kebangsaan. Sebagaimana Rasulullah saw. menyampaikan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Nu'man bin Basyir bahwa perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggota tubuh yang merasakan kesakitan maka sekujur  tubuh pun akan merasakan panas dan demam.

Dari hadis itulah kemudian Rasulullah menyerukan kepada para pemimpin yang akan memimpin umat, bahwa seorang pemimpin atau khalifah laksana perisai (junnah), dimana orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung, maka jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan dengan yang selainnya maka ia harus bertanggung jawab atasnya. 

Begitulah sang khalifah akan melindungi umat manusia dari segala bentuk marabahaya, kezaliman, keburukan, serta melindungi kehormatannya. Bukan hanya terhadap kaum muslim saja, tetapi juga terhadap nonmuslim yang tinggal di negaranya. Maka sudah saatnya kita semua berjuang bersama demi tegaknya kembali sistem Islam yang akan melahirkan pemimpin-pemimpin laksana Rasulullah saw., para Khulafaur Rasyidin, maupun Mu'tashim Billah. Karena junnah yang selama ini hilang itu hanya akan kembali dengan tegaknya kembali sistem Islam. 

Wallahu a'lam bishshawwab.

Post a Comment

Previous Post Next Post