Film JKdN, Peringati Momen Penting Maulid Nabi saw. Menguak Kebenaran Sejarah


Oleh Nur Fitriyah Asri
Penulis Opini Bela Islam, Akademi Menulis Kreatif


Pemutaran film dokumenter Jejak Khilafah di Indonesia ke-2 (JKdN 2) pada 20 Oktober 2021, dalam rangka mengenang hari kelahiran (maulid) Nabi Muhammad saw. Merupakan momen yang sangat penting bagi seluruh umat Islam sedunia termasuk di Indonesia. Film JKdN 2 yang diinisiasi oleh Nicho Pandawa, sejarawan, bersama komunitas literasi Islam pecinta sejarah telah berhasil menguak kebenaran sejarah. Sebagai wujud rasa cintanya kepada Nabi saw. ingin menjadikan beliau sebagai sosok teladan (uswah) dalam semua aspek kehidupan.

Sebagaimana firman Allah Swt., "Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian ...." (QS. al-Ahzab [33]: 21)

Rasulullah saw. tidak hanya sebagai pemimpin spiritual  yakni menyampaikan risalah kepada umat semata, tetapi juga sebagai pemimpin negara (ra'is ad-dawlah) menjadikan syariah sebagai hukum untuk memutuskan segala perkara. (lihat, QS. al-Maidah [5]: 49)

Sejak berdirinya Negara Islam pertama di Madinah, Nabi Muhammad saw. sebagai kepala negara menerapkan Syariat Islam secara menyeluruh. Hal tersebut tertuang dalam Piagam Madinah. Rasulullah juga berhasil mempersaudarakan umat Islam seluruh dunia dengan ikatan yang kuat dan kokoh, yakni akidah Islam. Dengan begitu, Beliau berhasil melenyapkan ikatan-ikatan 'ashabiyyah jahiliyyah, seperti ikatan kesukuan, bahasa, madzab, kebangsaan, dan nasionalisme yang menjadi pangkal penyebab permusuhan, kebencian, dan kezaliman. 

Atas nikmat Allah, masyarakat berubah menjadi bersaudara (lihat, QS. al-Hujurat [49]: 10). Kekuatan cinta karena Allah inilah, yang menjadikan kalimat Allah menjadi unggul. Mereka ikhlas mengabdi, berjuang, menolong agama Allah. Mereka meyakini bahwa ketaatan kepada Allah di atas segala-galanya.

Rasul saw. berhasil memimpin misi menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad. Islam diterapkan secara totalitas menebarkan rahmatan lil alamin. Sepeninggal beliau dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin, kemudian sistem kekhilafahan Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, dan Bani Utsmaniyah hingga tahun 1924. Islam menyebar ke dua pertiga dunia termasuk ke wilayah Nusantara.

Jejak Khilafah di Nusantara

Pada periode awal di masa Bani Umayyah mengirimkan utusan  para ulama ke Sriwijaya untuk mengajarkan Islam. Periode selanjutnya Kesultanan Aceh berbaiat kepada Sultan Selim II. Aceh adalah bagian dari Khilafah Islam, sebagai bukti Syariat Islam diterapkan untuk mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Banyak bukti tak terbantahkan, dengan adanya peninggalan sejarah dalam bentuk makam para sultan, dokumen-dokumen, bendera, prasasti, meriam, mata uang dan sebagainya yang bertuliskan bahasa Arab lambang khilafah pada masanya. Lebih dari itu JKdN menghadirkan bukti primer sejarah yang autentik dan kredibel dari Samudra Pasai, Aceh Darussalam, Demak, Ternate, Walisongo, dan lainnya. Sehingga menjadi jelas bahwa secara historis khilafah pernah diterapkan, bahkan pengaruhnya sampai ke Nusantara. Jadi, ada hubungan erat antara Nusantara dengan Khilafah Utsmani.

Sejarah Khilafah di Indonesia Mengalami Pengaburan dan Penguburan.

Sejak pengkhianat Mustafa Kemal Atarturk yang berhasil meruntuhkan Khilafah Utsmaniyah di Turki pada (3/3/1924), sejak itu umat berlepas dari hukum-hukum Allah Swt. Otomatis ikatan kaum muslimin rapuh bercerai-berai menjadi lima puluh lebih negara boneka yang dipimpin oleh antek imperialis (penjajah). Mereka menerapkan sekularisme yakni sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Akibatnya, umat Islam dengan mudah melepaskan Syariat Islam. Inilah penyebab kehancuran umat. Sebab, setiap penyimpangan dari Syariat Islam, pasti akan menimbulkan kerusakan, kemudaratan, dan kesengsaraan. Sebagaimana firman Allah Swt. (lihat, QS. Thaha [20]: 124)

Sementara, musuh-musuh Islam yakin betul bahwa khilafah akan tegak kembali. Oleh sebab itu, banyak cara dilakukan untuk membendung dan menghadang tegaknya khilafah. Di antaranya dengan cara mengadu domba negeri-negeri muslim dan membuat skenario propaganda busuk tentang khilafah. Khilafah diopinikan teroris, ISIS, sebagai monster yang menakutkan. Termasuk mengaburkan dan menguburkan sejarah jejak khilafah di Indonesia (dulu Nusantara).

Pengaburan artinya sejarahnya ada tapi tidak ditulis dengan sebenarnya, disimpangkan dan dimanipulasi sesuai kepentingan rezim penguasa kala itu dan sekutunya kaum penjajah. Sedangkan penguburan, menjadikan berbagai hal penting dalam sejarah tidak diketahui. Dampaknya, ibrah atau pelajaran yang diambil oleh umat menjadi salah dan hal penting dalam sejarah menjadi hilang atau tidak tahu.

Tampak sekali bahwa rezim dan para sekutunya begitu membenci Islam, terbukti pemutaran film JKdN I diblokir takut ketahuan boroknya. Jauh sebelum itu, khilafah ajaran Islam dikriminalisasikan. Badan Hukum Perkumpulan (BHP) Ormas Islam yang mengusung syariah dan khilafah dicabut, dibubarkan. Rezim sungguh represif terhadap Islam sehingga melahirkan islamofobia. Semua itu disebabkan karena negara ini menganut sekularisme yakni sistem yang memisahkan agama dari kehidupan.

Pemerintahannya menganut demokrasi dan ekonominya  menganut kapitalisme.

Demokrasi dan kapitalisme inilah, merupakan alat penjajahan pintu masuk ke negeri-negeri muslim termasuk di Indonesia. Wajar jika umat Islam jauh dari agamanya, bersikap individualis, materialis, menganut kebebasan yang kebablasan, dan masa bodoh terhadap penjajahan dan penjarahan di negeri-negeri muslim, bahkan di negerinya sendiri. Kondisi umat Islam benar-benar sangat buruk dan memprihatinkan, teraniaya dan terzalimi. Lihat Palestina, Uyghur, Afganistan, Suriah, dan lainnya. Inilah akibat ketiadaan khilafah bagai anak ayam kehilangan induknya.

Cinta itu Butuh Bukti

Film JKdN sungguh mengingatkan kita untuk mensuriteladani Rasulullah saw. dalam semua aspek kehidupan. Baik dari sisi individu, keluarga, bermasyarakat maupun bernegara. Itulah esensi cinta kepada Rasulullah saw. Peringatan maulid Nabi Muhammad saw. tidak cukup hanya dengan acara seremonial saja. Cinta itu butuh bukti, harusnya melahirkan spirit untuk memperjuangkan penegakan syariah dan khilafah dengan thariqah dakwah Rasulullah saw.

Saatnya umat Islam bangkit dan bersatu merapatkan barisan mencampakkan sistem kufur demokrasi kapitalis sekuler. Sejatinya sudah sangat jelas bahwa untuk memperbaiki kondisi umat Islam tidak ada jalan lain kecuali kembali menerapkan Syariat Islam secara menyeluruh dalam institusi khilafah.

Khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang mempersatukan negeri-negeri muslim di seluruh dunia yang dipimpin oleh seorang khalifah. Memiliki kewajiban untuk menerapkan Islam secara kafah, menyebarkan dakwah, dan jihad ke seluruh penjuru dunia. Khilafah adalah warisan Rasulullah saw. dan janji Allah  bahwa khilafah akan tegak kembali. Oleh sebab itu, hukum mensuriteladani Rasulullah saw. adalah wajib. 

Alhasil, cinta kepada Nabi Muhammad saw, esensinya mensuriteladani Rasul saw. dalam semua aspek kehidupan. Salah satu aspek keteladanan Rasul yang sangat penting untuk segera diwujudkan adalah teladan kepemimpinan sebagai pemimpin politik (kepala negara). Sebab, hanya khilafah yang dapat menyelesaikan problematika umat dan menyejahterakan seluruh umat manusia baik muslim maupun  nonmuslim. Allah Swt. berfirman, "Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah." (QS. al-Hasyr [59]: 7)

Wallahu a'lam bisshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post