Noor

By Joulee

Matahari baru muncul pagi ini, sinarnya yang kemilau menyembur di antara bekas hujan dini hari tadi, memberi efek pelangi, indah, dengan warna-warnanya yang semakin memudar di ujung terang.

Kata Embah, itu Naga yang minum di laut.

Dulu aku percaya, setiap kata yang Mbah ucapkan, sampai aku pun tidak keluar rumah karena takut Naga akan memakanku.

"Noor" 

Sebuah panggilan lembut menyapaku.

"Enggeh Mbah" 

Aku mengalihkan pandanganku ke arah sosok lanjut usia dengan garis keriput di hampir setiap permukaan tubuhnya.

Duduk di dipan panjang terbuat dari bambu hitam. Balutan jaket tebal, berbulu gimbal karena termakan usia, tangan kanannya gemetar memegang cangkir berisikan teh daun cengkeh dan bunga sedap malam, sedang tangan kirinya menahan tatakan cangkir agar teh gak tumpah kemana-mana.

"Isih isuk kok wes nyawang sewu?" 

Mbah mengira aku melamun.

"Mboten mbah"

Kutarik senyum di bibirku saat memandang mata sayu itu, dia yang begitu lembut merawatku semenjak meninggalnya kedua orang tuaku.

"Mbah..." 

Aku mendekatinya, meraih cangkir dan tatakan di tangannya dan meletakkan di meja.

Kuraih tangannya dan kucium lembut, Allah tahu apa yang ada di hatiku, tak ingin ku dipisahkan dengan raga yang mencintaiku tanpa batas itu, mengingat umur pasti ada batas dan kesehatan mbah yang semakin menurun akhir-akhir ini.

"Noor... setiap gerimis yang mendatangkan hujan deras di pekatnya malam, tak selalu menyisakan perih, lihatlah pelangi pagi ini, dia datang mengobati mata dan hati manusia, pandai-pandailah memetik hikmah, agar tak banyak menanggung sesal"

"Enggeh Mbah.." 

Air mataku meluncur tanpa bisa kutahan lajunya, tangan dalam genggamanku terasa krisik, warnanya kuning  memucat, kulihat kukunya pun menguning, ya, kata dokter liver mbah bermasalah dan dokter tak bisa berbuat apa-apa mengingat usia mbah yang sudah lanjut.

Jantungku kini semakin tak menentu detaknya, kuambil nafas dalam-dalam dan menghembus pelan agar tak terlihat gusar.

Kuperbanyak berdzikir memohon kesiapan akan akhir sebuah kebersamaan, mbah adalah separuh jiwaku, meski begitu Allah adalah pemiliknya.

****

Malam ini akhirnya mbah benar-benar meninggalkanku, para tetangga dan sanak saudara masih banyak berkumpul di rumah untuk membacakan ayat-ayat suci alquran, sebagai pengiring kepergian beliau.

Hatiku masih hujan deras di malam ini, tapi seperti kata mbah..pasti akan ada pelangi mengobati mata dan hati manusia, yah... manusia seperti Noor.

Tamat.

Post a Comment

Previous Post Next Post