JERITAN RAKYAT ATAS PEMIMPIN KHIANAT


Oleh Dewi Soviariani
Ibu dan pemerhati umat


Derita diatas luka, mungkin itu tepatnya gambaran untuk nasib rakyat menghadapi situasi pandemi yang semakin memburuk. Setiap hari deru bunyi ambulance menghiasi jalan. Entah sudah berapa puluh kematian yang mereka antarkan. Miris memang, disaat situasi tak lagi memberikan rasa aman media dihiasi oleh berita pongahnya para pejabat yang sibuk menyelamatkan dan menyamankan diri. Tak ada lagi cermin pemimpin yang dapat memberikan jaminan perlindungan bagi rakyat.

Sebut saja viralnya pemberitaan tentang  menteri dan keluarga nya yang sibuk liburan  keluar negeri ditengah putusan ppkm sungguh tak berempati. TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Development on Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menyoroti sejumlah menteri di Kabinet Presiden Joko Widodo alias Jokowi yang masih melakukan perjalanan ke luar negeri di tengah PPKM Darurat. Tauhid mengatakan perilaku para menteri ini belum menunjukkan adanya sense of crisis.
“Di tengah situasi domestik yang lagi gawat, sepertinya sense of crisis-nya belum kebangun,” ujar Tauhid. Menurutnya, saat kasus Covid-19 melonjak signifikan, peran dan kehadiran menteri di dalam negeri sangat diperlukan untuk berkoordinasi dengan kementerian atau lembaga lainnya. Para menteri harus berjaga untuk memastikan penanganan wabah berjalan. Apalagi belakangan, negara menghadapi berbagai persoalan, seperti kelangkaan oksigen hingga minimnya kapasitas kamar rumah sakit yang menampung pasien. Dalam kondisi negara yang sedang tidak baik-baik saja, Tauhid mengatakan perjalanan menteri ke luar negeri sudah selayaknya dibatasi.

Belum lagi melihat pejabat publik yang masih bisa bersantai ria ditengah suasana kisruh penanganan wabah. Membuat jengah, kondisi rakyat yang penuh jeritan derita diabaikan begitu saja. Pemimpin tak amanah, mentalitas lemah bikin rakyat sengsara.  Sebagaimana dilansir dari suara.com, Bintang Emon memberikan reaksi menohok atas pernyataan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD yang sering menonton sinetron Ikatan Cinta. Bagi komika 25 tahun ini, apa yang disampaikan Mahfud adalah tanda sang menteri tak memiliki empati kepada rakyat Indonesia yang tengah kesulitan akibat pandemi Covid-19. ini contoh nyata bobrok nya mentalitas penguasa sekuler di masa ppkm. 

Di saat masyarakat miskin saat ini susah payah mengais rezeki di tengah pandemi dan berharap bantuan dari pemerintah yang itu pun tidak semua bisa mendapatkannya. Ada yang harus dirazia dagangannya, ada yang diputus kerja dan berbagai kesulitan ekonomi lainnya.Tapi di sisi lain para pejabat masih bisa melanjutkan kegemaran mereka berwisata dan menikmati hiburan dengan nyaman nya. Padahal mereka pemilik kebijakan dan harus bertanggung jawab atas nasib rakyatnya, tak pantas saja jika sikap dan tindakan para penguasa justru mempertontonkan kemakmuran diri. Entah kemana letaknya nurani mereka melihat kondisi rakyat yang sedang susah.

PEMIMPIN KHIANAT LAHIR DARI RAHIM SEKULER

Sistem kapitalisme dengan akidah sekuler nya tidak akan pernah menghadirkan sosok pemimpin idaman. Fakta di lapangan, berganti ganti nya pemimpin tak satupun mengantarkan rakyat pada kesejahteraan dan keadilan. Malah atas nama rakyat penguasa penguasa yang lahir dari sistem sekuler ini terang terangan mengkhianati rakyat. 

Sudah berapa banyak kebijakan yang diputuskan oleh pemimpin-pemimpin sekuler untuk merampok dan menzalimi hak hak rakyat. Bahkan ditengah pandemi yang tak dapat mereka tangani masih saja melukai. Pemilik modal bebas berkuasa dibawah undang-undang yang dikeluarkan pemerintah. Warga asing keluar masuk membawa virus demi masuknya rupiah pada anggaran negara. Pantas lah wabah ini terus menelan korban jiwa. Belum lagi fasilitas kesehatan untuk tak memadai, oksigen langka dan pasien Covid-19 banyak meregang nyawa, lumpuhnya ekonomi rakyat menengah kebawah. PPKM diterapkan tanpa meriayah, kelaparan mulai melanda bantuan tak merata. Janji akan lindungi rakyat atasi wabah, sejumlah rencana pun diumbar. Vaksin diberikan gratis nyatanya dikomersilkan juga. Rumah sakit full tak mampu menampung dan melayani pasien. Korban bertambah wabah ini bagai bencana yang tak berkesudahan membuat rakyat putus harapan. Apalagi jika mengingat aset dan sumber daya alam bangsa ini jadi rebutan para investor asing. Pajak dinaikkan bantuan berbelit aturan. Seperti ini lah cerminan cara memimpin penguasa khianat yang lahir dari sistem sekuler.

Semua kondisi ini berbeda jauh dengan Islam. Sistem Islam yakni Khilafah justru memiliki mekanisme yang membuat kepemimpinan tak menjadi sesuatu yang menggiurkan dan menakutkan. Bertolak belakang dengan sistem kapitalisme sekuler yang telah menjerumuskan umat pada kehancuran umat, hancur di dunia dan akhirat.

BUTUH PEMIMPIN YANG MENGURUS DAN MELAYANI RAKYAT

Islam hadir ditengah umat manusia dengan membawa risalah untuk mengatur kehidupan, memberikan solusi atas semua problematika kehidupan. Begitu kompleks nya masalah yang ditimbulkan atas penerapan ideologi kapitalis sekuler. Pemimpin didalam Islam adalah suatu jabatan agung penuh amanah. Seorang pemimpin adalah pelayan umat, mentalitas mereka adalah mentalitas yang dijalankan berdasarkan kesadaran ruhiyah yang luar biasa. "Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka" (HR Abu Nu'aim).

Kebijakan yang mereka tetapkan dipastikan tak keluar dari koridor syariat dan tak menzalimi rakyatnya. Mereka pun serius bekerja berdasarkan tuntutan syariat. Melayani kepentingan setiap individu rakyat seperti halnya seorang penggembala. Mereka, memastikan penggembalaannya terpenuhi seluruh kebutuhan dengan adil. Merawatnya agar selalu sehat, terhindar dari penyakit. Dan memastikan, tak ada serigala ataupun binatang lain yang akan memangsa penggembalaannya. Tanggung jawab kepemimpinan dalam Islam sangatlah berat. Karena apa yang dilakukan seorang pemimpin dalam kepemimpinannya akan berdampak pada kehidupannya di akhirat kelak.

"Jabatan (kedudukan) pada permulaannya penyesalan, pada pertengahannya kesengsaraan (kekesalan hati) dan pada akhirnya azab pada hari kiamat.” (HR Ath-Thabrani)
Salah satu hadits ini menjadi pendorong  kokohnya Azzam para pemimpin Islam untuk benar benar meriayah rakyat nya.

Salah satu pemimpin umat terbaik dicontohkan oleh Khalifah Umar bin Khattab,  beliau adalah sosok yang menginspirasi akan kebijaksanaan nya dalam memimpin. Hal ini tampak dalam pidato politik beliau yang menggetarkan kalbu bagi siapapun yang mendengarnya, penuh kekuatan iman dan kerendahan hati.

“Hai orang banyak semuanya. Aku diangkat mengepalai kalian. Dan aku bukanlah yang terbaik di antara kalian. Jika aku membuat kebaikan, maka dukunglah aku. Jika aku membuat kejelekan, maka luruskanlah aku. Kebenaran itu suatu amanat. Dan kebohongan itu suatu khianat. Yang terlemah di antara kalian aku anggap yang terkuat sampai aku mengambil dan memulangkan haknya. Yang terkuat di antara kalian aku anggap yang terlemah sampai aku mengambil hak si lemah dari tangannya. Janganlah seorang pun di antara kalian meninggalkan jihad. Karena kaum yang meninggalkan jihad akan ditimpakan kehinaan oleh Allah. Patuhilah aku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Bila aku mendurhakai Allah dan Rasul-Nya tidak ada kewajiban patuh kepadaku. Kini marilah kita melakukan salat. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada kalian.”

Bahkan bagi Khalifah Umar, bukan hanya manusia yang menjadi tanggung jawabnya. Namun, seekor keledai pun adalah bagian yang harus diurusnya. Sebagaimana perkataannya, “Seandainya seekor keledai terperosok karena jalanan berlubang di kota Baghdad, maka aku sangat khawatir Allah akan meminta pertanggungjawaban.”

Begitu lah profil para shahabt dan salafusshalih dalam memegang amanah kekuasaan dan bertugas melayani rakyat, mereka benar benar berpegang teguh pada syariat. Wajar jika sebuah sistem yang benar akan menghasilkan pemimpin yang baik. Seperti sebuah sisi mata uang yang tak terpisahkan. Peradaban Islam 1400 tahun yang lalu adalah contoh terbaik yang telah menjalankan kehidupan Islam. Dibawah pimpinan para Khalifah yang bertaqwa rakyat hidup mulia dan sejahtera. Mereka pun sangat berhati-hati menunaikan setiap petunjuk syar’i yang mengikat kepemimpinannya. Karena salah satu fungsi utama kepemimpinan dalam Islam adalah menerapkan hukum-hukum Allah Swt. secara kafah dalam seluruh aspek kehidupan. Pemimpin seperti ini lah yang dibutuhkan oleh rakyat yang sedang hidup dalam kezaliman dibawah cengkeraman kapitalisme. 

Allahu A'lam bisshawwab

Post a Comment

Previous Post Next Post