Mewujudkan Ketahanan Pangan Berdaulat di Bumi Khatulistiwa dengan Sistem Islam

Oleh Rengga Lutfiyanti
Mahasiswi dan Pegiat Literasi

Permasalahan krisis pangan hingga kelaparan masih terus menjadi ancaman di beberapa negara. Indonesia yang terkenal sebagai negara agraris dan memiliki kekayaan alam yang melimpah, juga termasuk dalam negara yang mengalami ancaman krisis pangan dan kelaparan. 

Menteri Perekonomian, Airlangga Hartanto, menegaskan bahwa krisis pangan di dunia terutama di Indonesia adalah masalah yang serius. Ia juga menjelaskan bahwa, US Departemen of Agriculture (USDA) Internasional Grains Council (IGC) memproyeksikan produksi padi global pada 2019/2020 menurun 0,4 persen sampai 0,5 persen dibandingkan dengan produksi pada 2018/2019. (cnbc.indonesia.com, 16/06/2020)

Selain itu, berdasarkan laporan Global Hunger Index (GHI), Indonesia menempati urutan ke 70 dari 107 negara dengan angka kelaparan tertinggi. Posisi ini lebih buruk dari Thailand, Malaysia, bahkan Vietnam dan Philipina. BPS (2019) juga mencatat, angka gizi buruk mencapai 30.000 atau satu dari setiap 10.000 penduduk. (amp.lokadata.id, 26/11/2020)

Terjadinya kelaparan dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti kemiskinan, ketidakstabilan sistem pemerintahan, penggunaan lingkungan yang melebihi kapasitas, diskriminasi, dan ketidakberdayaan seperti pada anak-anak, wanita, dan lansia. Selain itu kelaparan juga dapat disebabkan oleh subsidi pangan, meningkatnya harga-harga pangan, menurunnya pendapatan ril, dan tingginya pengangguran. (sdgs.bappenas.go.id)

Sebenarnya, terjadinya krisis pangan hingga kelaparan juga tidak terlepas dari diterapkannya kapitalisme di tengah masyarakat. Kapitalisme telah membuat para penguasa menjadi miskin hati kepada rakyatnya. Karakter kebijakan yang begitu pro dengan para korporat, menyebabkan lahan stok pangan mengalami degradasi. Akibatnya, pasokan pangan tidak mencukupi antara supply dan demand. 

Dalam kapitalisme yang terpenting adalah seberapa besar keuntungan yang akan mereka terima. Sehingga para penguasa pun tega mengorbankan nyawa rakyatnya demi eksistensi kekuasaan mereka. Inilah bukti kegagalan kapitalisme dalam mengurus rakyat. Para pengemban kapitalisme hanya mementingkan untung dan rugi saja. Tanpa ada rasa peduli kepada rakyatnya. Maka, hal yang wajar jika krisis pangan selamanya akan menjadi masalah akut dalam kapitalisme. 

Sungguh amat sangat berbeda dengan sistem Islam. Sistem Islam hadir dengan solusi fundamental atas masalah kebutuhan pokok pangan dan acaman krisis. Dalam masalah ketahanan pangan, Islam menjadikan sektor pertanian memiliki peran yang strategis. Peran ini harus didukung langsung oleh negara. 

Di dalam sistem Islam, sektor pertanian memiliki tiga peran strategis, yaitu:
1. Peran ketahanan pangan, yaitu memenuhi ketersediaan pangan bagi rakyat.
2. Peran ekonomi, yaitu dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
3. Peran politik keamanan, yaitu menjamin kemandirian negara. 

Oleh karena itu, agar peran ini dapat terwujud, maka ada mekanisme politik pertanian yang harus dilakukan oleh negara. Baik itu sektor produksi, sektor industri, maupun sektor perdagangan dan jasa. Strategi politik pertanian dan industri yang ditawarkan oleh Islam, selain sangat berpihak kepada masyarakat secara umum, tetapi juga menjadikan negara bisa terlepas dari cengkraman dan pengaruh asing. 

Dalam sistem Islam, pengaturan produksi dan distribusi mutlak ada di tangan khalifah (pemimpin). Hal ini karena negara adalah penanggung jawab utama dalam mengurusi hajat hidup rakyat. Negara berperan sebagai raa'in (pengurus) dan junnah (pelindung) bagi rakyat. 

Realisasinya, khalifah akan menunjuk orang yang memiliki kapasitas dan keahlian dalam bidang pertanian untuk menjadi direktur Departemen Kemaslahatan Umum bidang pertanian. Dalam pelaksanaan tugasnya, direktur ini akan bertanggung jawab langsung kepada khalifah. Yaitu menjamin kebutuhan pangan bagi setiap individu.

Sementara untuk mengatur produksi pangan, negara akan melakukan beberapa upaya, antara lain:
.
- Optimalisasi produksi, yaitu mengoptimalkan seluruh potensi lahan untuk melakukan usaha pertanian berkelanjutan yang dapat menghasilkan bahan pangan pokok. Mulai dari mencari lahan yang optimal untuk benih tanam tertentu, teknik irigasi, pemupukan, penanganan hama, hingga pemanenan dan pengolahan pascapanen. 

- Manajemen logistik, ketika masalah pangan beserta yang menyertainya seperti irigasi, pupuk, anti hama sepenuhnya dikendalikan oleh negara. Yaitu dengan memperbanyak cadangan saat produksi melimpah dan mendistribusikannya secara efektif saat ketersediaannya mulai berkurang. 

- Adaptasi gaya hidup agar masyarakat tidak berlebih-lebihan dalam konsumsi pangan. 
- Prediksi iklim, yaitu analisis kemungkinan terjadinya perubahan iklim dan cuaca ekstrim.

- Mitigasi bencana kerawanan pangan. Mekanisme distribusi seluruh rantai pasok pangan akan dikuasai negara. Meskipun swasta atau korporasi boleh memiliki usaha pertanian, tetapi penguasaannya tetap berada di tangan negara. Korporasi hanya diperbolehkan sebagai penjual di pasar atau di toko makanan. (mmc video, 04/06/2021)

Inilah solusi yang ditawarkan oleh sistem Islam dalam membangun ketahanan pangan yang berdaulat. Hanya Islamlah yang mampu memberikan kemaslahatan bagi umat. 

Wallahu a'lam bishshawwab.

Post a Comment

Previous Post Next Post