Dengan Islam, Semua Persoalan Terselesaikan



Oleh Mulyaningsih
(Pemerhati Masalah Anak dan Keluarga)

Kembali lagi, rakyat menelan pil pahit atas kebijakan yang akan diterapkan di negeri ini. Baru setahun yang lalu si melon yang menjadi primadona harganya terus merangkak naik. Ditambah lagi dengan adanya pembatasan bagi pengguna melon tersebut. Tentunya semua tahu, bahwa si melon yang menjadi primadona tersebut adalah gas elpiji yang berukuran 3 Kg.

Kini, ada kebijakan baru yaitu dengan penggunaan kompor listrik. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan penggunaan kompor listrik/induksi dapat memberikan penghematan untuk negara dan rumah tangga sekaligus. Bahkan Erick menyebut penghematan bisa mencapai Rp 60 triliun bagi negara.
Hal ini karena penggunaan energi listrik lebih murah ketimbang dengan penggunaan gas yang saat ini masih dipenuhi dari impor. Dia mengatakan hal ini juga merupakan bagian dari upaya mencapai ketahanan energi nasional dan dilakukan dengan dukungan masyarakat.

Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan upaya ini merupakan upaya perusahaan untuk memaksimalkan cadangan listrik. Sehingga cadangan yang ada bisa dialihkan penggunaannya dan masyarakat bisa beralih ke kompor listrik. (cnbc.com, 31/03/2020)

Satu lagi kebijakan dari penguasa yang membingungkan bagi kita. Penggunaan minyak tanah yang dahulu menjadi kebutuhan untuk memasak, kemudian digantikan oleh gas. Namun kini, penggunaan gas pun akan digantikan oleh listrik. Lebih tepatnya menggunakan kompor listrik. Seharusnya kita bisa mempelajari runtutan perubahan ini, karena semuanya menyangkut pada rakyat. Lantas kemudian muncul pertanyaan dalam benak kita, bagaimana dengan orang-orang pada suatu daerah yang belum bisa mengakses listrik secara mudah dan setiap detik? Karena fakta membuktikan di negeri ini listrik belum sepenuhnya dinikmati oleh seluruh rakyat. Lantas bagaimana jika nantinya kebijakan pengalihan kompor gas kemudian digantikan oleh listrik? Sudahkah semua itu dipikirkan secara matang?

Berbagai kebijakan silih berganti dikeluarkan oleh penguasa negeri ini. Satu kata yang tetap mengemuka dan tak berubah, yaitu rakyat kembali menjadi korban dari semua kebijakan itu. Belum sempurna penggunaan kompor gas merata ke seluruh negeri, kini kebijakan itu harus diubah kembali. Banyak hal tentunya harus disiapkan, mulai dari penggantian perangkat sampai pada kapasitas listrik baik di rumah atau skala nasional. Semua itu perlu dipertimbangkan dengan baik dan dipikirkan secara matang. Kita jangan hanya memperhatikan pada rakyat golongan tertentu namun harus secara keseluruhannya. Berikut juga tidak memihak pada satu kepentingan golongan saja.

Tak selayaknya demi meraup keuntungan lantas kemudian menekan pada yang lemah. Demi pundi-pundi uang, rakyat kembali menjadi korbannya. Rasanya kata-kata tersebut benar adanya mewakili jerit hati rakyat di negeri ini. Pandemi yang masih menyelimuti, ditambah dengan perputaran roda ekonomi yang masih timpang membuat suasana belum normal. Kemudian ada kebijakan yang akan diterapkan ini, lantas kemudian memperparah situasi yang ada. Harusnya, konsentrasi pemerintah penuh pada penanganan pandemi ini. Karena rakyat benar-benar sedang terombang-ambing tanpa tahu arah akhirnya.

Semua itu terjadi akibatkan oleh penerapan sistem yang ada sekarang. Negeri ini didasarkan pada kapitalisme yang berteman akrab dengan sekularisme dan liberalisme membuat karut marutnya pengelolaan salah satu sumber daya alam di negeri ini. Dengan dalih materi, semua bisa dijalankan dan diambil alih. Bahkan kepemilikan akan sumber daya alam juga dengan mudahkan dapat dikuasai. Sungguh, inilah fakta kerusakan yang ditimbulkannya dari sistem tersebut. Tentulah rakyat yang akan menjadi korbannya.

Pandangan Islam

Kita menyakini bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna, mengatur semua hal baik permasalahan yang terkait dengan individu dengan pencipta, dirinya sendiri ataupun orang lain. Semua tersirat didalam Al Qur'an dan hadis yang menjadi pedoman hidup kaum muslim.

Ada sebuah hadis tentang pemimpin yang menyusahkan rakyatnya. Hadis tersebut diriwayatkan dalam Shahih Muslim dari ‘Aisyah Ra.

أللهم من ولي من أمر أمتي شيئًا فشق عليهم فاشقق علبه ومن ولي من أمر أمتي شيئا فرفق بهم فارفق بهم

Ya Allah, siapa yang mengurusi satu perkara umatku, lalu ia menyulitkan umat, maka persulitlah ia. Dan siapa yang mengurusi perkara umatku, lalu ia memudahkannya, maka permudahlah ia. (H.R. Muslim)

Kemudian di dalam hadis lain menyebutkan bahwa "Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari)

Telah jelas, bahwa pada hadis di atas menyebutkan bahwa pemimpin atau imam adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya tersebut. Artinya, seluruh persolan kehidupan rakyat menjadi tanggung jawab pemimpin. Berikut juga dengan pemenuhan segala macam kebutuhan pokok yang wajib adanya dipenuhi oleh negara. Kemudian di hadis yang lain, ketika pemimpin menyulitkan urusan rakyatnya maka ia pun sebenarnya telah menyulitkan urusannya sendiri.

Melihat pada sisi pandemi yang masih saja bersanding dengan kehidupan kita maka selayaknya pemerintah harus berkonsentrasi penuh agar mampu menyelesaikannya. Semua itu dilakukan agar tidak ada lagi korban jiwa. Kemudian dari sisi pemerataan listrik ini saja masih belum terselesaikan dengan baik. Seharusnya listrik dapat dinikmati oleh seluruh rakyat negeri ini, namun kenyataannya tidak. Sehingga hal itulah yang harusnya menjadi konsentrasi pemerintah bukan malah mengganti dari kompor gas kemudian ke listrik. Hal itu akan menambah masalah baru lagi.

Hal di atas akan terus saja berulang jika belum menerapkan sistem yang "Haq". Jika ingin pengelolaan sesuai dengan porsi dan jauh dari murka Allah, maka hanya akan terwujud jika negeri ini mencampakkan sistem yang ada sekarang. Campakkan sistem yang sekarang dan ambil sistem Islam agar berkah dapat dirasakan oleh semuanya, termasuk hewan dan tumbuhan.

Hanya dengan menerapkan sistem Islam-lah semua bisa dijalankan sesuai dengan perintah Sang Pencipta, yaitu Allah Swt. dan menjauhi larangannyaNya. Dengan begitu insya Allah semua akan sejahtera, terpenuhi segala kebutuhannya dan tenteram akan didapatkan. Tidak hanya pada manusia, hal tersebut juga akan dirasakan oleh makhluk ciptaan Allah yang lain. Wallahu 'alam. [ ]

Post a Comment

Previous Post Next Post