Aroma Busuk Moderasi Islam dibalik Tabir Terorisme


Goresan Pena : Sahara ( Aktivis Dakwah Beringin )


Mencuatnya kasus Terorisme ini, menjadikan sebagian muslim takut untuk mempelajari agamanya sendiri. Bagaimana tidak, ketakutan ini tidak datang dari diri sendiri tapi dari campur tangan rezim yang memframing Islam sebagai pihak tertuduh. Mengatakan orang yang mengkaji Islam dan menutup aurat nya sebagai pihak yang telah menjadikan sebab terjadinya terorisme. Sehingga banyak orang membulatkan opini miring terhadap Islam terutama mengenai jihad seolah-olah sama dengan terorisme. Sungguh pernyataan ini sangat keliru, dan sangat menghinakan ajaran Islam.

Dilansir dari salah satu media berita yang menyatakan bahwa Fundamentalisme dan radikalisme menekan perempuan dari hal sederhana, seperti cara mereka tampil. Awalnya pakaian adalah anjuran atau perkenalan, tetapi dalam proses panjang hal itu kemudian berubah menjadi kewajiban. Lebih jauh lagi, upaya mewajibkan model pakaian itu kemudian juga disertai intimidasi atau bahkan persekusi untuk mereka yang tidak bersedia. (VOA.COM)

Gorengan fundamentalis dan radikalisme ini sudah menjadi bagian yang dipakaikan dan labelkan secara paksa kepada islam. Padahal jelas sekali bahwa dalam Islam juga sangat membenci kekerasan apalagi sampai menelan nyawa manusia.

Terlebih-lebih perihal wanita yang menutup aurat nya, dikategorikan sebagai seseorang yang berafiliasi dengan terorisme. Ajaran Islam yang mewajibkan setiap muslimah menutup auratnya,dikatakan sebagai bentuk penekanan dan intimidasi bagi perempuan. Dan dilabeli dengan paham radikal. Sungguh pernyataan ini adalah sebuah diskriminasi terhadap muslimah yang berupaya istiqamah dalam menjalankan aturan agama dan juga penghinaan terhadap ajaran Islam itu sendiri.

Lantas siapa sebenarnya yang tidak bisa berdamai dengan perbedaan, siapa sebenarnya yang intoleran?

Surat yang ditulis oleh seorang wanita yang terduga teroris itu pun turut digembar-gemborkan oleh media tanpa disertai penjelasan yang objektif mengenai hukum Islam itu sendiri dan pemisahan hukum yang Haq dan yang bathil, pada akhirnya menimbulkan kesalah pahaman. Dan amat sangat menguntungkan bagi para misionaris yang membenci Islam untuk mengambil isi surat itu dan dijadikan alat untuk memukul dan mengkerdilkan ajaran Islam.

"Pesan Zakiah untuk mama dan keluarga, berhenti berhubungan dengan bank (kartu kredit) karena itu riba dan tidak diberkahi Allah. 

Pesan berikutnya agar mama berhenti bekerja menjadi dawis (dasa wisma -red) yang membantu kepentingan pemerintah thagut."

Tanpa penjelasan lebih lanjut mengenai hukum Islam yang dituangkan dalam surat tersebut, maka mereka yang membenci Islam akan sangat mudah memilintir ajaran Islam dan memaparkan penjelasan buruk versi mereka. Secara tidak langsung mereka ingin menjauhkan umat dengan agama Islam. Membuat umat perlahan-lahan meninggalkan aturan agamanya. Dan membenci Islam.

Pernyataan wakil presiden RI, KH Ma'ruf Amin juga memerintahkam kepada para pengemban dakwah untuk mensyiarkan Islam sesuai dengan kondisi negara yang majemuk, beraneka ragam suku dan bangsa dan meminta untuk menyampaikan dakwah yang toleran  dan damai. Sehingga tidak terjadi tindak intoleran, egosentris kelompok dan gerakan yang mengarah pada kekerasan. (Liputan6.com)

Pernyataan ini sebenarnya melukai pengemban dakwah Islam yang berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Sunnatullah. Seolah - olah ajaran Islam yang selama ini di syiarkan sangat tidak toleran dan menimbulkan kesengsaraan hanya karena akibat ulah busuk seseorang yang mengaku beragama Islam. Fakta nya diberbagai daerah dan bahkan dinegara tetangga banyak umat muslim yang teraniaya, dilecehkan, dibunuh, hingga terusir dari tempat tinggalnya sendiri tapi belum Pernah ada media yang berani memframing bahwa ajaran mereka sebagai ajaran yang berafiliasi dengan paham terorisme. Justru mereka hanya menyoroti individu yang menjadi tersangkanya sebagai perilaku kriminal. Dan tidak satupun penguasa dan media berani menyuarakan langsung bahwa agama mereka adalah objek yang menimbulkan kesengsaraan.

Sebagai manusia yang diberikan akal oleh Allah SWT, tentu saja kita harus memperluas cakrawala berpikir kita. Apalagi dalam menyimpulkan pendapat yang cukup berat konteks permasalahannya. Jangan sampai umat kehilangan jati dirinya sebagai muslim. Dan menjadi pembebek yang ikut berpartisipasi menistakan ajaran Islam bak musuh dalam selimut. Mengaku beragama Islam tapi enggan menerapkan aturan agamanya sendiri.

Kasus Terorisme ini sudah berulangkali terjadi, membuktikan gagalnya tindakan dari aparat keamanan yang memang sudah menjadi kewajibannya untuk mengawasi dan siaga terhadap tragedi terorisme ini. Jika memang sudah mengetahui bahwa masih ada mata rantai orang-orang sinting yang mengatasnamakan jihad dengan cara kriminal seperti ini, mengapa tak sedari dulu dikejar dan diadili? Setelah ledakan bom terjadi barulah sibuk menyiapkan diri bertindak sebagai pasukan keamanan sejati. Begitu cepat menetapkan dan mengeksekusi sang pelaku bom bunuh diri. Sementara itu di kasus tertentu sangat sulit sekali menangkap sang pelaku korupsi, seperti ada tabir hitam yang menutupi. Harus segera bergerak, bergegas untuk memberantas jaringan orang yang tak waras ini. Agar jangan sampai Islam menjadi pihak yang terus disudutkan, pihak yang dilabeli paksa dengan sebutan terorisme.

Lantas bagaimana pandangan  Islam mengenai kasus ini?

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar r.a, ia berkata, “Aku mendapati seorang wanita yang terbunuh dalam sebuah peperangan bersama Rasulullah saw. Kemudian beliau melarang membunuh kaum wanita dan anak-anak dalam peperangan.” (HR Bukhari [3015] dan Muslim [1744]).

Rasulullah saw. juga bersabda, “Berperanglah dengan menyebut nama Allah dan di jalan Allah. Perangilah mereka yang kufur kepada Allah. Berperanglah, jangan kalian berlebihan (dalam membunuh). Jangan kalian lari dari medan perang, jangan kalian memutilasi, jangan membunuh anak-anak, perempuan, orang yang sudah tua, dan rahib di tempat ibadahnya.” (HR Muslim 1731, Abu Dawud 2613, at-Tirmidzi 1408, dan al-Baihaqi 17935).

Maka jelaslah bahwa aksi-aksi teror seperti bom bunuh diri, penabrakan truk, penembakan massal, dan sebagainya, yang mengatasnamakan jihad, bukan jihad yang diajarkan Islam, karena tindakan terorisme tersebut yang dilakukan di tengah-tengah masyarakat yang tidak dalam kondisi berperang, hukumnya adalah haram. Dalam Islam sebelum berperang pun wajib memberikan surat pemberitahuan dan menentukan tempat untuk berperang, tidak serta merta menyerbu dan membinasakan.

Karena dalam Islam nyawa manusia sangat berharga.

“Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam.” (QS An Nisaa [4]: 93)

“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).

“Jangan sekali-kali kamu mengira, Allah akan melupakan tindakan yang dilakukan orang dzalim. Sesungguhnya Allah menunda hukuman mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak (karena melihat adzab).” (QS. Ibrahim: 42).

Islam sangat menghargai perbedaan, bahkan tak ada sedikitpun ingin mencampuri urusan agama yang lainnya. Sebab jelas sekali dalam surah Al kafirun 1-6, mewajibkan setiap muslim untuk menghormatidan bertoleransi.

"Untukmu agamamu dan untuk ku agamaku"

Sayangnya yang terjadi di Indonesia saat ini, umat muslim yang menjadi mayoritas terasa seperti minoritas, muslim yang taat dicap radikal, kerap kali Islam dikambinghitamkan. Dituding dengan berbagai fitnah keji, bahkan dengan mudah memframing sebagai ajaran terorisme. Dan merevisi ajaran Islam untuk disesuaikan dengan kebutuhan negara. Sungguh bagian ini sangat keliru, bagaimana bisa aturan dari sang pencipta, di ubah oleh makhluk ciptaan. Memoderasikan Islam untuk dapat sejalan dengan aturan sekulerisme. Jelas ini tidak dapat diterapkan. Sebab Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna, yang Allah berikan kepada nabi Muhammad SAW untuk diajarkan pada umat manusia. Bukan hanya sekedar mengatur peribadatan saja tapi Islam lengkap dengan seperangkat aturan pedoman hidup manusia. Sekulerisme dengan standart dasarnya adalah pemisahan agama dengan kehidupan. tentu tidak sejalan dengan dasar aqidah islam. Tidak akan pernah bisa yang Haq dicampur dengan yang Bathil, hasilnya keduanya pasti pertentangan, lantas bagaimana bisa umat hidup dengan nyaman?

Sebagai seorang wanita, khususnya ia adalah seorang muslimah. Tentu saja mempunyai peranan sangat penting untuk masa depan bangsa. Sebab untuk merusak penerus bangsa, rusak dulu ibunya. Untuk itu muslimah harus selalu berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Sunnah yang memang dicontohkan oleh Rasulullah. Berfokus pada peranan penting nya sebagai Ummu warobatul yang baik, terus semangat berjuang pada penanaman kepribadian Islam. Mendidik keluarganya untuk taat syariah dan terus berikhtiar memperjuangkan Islam kaffah agar tidak ada lagi celah untuk menstigma muslim dan ajaran Islam. Jangan sampai terintervensi dengan paham buruk yang menjatuhkan nilai Islam, sehingga melalaikan dari kesadaran sebagai manusia untuk taat kepada aturan Allah SWT.

Wallahu a'lam bishowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post