RIHLAH-KU PART 2


By Ummu Aisyah 

Setelah selesai kunjungan ke Museum Prabu Geusan Ulun, rombongan pun meluncur ke perkebunan teh Margawindu. Hampir 30 menit meluncur dari Museum, melewati tanjakan yang berkelok tajam. Satu dari mobil yang kami tumpangi tidak dapat naik. Walhasil, isi satu mobil harus turun. Padahal hanya sekitar 200 meter lagi tiba di lokasi. Tak mengapa, itu salah satu pengorbanan dalam sebuah perjuangan. Ketika tiba di lokasi, lelah langsung sirna. Melihat hamparan kebun teh yang hijau. Menyejukkan mata. Menghilangkan pengap udara kota. Masya Allah 
Alhamdulillah "Nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?".

Nikmat sekali menghirup udara sejuk. Nikmat melihat berbagai pemandangan.  Seluruh rombongan menuju ke lokasi pembuatan teh. Setelah beristirahat sejenak, seluruh santri ikhwan didampingi para pendamping menuju ke tempat pengolahan daun teh. Sementara akhwat bertugas memetik segenggam pucuk daun teh. Setelah akhwat selesai memetik pucuk daun teh, kemudian semua menuju ke tempat pengolahan teh. Melihat dan mendengar pemaparan para pendamping dari perkebunan teh. Masya Allah, yang tadinya tampak sederhana, tetapi setelah dijelaskan sungguh menakjubkan.

Setelah mendapatkan ilmunya. Masya Allah, ternyata daun teh yang dipetik adalah hanya sampai daun ke tiga. Kemudian untuk mendapatkan seduhan terbaik yaitu seduhan kedua. Karena seduhan pertama untuk sterilisasi. Di sinilah ibroh penting untuk seluruh santri. Bisa menghargai hasil, ketika mengerti dan mengetahui prosesnya. Serta menyaksikan langsung faktanya. Yaa Allah, kami bersyukur, semoga pelajaran ini membuat para santri-KU makin salih. Pembelajaran talaqiyan fikriyan, hargailah setiap hasil dalam sebuah pencapaian. Baik itu yang menimpa diri sendiri atau yang menimpa orang lain.

Setelah itu, semuanya mencicipi hasil olahan daun teh yang nikmat. Di minum di tengah udara gunung yang sejuk. Nikmatnya melewati kerongkongan kami. Masya Allah. Setelah selesai, semua santri pun diajak berkeliling kebun. Melihat hamparan kebun teh hijau. Bahkan masih ada binatang liar, para pendamping mengatakan, menurut orang sunda, binatang itu namanya surili. Sementara para santri mengenalnya adalah binatang kera. Tampak jumlahnya masih banyak. Semoga tetap ada dan terjaga. Sehingga binatang-binatang tetap bisa menghiasi kebun teh. Ramai suaranya ketika melihat kehadiran kami. Dan binatang-lucu itu wujudnya menghilang masuk ke rerimbunan pepohonan. Yang tertinggal hanya suaranya saja.

Pukul 12.00, penjelajahan pun selesai. Dilanjutkan menunaikan salat dzuhur dan makan siang. Seluruh santri menikmati Rihlah ini. Bukan hanya fres, tetapi tubuh pun terasa segar kembali. Terlebih para santri terus setiap hari berinteraksi dengan Al-Qur’an. Sewaktu-waktu membutuhkan penyemangat dalam berjuang mengemban Al-Qur’an. Untuk dibaca, dihafalkan dan diamalkan. Sehingga berakhlak Al-Qur’an disematkan dalam diri seluruh santri. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, jam pun sudah menunjukkan pukul 14.00. Sudah saatnya berkemas dan menuju destinasi wisata yang terakhir akan kami kunjungi.

Wallaahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post