RIHLAH-KU Part 1


By Ummu Aisyah 

Rabu 17 Maret 2021. Khoiru Ummah Rancaekek Bandung menggelar Rihlah, yang sudah rutin setiap tahunnya. Rihlah kali ini diikuti oleh seluruh siswa dari kelas 1 hingga kelas 6.

Alhamdulillah semua antusias mengikuti kegiatan ini. Semoga Allah selalu melindungi kami dari awal hingga akhir acara, dan selalu dilindungi di mana pun sampai kapan pun. Itulah doa kami dari seluruh peserta Rihlah.

Peserta Rihlah dibagi 10 kelompok, agar memudahkan mengurus mereka. Karena kebanyakan guru ibu-ibu yang memiliki putra-putri yang masih balita dan batita, pendamping pun menghadirkan Kakak SMA KU Sumedang. Ada Kak Imad, Kak Bagus, Kak Rafli, Kak Zaki dan Kak Sazid. Alhamdulillah kelimanya begitu gesit dalam membantu mengkondisikan anak-anak. 

Tujuan Rihlah pertama adalah ke Museum di kota Sumedang. Napak tilas Sejarah Prabu Geusan Ulun. Semua peserta Rihlah mendapatkan pengarahan dulu, dari pembimbing yang ada di Museum. Ada lima lokasi yang kami kunjungi. Yang pertama Gedung Gamelan, kedua Bumi Kaler tempat peristirahatan Sang Prabu, ada juga Harimau yang diawetkan. Ketiga Gedung Gendeng. Keempat Gedung senjata Para Raja dan Mahkota. Kelima Gedung Kereta Kencana Sang Prabu.

Dari lima lokasi tersebut, tentu banyak ibroh yang bisa kami ambil, disamping mengenal kerajaan di Nusantara dahulu, yang intinya mengenal bagaimana dakwah Islam di masa itu.

Kini, para santri KU sedang melayakan diri menjadi para pembela Islam. Dibina oleh guru-guru yang tak bosan mengurus mereka dengan cinta dan kasih sayang. Dibarengi dengan pola pendidikan talaqiyan fikriyan. Sekolah yang berbasis akidah Islam. Mencetak generasi Qur’ani, berakhlak mulia. Suatu hari mereka selalu siap berada di garda depan dalam perjuangannya membela Islam. 
Allahu Akbar.

Di bawah ini sekilas tentang Gedung Gendeng.

Museum Prabu Geusan Ulun.

Pada awal berdirinya (tahun 1973), Museum Prabu Geusan Ulun hanya menggunakan dua buah bangunan yaitu Gedung Gendeng dan Gedung Gamelan. Keduanya digunakan untuk menyimpan semua wakaf peninggalan Pangeran Aria Soeria Atmadja.

Gedung Gendeng sendiri dibangun pada tahun 1850 ketika Kabupaten Sumedang berada dibawah pemerintahan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata atau Pangeran Sugih. Bangunan ini aslinya dibuat dari kayu dan berdinding gedeg serta berlantai batu merah, sementara atapnya dari genting. Sampai saat ini gedung Gendeng mengalami beberapa kali pemugaran dan rehabilitasi bangunan, pertama tahun 1950, 1955 dan 1993.

Pada awalnya Gedung Gendeng digunakan untuk menyimpan barang-barang pusaka peninggalan leluhur Sumedang beserta senjata-senjata jaman dahulu. Di gedung ini juga ditempatkan gamelan-gamelan pusaka (gamelan kuno). Menyesuaikan dengan perkembangan dimana semakin banyaknya benda pusaka yang disimpan di Museum Prabu Geusan Ulun, Gedung Gendeng tidak memadai lagi untuk digunakan sebagai tempat penyimpanan benda-benda pusaka. Akhirnya dibangunlah gedung khusus yang digunakan untuk menyimpan benda-benda pusaka tersebut.

Benda-benda peninggalan berupa pusaka dipindahkan ke Gedung Pusaka, sementara peninggalan berupa gamelan dipindahkan ke Gedung Gamelan. Dan untuk saat ini, Gedung, Gedung Gendeng sendiri berubah fungsi menjadi Gedung Sosial Budaya.

Sumber : Web Site Museum Prabu Geusan Ulun.

Wallaahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post